Sabtu, April 20, 2024

Jokowi dan Generasi Millenial di Era Ekonomi Digital

L Tri Wijaya Nata Kusuma
L Tri Wijaya Nata Kusuma
L. Tri Wijaya N. Kusuma | Executive Director of Center for Indonesian Business Analytics Studies (CIBAS) | Ph.D in Business Intelligence & Data Analytics, NCU Taiwan | Dosen di Universitas Brawijaya |

Fenomena peningkatan jumlah penduduk usia produktif atau kita kenal dengan istilah “bonus demografi” secara signifikan selama ini diharapkan memberikan kontribusi lebih bagi perekonomian domestik.

Namun, jika kita lihat dengan seksama dan membandingkan dengan beberapa negara tetangga Indonesia, selama ini bonus demografi belum bisa dimanfaatkan dengan baik.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro dalam event kick off meeting sensus penduduk 2020 beberapa waktu lalu, mengungkap bukti bonus demografi yang selama ini belum bisa teroptimalkan dengan baik. Hal tersebut, tercermin dari masih adanya pengangguran di usia muda.

Masih banyak pengangguran usia muda, terutama di pedesaan. Ini masalah kita, kalau bicara bonus demografi. Kami tidak ingin bonus demografi berubah menjadi blunder karena tidak bisa menyediakan lapangan kerja.

Kementerian PPN/BAPPENAS memperkirakan, puncak bonus demografi pertama akan terjadi pada 2034. Pada periode tersebut, bonus demografi diharapkan bisa memberikan kontribusi sebesar 0,22% poin terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun, tanpa dukungan data sensus penduduk yang akurat, maka pemerintah akan sulit merumuskan kebijakan untuk mengatasi hal tersebut. Apalagi, ada beberapa catatan yang harus dilakukan, agar bonus demografi terus berlanjut.

Perlu adanya dorongan terhadap sumber daya manusia, agar lebih produktif dan berdaya saing. Apalagi saat ini era ekonomi menuju revolusi industri 4.0 yang berbicara otomatisasi, digitalisasi yang berpengaruh signifikan terhadap pengurangan tenaga kerja.

Pergeseran Trend Ekonomi Digital dan Berbasis Platform Based

Apalagi sejak Presiden Joko Widodo telah meresmikan peta jalan atau roadmap yang disebut Making Indonesia 4.0. Presiden berharap, sektor Industri 4.0 tersebut bisa menyumbang penciptaan lapangan kerja lebih banyak serta investasi baru yang berbasis teknologi.

Realita yang kita hadapi saat ini, dapat disaksikan mulai banyaknya datang wirausaha baru yang menggagas cara- cara dan platform baru. Dari peradaban industri ke peradaban digital, dari perusahaan menjadi platform.

Gejala- gejala perubahan besar tersebut sudah mulai nampak. Jika kita coba menilik salah satu contohnya pada perubahan industri atau bisnis transportasi, dimana perkembangan transportasi umum berbasis aplikasi atau online dapat membawa dampak yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia.

Sebab, pertumbuhan ekonomi bisa ditopang oleh sektor yang kini semakin berkembang dalam penyerapan tenaga kerja. Hal ini terlihat dari data yang dirilis oleh AlphaBeta pada tahun 2017, yang menunjukkan sekitar 43 persen dari mitra pengemudi jasa transportasi online yang disurvei, sebelumnya tidak punya pekerjaan.

Tidak sedikit dari para pimpinan pengusaha konvensional tersebut yang tetap masih mencari argumentasi tandingan sehingga seakan- akan kemunduran usahanya bukan diakibatkan oleh kelalaiannya merespon dengan aktif dan cepat perubahan era yang terjadi.

Jika kita mengambil salah satu contoh lain perusahaan digital yang sudah berorientasi platform yaitu Go-Jek. Dimana dengan isu Big Data, mereka dapat memetakan perilaku konsumen terhadap jasa transportasi hingga delivery produk- produk yang ditawarkan secara online. Secara perlahan namun pasti mereka mulai memindahkan mindset perusahaan selama ini yang terfokus pada product-based menjadi platform-based.

Dominasi Generasi Millennial Dalam Bisnis Ekonomi Kreatif

Internet tidak hanya mengubah gaya hidup, tapi juga peradaban dan generasi. Melalui teknologi digital, generasi millennial tumbuh kreatif, berinovasi, dan membentuk ekonomi Indonesia.

