“Yang online-online itu pak?”
Itu pertanyaan balik Prabowo untuk menegaskan apa yang dimaksud dengan startup unicorn yang ditanyakan oleh Jokowi dalam debat presiden 2019. Memang rupanya soal unicorn, industri 4.0, e-sport dan lain-lain yang berkaitan dengan komputer dan internet menjadi minat presiden Jokowi.
Bahkan minat itu ditunjukan sejak menjadi Gubernur DKI tahun 2012, Jokowi sudah menerapkan e-procurement, e-budgeting untuk mengontrol keuangan di pemda DKI ,yang sudah menjadi rahasia umum, penuh dengan KKN.
Memang dengan penerapan sistem informasi berbasis komputer semua perizinan, pembukuan, dan adminitrasi menjadi lebih transparan, rapi dan taat aturan. Ketertiban ini mengurangi “permainan” PNS untuk mendapatkan uang tambahan dari masyarakat yang dilayani. Mungkin ini sebabnya Jokowi tidak begitu disenangi oleh PNS. Mungkin ya.
Perhatian Jokowi juga ditujukan pada perusahaan yang sudah memanfaatkan sistem informasi dan jaringan internet secara penuh. Perusahaan itu antara lain adalah Gojek, Tokopedia, Bukalapak, dll yang diantaranya bisa digolongkan sebagai perusahaan unicorn, perusahaan yang memiliki nilai pasar di atas US$ 1 milyar atau setara Rp. 14 trilyun. Bahkan Gojek sekarang masuk ke startup yang digolongkan decacorn atau nilai pasarnya mencapai US$ 10 milyar.
Harga yang tinggi itu tidak terwujud jika tidak ada investor yang masuk membeli saham para pendiri. Para investor asing itu melihat potensi pasar Gojek yang besar setelah perusahaan itu mampu memperluas bisnisnya.
Pada awalnya Gojek yang dikenal sebagai ojek online yaitu sebagai pengantar orang mondar mandir, sekarang sudah lebih dari itu. Selain pengantar barang atau surat, Gojek juga mengembangkan pelayanannya sebagai pengantar makanan hangat.
Pada sistem pengantaran makanan ini tentu Gojek juga bekerja sama dengan para pembuat makanan. Para pembuat makanan ini kalau jaman dulu adalah restoran atau kedai makanan, kalau sekarang mereka tidak harus punya restoran di jalan besar atau ramai, tetapi cukup dengan foto makanan dan masak di rumah.
Pembeli kan beli makan di tempatnya sendiri jadi tidak perlu ruang makan yang bagus dan lapang. Itu semua merubah cara pandang bisnis yang sudah berjalan sejak dahulu.
Gojek juga mengembangkan layanan GoPay sebagai sarana pembayaran. Dengan begitu masyarakat tidak perlu repot lagi membawa uang kas ke mana-mana yang memiliki potensi hilang.
Bagi penjual, sistem ini memberi jaminan pembayaran dan mengurangi kerepotan mencari kembalian. Itu yang terlihat. Yang tidak terlihat Gojek sekarang seperti bank besar yang memegang uang dalam jumlah banyak tapi uang tersebut tidak kemana-mana hanya pindah dari rekening pembeli ke penjual di dalam kantung besar Gojek sendiri.
Sistem pembayaran dengan kartu ini atau tanpa uang (cahsless) membuat uang lebih cepat dari keluar dari bank. Padahal bank konvensional itu menghimpun uang masyarakat untuk diputar. Di lain pihak bank juga harus menyediakan bangunan untuk kantor cabang dan ATM agar masyarakat bisa mengambil dan menyetor uang, sebuah biaya yang besar yang tidak perlu disediakan oleh perusahaan dengan transaksi online seperti Gojek.
Perusahaan lain yang memanfaatkan koneksi internet seperti toko online juga telah merubah peta bisnis yang sudah berlaku lama. Sekarang orang lebih mudah membeli ke toko online daripada ke toko konvensional atau ke mall.
Toko online tidak perlu lagi memiliki ruang pamer barang kecuali di internet yang tampil di layar datar. Mereka juga tidak perlu memiliki gudang besar. Gudang mereka bisa jadi merupakan gudang bersama dengan toko-toko onlinenya. Barang-barang mereka juga bisa jadi tidak ada di Indonesia tetapi masih berada di pabriknya yg mungkin berada di China atau Taiwan.
Perubahan-perubahan itu sudah dibayangkan orang sejak lama, tetapi baru dirasakan sekarang dan masih banyak orang yang terkaget-kaget. Toko-toko di mall menjadi berkirang pembelinya. Ojek pangkalan sepi dan harus benar-benar keliling untuk mendapatkan uang bukannya mangkal. Pendapatan di satu sisi meningkat sementara di sisi lain menurun. Tetapi konsumen mendapatkan keuntungan lebih, lebih hemat waktu dan biaya untuk mendapatkan pelayanan atau barangnya.
Begitu pula di dunia penerbitan yang sudah lebih dulu mengalami transformasi bisnisnya. Media cetak makin berkurang tetapi bukan berarti kebutuhan informasi ikut berkurang. Bahkan seharusnya sekarang masyarakat lebih banyak menyerap informasi. Penjaja informasi tidak lagi mengandalkan kertas melainkan menayangkan informasi secara online. Cara konsumen berinteraksi dengan agen berita sudah berubah.
Perubahan-perubahan semakin cepat di segala bidang. Mungkin akan secara masif merubah bagaimana kita belajar atau bersekolah, bagaimana kita memelihara kesehatan, bagaimana kita bekerja dan bergaul, bagaimana kita menyatakan pendapat dan lain-lain .
Apa yang disampaikan Jokowi mengenai industri 4.0, industri yang mengandalkan komputer dan internet, dalam berbagai kesempatan berkampanye sebetulnya bukan hal baru tapi banyak orang yang baru menyadarinya, bahwa perubahan besar sedang terjadi. Perubahan besar yang menyangkut kita berinteraksi, mencari nafkah, menghibur diri, berpolitik dan lain-lain.
Perdebatan siapa yang akan diuntungkan dengan adanya unicorn, decacorn, apakah investor asing atau pekerja ahli dalam negeri menjadi kurang relevan karena dalam perubahan besar ini konsumen juga mengalami keuntungan. Kalau saja jika tidak menguntungkan tentu pola kegiatan dan bisnis baru itu tidak diterima masyarakat.
Perubahan tidak bisa dilawan tetapi disonsong sambil melihat peluang ada di mana. Masa perubahan ini sudah di mulai dan pastinya akan berahir juga. Mungkin benar seperti dikatakan Rolf Jensen pada bukunya “The Renaisance Society” bahwa sekarang sedang tumbuh masyarakat yg “terlahir kembali”. Seperti diketahui Renaisance pertama yg di Eropa pda abad 14-17 telah melahirkan kesenian, kebudayaan dan imu pengetahuan baru.
Dan sekarang berkat teknologi komputer dan internet, masyarakat semakin dipercepat perkembangannya terutama masyarakat yg masih tertinggal di negara berkembang. Seni, Kebudayaan dan Ilmu pengetahuan, dan ditambah juga informasi bisnis dan politik menyebar luas ke seluruh dunia melahirkan masyarakat dengan struktur baru. Masyarakat yang lebih independen atau berkurang hirarkinya, masyarakat yang lebih memiliki kekuatan, dan lebih humanis.