Sabtu, April 20, 2024

Islam Itu Damai, Berdamailah!

Misdar Mahfudz
Misdar Mahfudz
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi FISIP Universitas Airlangga Surabaya

Secara subtansial, tidak ada satu pun agama yang mengajarkan untuk melakukan kekerasan, baik kekerasan psikologis maupun kekerasan fisik. Kristen, Yahudi, Buddha, Hindu, Islam, dan Kong Hu Cu senantiasa mengajarkan pemeluknya kepada jalan kebenaran dan perdamaian. Akan tetapi, dalam banyak kasus, mengapa agama acapkali dijadikan alat justifikasi terhadap berbagai tindak kekerasan, tak terkecuali aksi terorisme. Kemunculan Negara Islam Irak dan Suriah (Islamic State of Iraq and Syuriah) yang lebih akrab dikenal ISIS, dan aksi yang kerap terjadi adalah fakta yang tidak bisa dibantah. Di mana agama hanya dijadikan kamuflase untuk melanggengkan status quo dan melakukan tindak kekerasan.

Sekte-sekte yang menempatkan agama sebagai alat untuk melakukan kekerasan belakangan tidak hanya marak di Irak, Suriah, Prancis dan sejumlah negara di Eropa, tetapi juga di negara kita tercinta Indonesia. Penduduk Indonesia yang katanya mayoritas beragama Islam, sampai sekarang belum mampu membuktikan sepenuhnya kepada dunia bahwa islam yang dianutnya adalah agama yang ramah dan damai.

Sebagai bukti faktual, belakangan ujaran kebencian, saling melaporkan dengan dasar penodaan agama, pencemaran nama baik bak jamur di musim hujan. Bahkan, teror dan intimidasi atas nama agama sudah biasa terjadi direpublik ini. Masyarakat saat ini benar-benar diperadabkan dengan situasi yang sangat menegangkan, dan situasi konflik yang tak berkesudahan. Terakhir laporang yang juga mencuat ke publik yang dilakukan oleh Muhammad Hidayat pada Minggu (2/7), dengan terlapor Kaesang Pangarep, anak Presiden Joko Widodo, dilaporkan karena dianggap mengunggah video yang bernuansa ujaran kebencian dengan ucapan “mengadu-adu domba dan mengkafir-kafirkan, tidak mau menshalatkan, padahal sesama Muslim karena perbedaan dalam memilih pemimpin. Apaan coba? Dasar ndeso”.

Pernyataan dalam video yang berdurasi hampir 3 menit tersebut, diberi judul, Bapak Minta Proyek. Menurut saya, sama sekali tidak mengandung ujaran kebencian apalagi dikaitkan dengan penistaan agama, bahkan kalau kita berpikir positif, perkataan tersebut, mengandung pesan positif. Betapa sangat urgen menjaga persaudaraan, dan menghormati semua perbedaan sebab perbedaan; suku, ras, agama, dan Etnis yang ada pada manusia merupakan keniscayaan. Sikap tegas polisi untuk tidak memperoses laporan ini, merupakan sikap yang sangat bijak. Sebab apabila semua laporan diproses meskipun tidak rasional, disamping menambah beban peran kepolisian juga semakin memperkeruh republik ini.

Sebagaimana kita mafhum. Negara ini sekarang, dihantui tingkah pola masyarakat yang menamakan dirinya sebagai “para pembela agama Tuhan” tetapi sesunggguhnya mereka tidak berketuhan. Mereka hanya menjadikan Tuhan dan agama yang mereka peluk sebagai tameng untuk mewujudkan kepentingannya; baik dalam politik, ekonomi, dan sosial-budaya. Tidak pelak, apapun mereka lakukan termasuk tindakan radikalisme dan takfirisme yang menjadi bumerang bangsa ini.

