Jumat, April 26, 2024

Jangan Salahkan Arek Suroboyo Hadang Prabowo

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi

Kalau arek Suroboyo sampai bereaksi. Itu tandanya, sudah keterlaluan. Melampaui batas kewajaran. Jadi, Prabowo dan Pendukungnya, tidak perlu menyalahkan sambutan arek-arek Suroboyo ini.

Kedatangan calon presiden nomor urut 02 Selasa, 19 April lalu, di Tambak Beras Surabaya mendapat sambutan kurang simpatik. Tidak hanya dengan yel-yel, masyarakat sekitar berlari mengikuti rombongan Prabowo. Hingga adu mulut tidak terelakkan dengan pendukung Prabowo.

BPN (Badan Pemenangan Nasional) Pasangan Prabowo-Sandi, Priyo Budi Santoso pun angkat bicara atas aksi penghadang di Surabaya. Menurut Sekjen Partai Berkarya, penghadang itu sebuah intimidasi kepada Prabowo. Priyo juga mengkaitkan penghadangan tersebut di tempat lain.

Intimidasi dalam konstilasi politik di Surabaya dan Jawa Timur, hanya terjadi di Pilpres 2019 ini saja.  Contohnya, event Pemilihan Gubernur tahun lalu, saat daerah lain memanas dengan isu hoax. Jawa Timur adem-ayem. Tidak bising semua berjalan damai.

Melihat kenyataan Pilgub Jatim tersebut, jelas bahwa Arek Suroboyo tidaklah gagap politik. Memahami apa itu politik kekuasaan. Sehingga bisa menerima perbedaan.

Apa yang dikatakan Priyo, bisa diterimah akal sehat. Apabila mengunakan pendekatan politik rivalitas menjelang Pilpres 2019 mendatang. Faktanya, para penghadang meneriakan yel-yel dukungan kepada Jokowi. Dan membentangkan spanduk ucapan selamat datang kepada Prabowo tapi tetap dukung Jokowi.

Namun dalam perspektif psiko-sosiologis warga Jawa Timur dan Surabaya pada khususnya. Penghadangan tersebut bukan hanya persoalan dukungan saja. Tapi sebuah protes sosial atas kondisi yang saat ini terjadi. Situasi yang memanas akibat kebisingan informasi menjelang Pilpres 2019 mendatang.

Kebisingan ini, efek dari semburan hoax, berita fitnah dan caci-maki. Yang dalam prespektif awan, sebagai metode kampanye capres nomor urut 02. Sehingga penghadangan tersebut wujud protes sosial masyarakat Jawa Timur kepada Prabowo.

Seperti diketahui, sambutan yang kurang simpati tidak hanya terjadi di Surabaya. Namun terjadi dibeberapa daerah lain di Jawa Timur. Seperti di Madiun dan Bojonegoro. Yang terjadi di Surabaya,  mendekati aduh fisik dengan pendukung Prabowo.

Seharusnya tim Prabowo belajar dari kejadian di Surabaya dan Jawa Timur. Bahwa metode kampanye yang dilakukan tidaklah efektif. Kondisi masyarakat Jawa Timur tidaklah sama dengan DKI Jakarta.

Sebagai kota metropolis terbesar kedua di Indonesia. Warga Surabaya masih memegang teguh gotong royong,  toleransi, dan nilai-nilai persatuan lainnya. Sehingga, tindakan yang mengancam nilai-nilai tersebut menjadi musuh bagi masyarakat.

Dalam guyonan politik awan. Apabila,  arek suroboyo sudah bereaksi atas keadaan nasional. Akan merembet kedaerah lain. Seperti momen politik lainnya. Misalnya, saat gerakan reformasi tahun 98. Begitu mahasiswa Surabaya turun lebih masif diikuti didaerah lain hingga lengsernya Soeharto.

Artinya, gerakan penghadangan di Surabaya ini. Sebagai akumulasi kondisi sosial yang berkembang menjelang Pilpres. Apabila, kampanye dengan cara hoax, penyebaran fitnah tidak dihentikan.  Akan banyak penghadangan kepada pasangan capres 02 dilain daerah.

Tentu saja,  harapan masyarakat Indonesia. Proses Pilpres 2019, jadi ajang pendidikan politik bagi warga. Menuju kepada tatanan bernegara yang lebih demokratis. Bukan jadi sumber perselisihan di masyarakat.

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.