Jumat malam, 21 September 2018 lalu, resmi menjadi garis start dimulainya kontestasi politik dalam bahasa politiknya. Bahasa medianya adalah rematch. Dan bahasa ulamanya, sebagaimana yang pernah diucapkan oleh AA Gym dalam ILC bulan lalu adalaha Fastabiqul Khoirot.
Antara Pak Jokowi vs Pak Prabowo. Dalam pengabilan nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden pada pemilu 2019 mendatang. Paslon nomor urut 01 adalah Joko Widodo-Ma’ruf Amin. Sedangkan nomor urut 02 adalah Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Dengan ini artinya masa kampanye telah dimulai, riuh kontestasi politik Indonesia akan segera ramai dengan seruan tiap paslon. Kampanye mulai dilakukan sejak 23 September 2018 hingga 19 April 2019.
Ada waktu kurang lebih tujuh bulan bagi masing-masing paslon untuk mengkampanyekan dan mensosialisasikan dirinya dan programnya kepada publik. Semenjak saat itu mesin kampanye masing-masing paslon pastinya sudah leluasa dalam bergerak dan mengkampanyekan calonnya masing-masing.
Mengukur Kekuatan Pemenangan
Nama pengusaha muda dan sukses, Erick Tohir muncul sebagai ketua tim sukses pasangan Jokowi–Ma’ruf Amin dalam rangka menyukseskan kampanye dan memenangkan pasangan nomor urut 01 ini.
Sebagai ketua panitia pelaksana Asian Games 2018 (Inasgoc). Yang mampu menyajikan Asean Games yang sukses dan megah. Erick Tohir dinilai mampu meningkatkan elektabilitas pasangan Jokowi–Ma’ruf. Disamping itu Erick Tohir juga merupakan sosok pengusaha muda yang dikenal dikalangan anak muda dan pengusaha di tanah air ini.
Publik menilai ini adalah strategi hebat yang di pasang oleh paslon nomor 01 ini. karena jika kita melihat pada kedua sosok pasangan calon presiden dan wakil presiden. Jokowi–Ma’ruf, kalah dibandingkan paslon nomor 02 Prabowo-Sandi. Pasangan Prabowo-Sandi jauh lebih diminati para pemilih muda. Dengan dijadikannya Presiden Inter milan ini sebagai Ketua Tim Pemenangan paslon 01 dianggap mampu mengimbangi arah suara pemilih muda.
Lain halnya dengan strategi yang dimainkan oleh pasangan calon presiden Prabowo-Sandi. Jika Paslon nomor 01 mengusung sosok pemuda, pengusaha sukses, mileneal. Sedangkan paslon nomor 02 menunjuk seorang jendral purnawirawan sebagai Ketua Tim Pemenangan di pilpres 2019 nanti.
Djoko Santoso dinilai adalah sosok yang tepat untuk memenangkan Prabowo-Sandi 2019 nanti. Sebagai jendral purnawirawan, public sepakat kubu Prabowo-Sandi adalah kubu penuh strategi. Sebagai seorang pensiunan militer, tentunya strategi yang disiapkan pasti strategi terbaik dan militan.
Polri Vs TNI
Beberapa bulan terakhir, sikap yang ditunjukan aparat kepolisian sejauh ini terlihat tidak netral dimata publik. Kita ambil contoh dari sikap aparat kepolisian yang dinilai tidak netral sebagai aparat keamanan. Beberapa waktu yang lalu, sebelum dibukanya masa kampanye. Beberapa kegiatan yang notabene nya tidak pro kepada Jokowi mendapat perlakuan yang tidak sesuai dengan fungsi dan kewenangan aparat kepolisian.
Sebagaimana yang terjadi di Pekan Baru 25 Agustus 2018 lalu. Adanya ketidak netralan yang terlihat dari sikap aparat kepolisian terhadap masa yang ingin mendeklarasikan #2019GantiPresiden. Sehingga aksi konstitusional tersebut tidak bisa dilansungkan. Padahal jika aparat kepolisian setempat konsekuen dengan fungsinya. Maka deklarasi tersebut bisa saja menurut saya berjalan dengan pengamanan yang semestinya dari pihak kepolisian.
