Selasa, Oktober 8, 2024

Kalo Ane Sih, Gpp Dituduh PKS

Grady Nagara
Grady Nagara
Peneliti Next Policy

Saat membaca tulisannya Maman Suratman yang diberi judul “Lebih Baik Dituduh PKI daripada PKS” membuat tangan saya gatal untuk membuat tulisan balasan. Sebab, dari judulnya saja, maaf, menurut saya sudah sangat absurd. Dan ternyata, setelah di klik judulnya, sumber keabsurdan itu berasal dari tweet pak Luthfi Assyaukanie (@idetopia) yang membuat polling soal: “Lebih baik mana, dituduh PKI atau PKS?”. Saya tidak tahu sentimen apa yang dimiliki pak Assyaukanie sehingga membuat polling demikian dengan menyamakan derajat antara PKI dan PKS. Tapi, yang juga tidak saya habis pikir, mas Maman ini membuat analisis yang absurd dari sebuah polling yang absurd juga. Kok begitu?

Oke, saya tidak dalam konteks mendebat soal PKI, melainkan yang ingin saya soroti adalah soal keabsurdan analisis terkait PKS dan perilaku korup beberapa kadernya. Pertama, apa maksudnya menyandingkan PKS dengan PKI? Kalau bicara dalam konteks bahwa, korupsi (yang nyata) itu lebih menakutkan dari komunisme (yang hantu), rasanya tidak tepat disandingkannya dengan PKS. Menurut saya, kalau mau membandingkan ya lebih baik dengan papa Setya Novanto (Setnov) yang riwayat perilaku korupnya lebih mengerikan. Coba saja, dari kasus skandal cessie bank bali (tahun 1999) hingga kasus E-KTP (2017) semuanya mampu dihadang Setnov. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak 7 skandal korupsi yang harusnya melibatkan dirinya, segala tuduhan tersebut telah berhasil dilibas oleh papa Setnov [Lihat: Kumparan]. Sebuah kesaktian yang sangat mengerikan. Lha kalo mas Maman patokannya pada kasus LHI; bahkan LHI saja sekali tertuduh sudah berhasil dijerat, ya jelas kesaktiannya kalah jauh dari papa Setnov.

Kedua, hal absurd dari tulisan mas Maman lainnya adalah seolah korupsi yang lebih mengerikan dari PKI itu tertimpa pada PKS. Padahal, kalau saja mas Maman mau lebih obyektif, PKS jauh lebih clean dibandingkan partai-partai lain di era reformasi ini. Coba lihat laporan ICW tahun 2015, telah diakui bahwa laporan keuangan PKS menempati nomor wahid sebagai yang paling transparan (Sumber: www.antikorupsi.org). Transparansi laporan keuangan itu penting, sebab dia membuktikan bahwa partai itu relatif bersih dari korupsi.

Terus, mas Maman juga harus banyak baca-baca buku atau hasil riset soal PKS. Beberapa hasil riset tersebut telah mengakui bahwa PKS sejak awal berdiri terkenal sebagai partai bersih dan anti-korupsi. Contohnya, pada tesis karya Firman Noor di ANU, bilang kalau PKS pernah melaporkan berbagai kasus korupsi di daerah dan menyelamatkan uang negara hingga Rp 739,5 miliar (Noor, 2006, hlm.138). Bahkan, KOMPAS tahun 2008 menyebutkan bahwa PKS pernah melaporkan penerimaan gratifikasi dan yang dilaporkan hingga Rp 1,9 miliar. Padahal, di tahun yang sama Partai Golkar sebagai partai yang lebih besar dari PKS saja hanya melaporkan Rp 15,8 juta kepada KPK. Lihat, uang gratifikasi gitu lho, yang bisa aja ditilep sebagian, sebagiannya lagi baru dilaporin. Terus di bukunya M. Imdadun Rahmat yang berjudul “Ideologi Politik PKS”, menyebutkan bahwa di era Partai Keadilan (sebelum bernama PKS), partai ini mampu secara progresif melawan korupsi yang bahkan belum pernah diungkap sebelumnya (Rahmat, 2008, hlm.46).

Hal aneh lainnya yang saya baca, tulisan mas Maman ini seolah menunjukkan bahwa PKS sangat korup sekali. Padahal, mas Maman hanya menyebutkan contoh tiga kasus saja : [1] Kasus LHI terkait korupsi kuota daging impor, [2] kasus Gatot dan rekan-rekannya terkait penyalahgunaan dana bansos, dan [3] kasus Yudi Widiana Adia terkait korupsi proyek Kemenpupera (saya tidak memasukkan Musa Zainuddin sebagaimana di-mention mas Maman, karena belio adalah kader PKB). Lalu kenapa tiba-tiba mas Maman bilang bahwa, “…PKS benar-benar mengandung banyak koruptor”? Padahal kasus yang disebut hanya dari tahun 2013 – 2017, sedangkan PKS sudah berdiri sejak tahun 1999 (era PK), itu pun kasus yang disebut di bawah lima kasus. Mas Maman juga semestinya (minimal) googling, karena saya rasa banyak partai-partai lain yang lebih korup dari PKS. Kalau ditelusuri, nama-nama politisi korup dari berbagai partai selain PKS juga mudah untuk dicari. Lalu kenapa larinya ke PKS?

Ya, saya sepakat dengan Mas Maman, komunisme di Indonesia hanya hantu. Cukup di bacakan ayat kursi, InsyaAllah dia kabur. Tapi, aneh juga kalau mas Maman ucuk-ucuk membandingkan model kaderisasi nya PKI (yang disebut mas Maman turun kebawah dan solid) dengan PKS, yang padahal PKS juga terkenal solid dan bahkan kader-kadernya rela bekerja tidak dibayar (Lihat: Burhanudin Muhtadi, “Dilema PKS”, 2012, hlm.158). Atau kalau mau lihat contoh empirik, datang saja ke aksi-aksi kemanusiaan PKS yang jumlah pesertanya selalu fantastis. Kalau sekiranya lain kali mas sempat saat PKS menyelenggarakan aksi seperti itu lagi, silakan wawancara salah satu pesertanya. Saya yakin, mereka bahkan tidak dibayar sepeser pun, dan tidak seperti demo-demo bayaran lainnya yang diakhir aksi para peserta mengantri untuk mendapatkan box nasi dan amplop.

Saya bukan kader PKS (karena tidak punya kartu anggota partai). Yang jelas, saya sih gak masalah dituduh PKS, biasa aja kali! Dari pada saya dituduh PKI, soalnya saya gak mau digebukin sama preman-preman jalanan yang mengaku-ngaku Pancasilais tapi ringan tangan (baca: gampang mukul). Atau saya juga gak mau dituduh “mirip Setnov”, bisa-bisa muka saya dijadikan meme dan lucu-lucuan di media sosial.

Ayolah mas Maman, “seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” seperti kata mbah Pram dalam karya fenomenalnya yang berjudul Bumi Manusia. Kalau mas adalah anak kiri sejati, saya rasa tetralogi pulau burunya mbah Pram sudah mas lahap sampai habis, – berbeda dengan saya yang cuma genit kekiri-kirian. Berusahalah untuk selalu bersikap obyektif dalam menilai apapun, dan tentunya jangan sampai kita membenci atau ikut-ikutan secara membabi buta.

Bukankah Allah SWT sudah berfirman, (yang terjemahannya) “… Janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah! karena adil itu lebih dekat dengan taqwa … ” [QS. Al Maidah ayat 8]

Mas, ngopi yuk!

Grady Nagara
Grady Nagara
Peneliti Next Policy
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.