Asian Games 2018 telah usai. Banyak yang bertanya, mengapa artis Via Vallen tidak tampil pada acara Closing Ceremony kemarin, dan sebagai penggantinya lagu Meraih Bintang dibawakan oleh Afgan. Setelah mengintip langsung di instagram Via Vallen, ternyata Minggu pagi ia sudah berada di Bengkulu untuk mengisi hiburan hajatan pernikahan pada malam harinya.
Sebagai artis yang notabene penyanyi dangdut, bisa dikatakan Via Vallen sedang mencapai puncak kariernya, popularitasnya yang terus naik, selepas terpilihnya Via Vallen sebagai penyanyi lagu resmi Asian Games 2018, dan dapat tampil pada acara Opening Ceremony yang ditonton langsung oleh puluhan ribu pemirsa Indonesia termasuk orang nomor satu di Indonesia, Bapak Presiden Joko Widodo.
Via Vallen pun dipercaya, ikut menyeret kepopularitasan perindustrian musik dangdut Indonesia, baik dari segi lagu maupun penyanyi dangdut lainnya yang ikut terkena dampak positifnya. Meskipun, lagu Asian Games ini memang sama sekali tidak ada dangdut-dangdutnya.
Satu hal yang menjadi sorotan saya ketika Via Vallen menyanyikan lagu Meraih Bintang pada Opening Ceremony 18 Agustus 2018 kemarin adalah kesalahan Via Vallen mengucapkan lirik saat lipsync. Sekali lagi, ini bukan masalah Via Vallen melakukan lipsync, tapi kesalahannya dalam pengucapan lirik.
Wishnutama, selaku Creative Director Opening Ceremony AG 2018 pun sudah menjelaskan secara detail perihal permasalahan ini, menimbang banyak faktor, diambillah keputusan, kalau Via Vallen memang diharuskan untuk berlipsync karena murni masalah teknis.
Terlepas dari itu, saya kira, seharusnya untuk tampil pada acara sebesar ini, semua artis dituntut melakukan persiapan secara matang. Karena, secara tidak langsung, mereka juga membawa nama Indonesia di kancah Asia dan Internasional. Akan tetapi, panitia gagal untuk melihat ini. Via Vallen secara tidak sengaja melakukan kesalahan.
Saya sebenarnya tidak begitu heran dengan hal ini, silakan Anda tonton sendiri video klip dangdut yang sekarang menjamur di Youtube, lagu-lagu yang dibawakan Via Vallen secara lypsinc tapi dibawakan saat live performance sebagai video official, hampir semua, Via Vallen harus kecolongan lirik yang entah lupa atau memang tidak hafal lirik maupun penempatannya.
Sebagai contoh, silakan ketikkan Via Vallen di pencarian Youtube, akan muncul lagu “Via Vallen – Bagaikan Langit Dan Bumi | (Official Video)” di channel Khatulistiwa Record, pada menit 0:48, Via Vallen sudah kecolongan lirik. Belum pada menit-menit selanjutnya. Dan masih banyak contoh-contoh video lainnya. Hal-hal seperti ini pun, tidak berlaku pada Via Vallen saja, kebanyakan artis dangdut juga melakukannya.
Entah karena persiapan yang kurang karena waktunya dadakan, atau memang karena asal-asalan saja ketika membuatnya. Asalkan ada lagu yang sedang booming, segera para artis dangdut di bawah label rekaman dan orkesnya masing-masing, ikut menggarap lagu tersebut.
Lanjut pada aspek lagu yang digarap, saya sebagai penikmat, akan jarang menemui lagu-lagu dangdut yang komposisinya benar-benar bagus. Baik dari segi video klip, nada, judul maupun liriknya.
Dari segi video klip, selain hal yang sudah diterangkan di atas, masih banyak video klip dangdut yang seakan dibuat asal-asalan, seperti take videonya yang hanya satu harian saja serta kontennya yang tidak jelas. Bahkan ada satu channel besar khusus musik dangdut di Youtube, video klipnya pasti kalau dalam Bahasa Jawanya itu, “rak nggenah” alias tidak jelas bin aneh, sampai salah satu biduan dangdut asal Kediri pun mengakuinya.
Dari segi nada, akan ditemui juga lagu dangdut yang hampir-hampir mirip satu dengan lainnya, seperti lagu Jaran Goyang dengan Kebacut Baper. Dua lagu ini ibarat Upin dan Ipin. Silakan Anda dengar sendiri. Dan berikan pendapatnya.
Dari segi judul dan lirik, ini berkaitan juga dengan tema lagu, ada kesan di mana kalau pernah ada lagu yang ngehits dengan tema tertentu, maka segeralah harus dibuat lagu seperti itu juga, dan para komposer melihat peluang ini. Misal lagu dengan judul yang ada kata “bojo”-nya, dalam kurun waktu enam bulanan akan dijumpai lagu-lagu dengan judul seperti, Bojo Galak, Bojo Galak 2, Bojo Ketikung, Bojo Keplese, Bojo Simpenan, Aku Kangen Bojomu, dan Bojo Biduan.
Banyak bukan? Dari tema pun, pasti tidak akan jauh dengan hal seperti kangen istri orang, ketikung, juga selingkuh. Dalam konteks ini, saya melihat memang sasaran lagu dangdut sekarang itu selain menciptakan lagu yang easy listening, pasarnya adalah anak-anak muda yang sedang kasmaran-kasmarannya, makanya tema seperti ini memang sedang digandrungi.
Dan seperti inilah kondisi industri musik dangdut Indonesia sekarang. Di satu sisi, dangdut sedang naik daun kembali, tapi di sisi lainnya, ada aspek yang memang perlu perhatian khusus. Yaitu, keprofesionalitasan dan kesungguhan para musisi dalam mengembangkan lagu dangdut itu sendiri.
Apakah mau seadanya saja, yang penting profit untuk lingkaran sendiri. Atau memang para musisi ada keinginan yang besar untuk membawa dangdut ke tingkatan yang lebih tinggi lagi. Tapi saya tetap optimis dan berharap besar, apalagi melihat musik dangdut daerah Banyuwangian sekarang, yang didukung artis pendatang baru asal Jawa Timuran, dengan talen yang mumpuni seperti Jihan Audy, Tasya Rosmala, Arlida Putri, Daeren, serta komposer lagu yang andal, saya yakin ada masanya lagu dangdut bisa setara dengan lagu Lily of the Valley-nya Queen, Soldier of Fortune-nya Deep Purple, bahkan Beetwen the Bars-nya Elliot Smith.