Islam Agama Ramah dan Damai

Terlepas dari maraknya berbagai aksi kekerasan, dan ujaran kebencian berkedok agama yang terjadi baik di masa lalu maupun saat ini, sesungguhnya doktrin agama tak pernah mengajarkan kekerasan. Islam senantiasa membimbing umatnya ke jalan yang penuh rahmat dan perdamaian bagi seluruh alam. Dalam kehidupan sehari-hari, khususnya, sikap saling menghormati antar umat beragama sangat ditekankan dalam Islam.

Islam tidak memerintahkan umatnya untuk berbuat kejahatan meski berbeda agama, suku, golongan, dan etnis. Sikap yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam Piagam Madinah (al-sahifah al-madinah) adalah bukti bahwa keberagaman agama, suku, etnis, dan budaya bisa hadir bersama dan menciptakan harmonisasi di antara satu sama lain.

Peraturan yang secara langsung diinisiasi oleh Muhammad itu, mendidik ummat islam untuk hidup berdampingan dengan agama lain (the other religion). Umat Islam tidak bisa lagi berdiri di atas kedaulatan kuantitas, sudah saatnya berfikir keras bagaimana kedaulatan kualitas ummat islam menjadi pendorong tercapainya cita-cita kerukunan sejati.

Islam harus menjadi agama yang kritis dan profetis, penyambung lidah Tuhan dalam mendiasporakan pesan-pesan kerukunan ummat. Predikat sebagai khoiru ummah (umat terbaik) dan ummatan wasathan (adil, toleran, dan senang berdialog/tabayyun) mewajibkan kita untuk berperan secara aktif dalam mewujudkan cita-cita rahmatan lil alamin.

Perbedaan yang muncul di setiap lini kehidupan merupakan keniscayaan yang harus disyukuri sebagai kekayaan. Budaya damai adalah keharusan bagi bangunan kehidupan bersama. Islam dalam banyak pandangan pemikir di seluruh dunia mempunyai pengertian bukan hanya sebatas agama yang bernuansa transendental, melainkan substansi ajarannya memberikan pelajaran penting bagi penciptaan masyarakat yang berperadaban.
Allah SWT berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al Hujurat: 13).

Dengan kedamaian akan tercipta dinamika kehidupan yang harmonis dan humanis dalam setiap interaksi antar sesama, serta tidak ada rasa takut dan tekanan-tekanan dari pihak lain. Pemikir Islam asal India Maulana Wahiduddin Khan mengatakan, perdamaian selalu menjadi kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang jika perdamaian terwujud maka ia hidup, namun bila perdamaian itu absen maka ia mati. Karena itu, perdamaian merupakan hak mutlak setiap individu sesuai dengan entitasnya sebagai makhluk yang mengemban tugas sebagai pembawa amanah Tuhan. Islam adalah agama yang syarat dengan pesan perdamaian.

Di antara bukti kongkrit dari perhatian Islam terhadap perdamaian adalah dengan dirumuskannya Piagam Madinah atau Perjanjian Hudaibiyyah. Allah SWT dengan tegas menyatakan dalam firman-nya “Dan Tiadalah Kami mengutusmu (wahai Muhammad), melainkan sebagai rahmatan lil-alamin,” (Al-Anbiya: 107), pengasih bagi alam semesta. Ayat ini menjelaskan bahwa Islam melarang sikap permusuhan, otoriter, perpecahan, mau menang sendiri, dan melecehkan pihak lain. Apalagi sampai teoririsem yang belakangan marak terjadi. Makna Islam adalah keselamatan yang berarti ajarannya mengajak kepada perdamaian, persaudaraan, kasih sayang, persatuan, toleransi, dan saling menghargai satu sama lain.

Maka sudah jelas, jika beberapa kasus kekerasan yang bersentimen agama di berbagai belahan dunia, khususnya di Indonesia dewasa ini sangatlah bertolak belakang dengan Islam. Karena Islam selalu mengajarkan sikap yang humanis, toleran, penuh kasih sayang. Oleh karena itu, Islam itu damai, berdamailah!.

Misdar Mahfudz
Misdar Mahfudz
Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi FISIP Universitas Airlangga Surabaya
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.