Hal Serupa juga Terjadi di Sumatera Barat yang notabene nya adalah pedukung Pak Prabowo, sebagaimana hasil Pilpres 2014 silam. Sebagaimana yang terjadi awal September lalu. Sempat ada rencana untuk melakukan deklarsi #2019GantiPresiden di Sumatera Barat. Namun sebelum sempat dilaksanakan pihak Kepolisian Sumatera Barat sudah menunjukan sikap yang tidak bijak terlebih dahulu. Sebagaimana yang dikutip dalam sebuah media masa lokal.
“Kapolda Sumbar, Irjen Fakhrizal memastikan, jajaran kepolisian tidak akan mengeluarkan izin untuk deklarasi #2019GantiPresiden yang rencananya akan dilaksanakan di tiga tempat di Sumatra Barat. Di Padang, Solok dan terakhir akan dilangsungkan di Payakumbuh. Terkait adanya informasi kalau pelaksanaan kegiatan itu sudah diizinkan, Kapolda menyebut itu sebagai kabar hoaks. (Padang, Harian Haluan.com 5/9).
Dan yang paling hangat akhir-akhir ini adalah perlakuan yang tidak bermoral yang dilakukan oleh beberapa aparat kepolisian terhadap mahasiswa ketika melangsungkan aksi demonstrasi menuntut Presiden Jokowi untuk mundur dari jabatannya. Tentunya isu ini karena kondisi gejolak ekonomi yang tidak stabil di era ini. tentunya ini menjadi evaluasi besar-besaran bagi aparat kepolisian. Yang semestinya adalah sinergi untuk kebaikan bangsa yang dibangun antara pihak kepolisian dan mahasiswa.
Dari rangkaian kejadian tersebut, opini public dengan sendirinya tergiring lewat pemberitaan-pemberitaan yang ada. Dan public menyimpulkan bahwsanya setiap upaya dan kegiatan yang dilakukan dengan konten yang tidak mendukung Pak Jokowi, maka dengan segala upaya akan ada beberapa pihak kepolisian yang akan mencoba menghentikan kegiatan itu. Hal ini menunjukkan posisi POLRI hari ini tidak lagi netral.
Dari kubu penantang, Paslon Prabowo-Sandi bertaburan bintang. Ada Prabowo subianto disana sebagai seoarang purnawirawan TNI. Juga ada Bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang juga adalah seorang Pensiunan TNI yang dikenal juga sebagai seorang ahli strategi. Ditambah lagi dengan hadirnya sosok Djoko Santoso sebagai Pensiunan TNI juga. Dengan berkumpulnya petinggi-petinggi TNI pada masanya di kubu paslon ini. tentunya akan dengan mudah mengumpulkan suara dari TNI menyatu pada pasangan ini.
Kesimpulan temporer hari ini, jika dari sebahagian POLRI sebagaimana yang sudah dijelaskan pada beberapa kejadian diatas memperlihatkan dukungan penuh kepada paslon Jokowi-Ma’ruf. Maka dari pihak TNI kemungkinan terbesar akan memusatkan suara dan dukungannya pada pasangan Prabowo-Sandi.
Jokowi vs Prabowo
Demokrasi adalah perihal konten, pemilih akan memilih konten siapa yang paling bagus dan layak untuk diaplikasikan untuk Indonesia kedepannya. maka dari itu persoalan visi dan misi. Persoalan perhatian kepada isu-isu yang bersifat kerakyatan akan bisa menjadi tolak ukur menjadi diminati atau tidaknya salah satu pasangan calon.
Jika hari ini kita melihat adanya pilihan politik yang secara tidak lansung nampak dari Pihak Kepolisian dan TNI. Disamping itu masih ada undecided voters (pemilih yang belum menentukan pilihannya) yang akan menjadi penentu siapa yang layak untuk memimpin Indonesia 2019-2024 nanti.
Dan pasangan calon presiden dan wakil presiden dari masing-masing kubu beserta tim sukses dan pendukungnya juga harus mencermati ini. karena undecided voters ini adalah mereka yang masih melihat seperti apa konten yang dibawa oleh kedua pasangan calon ini. bagaimana keseriusan pasangan calon presiden dan wakil presiden kedua kubu ini mengangkat isu-isu kerakyatan.