Bisnis ekonomi kreatif sedang menjadi tren khususnya untuk anak muda, karena jenis usaha kali ini mengedepankan inovasi maupun pembaruan terhadap bisnis yang sama sebelumnya. Untuk itu banyak anak muda khususnya generasi milenial yang tertarik menggeluti industri kreatif.

Dalam laporan Badan Ekonomi Kreatif tahun 2017 melalui sekretaris utamanya  Mesdin Kornelis Simarmata mengatakan, saat ini kaum millenial atau yang akrab disebut dengan jaman now, semakin ulet dalam mengembangkan dunia usaha khususnya industri kreatif seperti, kriya, kuliner, maupun fashion.

Saat ini generasi milenial mendominasi bisnis kreatif di Indonesia, dengan rataan 80% dari 1,6 juta industri kreatif yang ada, karena para pelaku ekonomi kreatif rata – rata dalam usia 20 sampai 40 tahun dengan berbagai macam bidang usaha yang mereka geluti.

Pada tahun 2017 saja ekonomi kreatif menyumbangkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebanyak 9% cukup banyak, mengingat bisnis ini merupakan industri baru yang dikemas dengan baik melalui tangan generasi milenial. Sedangkan 70% pangsa pasar industri kreatif ada di kriya, fashion, kuliner sebab ketiga sektor tersebut mempunyai pangsa pasar yang besar khususnya anak muda sebagai bidikan utama para pelaku ekonomi kreatif. Selain itu untuk sektor prioritas yang mempunyai mutliplayer effect cukup besar yakni dari Musik, Film, Aplikasi dan Game.

Seperti kita ketahui, hingga awal tahun 2018 industri musik dan film sangat maju, karena industri tersebut dapat meraup keuntungan sangat besar terlebih jika lagu ataupun film disukai masyarakat sehingga penjualannya laku keras dipasaran.

Mulai 2018 hingga 2019 sebagai tahun politik, berdasarkan data yang dipublish BEKRAF dapat di estimasi bahwa ekonomi kreatif akan tumbuh 5% karena gegap gempita masyarakat Indonesia yang akan memilih pemimpin baru, dan beberapa industri kreatif seperti advertising serta kriya yang diperkirakan meningkat drastis. Sudah seharusnya para pelaku industri kreatif untuk lebih jeli melihat peluang yang ada, diharapkan tahun politik bisa menjadi momentum bagi para pelaku usaha untuk mendapatkan keuntungan sebanyak mungkin.

Kebijakan Pemerintahan Jokowi

Beberapa upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan daya saing pelaku usaha dan tenaga kerja khususnya sektor ekonomi kreatif adalah dengan melakukan pelaksanaan gerakan hidup sehat, memperluas cakupan JKN dan SJSN Ketenagakerjaan, memperluas pendidikan menengah universal, dan memperkuat pelatihan dan pendidikan vokasi.

Selain itu, pemerintah pun akan terus mendorong investasi di bidang pengembangan produk tabungan, deposit, saham, dan investasi jangka panjang lainnya, peningkatan efisiensi dan kemudahan investasi, pengembangan instrumen pembiayaan pembangunan, dan sistem pensiun yang berkesinambungan.

Pemerintah ingin, pada 2045 manusia Indonesia unggul, berbudaya, serta menguasai pengetahuan dan teknologi. Selain itu, pemerintah akan mempercepat pembangunan yang merata dan inklusif, serta ekonomi yang maju dan berkelanjutan. Karena kekuatan ekonomi Indonesia nantinya ada pada SDM generasi millennial yang berdaya saing global.

Dalam aspek ekonomi, Indonesia dibawah pemerintahan Jokowi dipandang sebagai negara yang reformis, resilient, dan sangat progresif dan potensial yang telah menggunakan sistem keuangan yang sesuai dan bersinergi dengan sistem keuangan dunia. Sebagai digitalized economy country, Indonesia memiliki inclusive growth yang baik. Indonesia dinilai dunia memiliki banyak program dan kebijakan yang baik, yang dapat dijadikan showcase untuk menginisiasi negara-negara di dunia.

L Tri Wijaya Nata Kusuma
L Tri Wijaya Nata Kusuma
L. Tri Wijaya N. Kusuma | Executive Director of Center for Indonesian Business Analytics Studies (CIBAS) | Ph.D in Business Intelligence & Data Analytics, NCU Taiwan | Dosen di Universitas Brawijaya |
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.