Rabu, April 24, 2024

Kartini Kini, Jangan Saling Menjatuhkan

Welhelmus Poek
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.

Selamat Hari Kartini. Begitulah kira-kira pesan diberbagai lini masa media sosial hari ini. Berbagai ucapan dan kata-kata penyemangat menghujani media-media tersebut. Foto dan kata-kata ‘magis’ R. A. Kartini, “Habis Gelap Terbitlah Terang” yang diambil dari judul bukunya bersiliweran dimana-mana. Tak peduli sudah membaca bukunya atau sekedar memahami makna perjuangan Kartini dalam buku tersebut.

Hari ini, hampir semua kalangan tidak mau ketinggalan merayakan hari ‘titik balik’ perjuangan kaum perempuan atas hak-hak yang setara dengan laki-laki di Indonesia ini. Ya, berkat perjuangan Kartini, dan tentunya tokoh perempuan Indonesia lainnya dimasa penjajahan, oleh Pemerintah Indonesia ditetapkanlah tanggal 21 April sebagai Hari Kartini untuk memperingati semangat dan perjuangan tersebut. Sehingga tidak heran, setiap bulan April sangat identik dengan bulannya Kartini.

Menarik untuk menyimak dan merefleksi kembali perjuangan tokoh-tokoh perempuan Indonesia jaman dahulu. Dalam segala keterbatasan, mereka mampu menunjukan suatu keberanian menuntut kesetaraan hak dengan kaum laki-laki. Tidak hanya itu saja. Kartini sendiri dalam misinya juga menuntut hak mendapatkan Pendidikan yang layak bagi kaum perempuan. Baginya, sebagai benteng utama Pendidikan anak dalam keluarga, perempuan harus memiliki Pendidikan yang memadai. Perempuan adalah ibunya kehidupan. Mereka harus mampu mengambil keputusan besar bagi derajat kehidupannya.

Kartini dan para perempuan pejuang lainnya dengan gigih mempertaruhkan segala daya dan nadi mereka untuk suatu kehidupan yang lebih baik. Air mata, keringat, bahkan nyawa sekalipun mereka korbankan. Bila tidak demikian, mana mungkin kita bisa merayakan Hari Kartini saat ini? Nilai historis perjuangan inilah yang menjadikan kita beruntung menjadi perpanjangan tangan R. A. Kartini di masa sekarang.

Namun, pertanyaannya, apakah spirit perjuangan ini masih kita pegang teguh? Apakah perempuan dijaman millenial ini sudah melakukan apa yang menjadi esensi perjuangan Kartini? Atau malah jauh dari hakekat perjuangan Kartini? Pertanyaan-pertanyaan ini tidak hanya sekedar bisa dijawab dengan “iya atau sudah atau belum”. Ini butuh sebuah refleksi mendalam untuk menjawab.

Seperti yang saya kemukakan sebelumnya, salah satu perjuangan Kartini adalah tidak ingin kaumnya makin terbelakang dengan kaum laki-laki. Pendidikan adalah kuncinya. Kartini sangat ngotot agar kaumnya terdidik. Baginya Pendidikan adalah salah satu kunci utama perempuan bisa mendapatkan derajat hidup yang lebih baik. Masih luas lagi perjuangan Kartini.

Bagi saya perjuangan Kartini dijaman sekarang, oleh kaum perempuan harusnya lebih dari sekedar mengenakan kebaya sebagai simbol perjuangan. Perempuan harusnya saling mendukung satu sama lain, bukannya malah menjatuhkan. Perempuan mestinya dengan segala sesuatu yang ada saat ini lebih berani menonjol. Bahkan harusnya lebih banyak menjadi panutan.

Peluang-peluang yang ada mestinya dimanfaatkan dengan baik. Misalnya, dengan adanya dukungan dari pemerintah Indonesia dan berbagai sponsor luar negeri, kaum perempuan mestinya banyak mengambil kesempatan melanjutkan studi mereka sebagaimana yang diinginkan oleh Kartini. Tapi pada kenyataannya, ruang-ruang ini belum dimanfaatkan dengan baik. Celakanya, justru perjuangan eksistensi diri ini acapkali dirongrong oleh kaumnya sendiri. Ini sangat menyedihkan.

Benar bahwa alasan di atas bukan satu-satu penyebab kegagalan perempuan mengambil peluang eksistensinya. Harus kita akui bahwa sampai detik ini masih banyak laki-laki yang belum dengan suka rela memberikan akses, kekuatan, dan kontrol yang bebas bagi kaum perempuan. Masih banyak diantara kaum patriaki ini yang belum berada bersama dalam sebuah kapal perubahan. Mereka masih mengsubordinat kaumnya Kartini. Padahal kita sangat mengharapkan munculnya Kartono-Kartono dijaman sekarang.

Perempuan masih terjajah. Walaupun demikian kita tidak bisa menampikan perubahan-perubahan yang sudah terjadi hingga detik ini. Perjuangan kaum perempuan yang tak henti-hentinya dan bahkan mungkin dukungan dari kaum laki-laki yang sudah sadar mengantarkan perempuan pada titik-titik perubahan saat ini.

Sudah semestinya baik kaum perempuan dan kaum laki-laki bergandengan tangan untuk meneruskan esensi perjuangan Kartini. Perjuangan yang tidak sekedar menuntut persamaan hak atau kesetaraan gender. Tetapi lebih dari itu bagaimana memberikan ruang yang lebih luas bagi perempuan untuk lebih bebas menentukan derajat kehidupannya. Namun demikian, perlu diingat jangan sampai perjuangan mulia ini justru dinodai lagi oleh kaum perempuan itu sendiri.

Welhelmus Poek
Welhelmus Poek
Welhelmus Poek seorang aktivis NGO yang sangat intens advokasi isu-isu Hak Asasi Manusia terutama hak-hak kelompok marginal, secara spesifik memperjuangkan hak-hak anak muda, gender dan keadilan sosial lainnya. Lahir di Pulau Rote, 17 Juni 1981. Mengawali karir NGO di Plan International Indonesia tahun 2004 hingga 2015. Kemudian bergabung dengan Hivos International tahun 2016 untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Tahun 2018-2019 melanjutkan study Master of International Development di University of Canberra. Tahun 2020 kembali bergabung dengan Hivos International untuk program energi terbarukan di Pulau Sumba. Welhelmus juga aktif di Forum Akademia NTT dan masih mensupport aktivitas Institute of Resource Governance and Social Change (IRGSC) Kupang, NTT hingga kini.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.