Jumat, April 19, 2024

Indonesia Bubar 2030, Ekspresi Panik Prabowo?

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa

Ketua Umum Parpol Gerindra, Prabowo Subianto benar-benar panik luar biasa, ketika dia mengetahui sejumlah lembaga survei melaporkan bahwa elektabilitasnya jeblok. Salah satunya hasil survei Populi Center terkait bursa pemilihan Presiden 2019. Elektabilitas Presiden Jokowi masih unggul atas Prabowo Subianto.

Secara top of mind, elektabilitas Jokowi berada pada angka 52,8 persen. Kemudian Prabowo sebesar 15,4 persen. “Tren dari empat survei terakhir, Jokowi masih berkutat di angka 50 persenan,” kata Peneliti Populi Center Hartanto Rosojati di kantornya, Jakarta, Rabu (28/2/2018) lalu. Pada Desember 2017, elektabilitas Jokowi berada pada angka 54,9 persen. Sedangkan Prabowo masih 18,9 persen.

Jika benar kepanikan teramat dahsyat yang dialami Prabowo, pada akhirnya akan membuat mantan Danjen Kapassus ini melakukan marketing politik dengan cara berpidato di hadapan kadernya. Berikut ini kutipan pidato Prabowo.

Saudara-saudara! Kita masih upacara, kita masih menyanyikan lagu kebangsaan, kita masih pakai lambang-lambang negara, gambar-gambar pendiri bangsa masih ada di sini, tetapi di negara lain mereka sudah bikin kajian-kajian, di mana Republik Indonesia sudah dinyatakan tidak ada lagi tahun 2030.

Bung! Mereka ramalkan kita ini bubar, elit kita ini merasa bahwa 80 persen tanah seluruh negara dikuasai 1 persen rakyat kita, nggak apa-apa. Bahwa hampir seluruh aset dikuasai 1 persen, nggak apa-apa. Bahwa sebagian besar kekayaan kita diambil ke luar negeri tidak tinggal di Indonesia, tidak apa-apa. 

Ini yang merusak bangsa kita, saudara-saudara sekalian! Semakin pintar, semakin tinggi kedudukan, semakin curang! Semakin culas! Semakin maling! Tidak enak kita bicara, tapi sudah tidak ada waktu untuk kita pura-pura.

Video pidato Prabowo yang berdurasi 1 menit 13 detik itu, langsung diunggah di akun Facebook dan Twitter resmi Partai Gerindra. Dalam hitungan menit, video itu langsung menuai heboh dan viral di sosial media. Dalam pidatonya, Prabowo yang mengenakan pakaian putih dengan lantang menyebut Indonesia akan bubar tahun 2030.

Apa sebenarnya tujuan Prabowo mengatakan Indonesia akan bubar tahun 2030? Saya menduga, Prabowo memang sengaja mengangkat isu Indonesia bubar tahun 2030 agar elektabilitasnya terdongkrak. Namun sayang, sumber referensi pidatonya berasal dari novel fiksi  ‘Ghost Fleet’  yang ditulis Peter Warren Singer dan August Cole tahun 2015. Singer adalah penulis yang juga ahli strategi dari New America Foundation. Sedangkan, Cole merupakan analis yang kerap mengeksplorasi masa depan dari sebuah konflik.

Lantas apa yang terjadi setelah pidato Prabowo viral di sosial media? Sungguh tak disangka, Prabowo malah jadi bahan tertawaan dan olok-olok para politisi. Sejumlah pengamat politik menilai, Prabowo sudah mulai kehilangan akal sehat dan hati nuraninya, hanya karena gara-gara berambisi menjadi presiden.

Parahnya lagi, para pendukungnya di Gerindra ikut membela Prabowo mati-matian. Akibat lainnya yang juga tak kalah hebatnya ialah elektabilitas Prabowo semakin runtuh di hadapan publik. Dalam sejarah politik dunia, mungkin baru pertama kali terjadi di Indonesia seorang Ketua Umum Parpol yang digadang-gadang menjadi capres, mengatakan bahwa sebuah negara akan bubar dengan memakai referensi novel fiksi. Sungguh memprihatinan sekaligus memalukan.

Terlepas dari bahan pidato Prabowo yang dinilai publik tidak ilmiah, saya menduga kemungkinan besar Prabowo mempunyai tujuan politik ketika melempar isu Indonesia bubar tahun 2030. Kemungkinan pertama ialah Prabowo ingin melakukan pembunuhan karakter terhadap lawan politiknya. Prabowo ingin memberi sinyal kepada rakyat bahwa pemerintah yang sedang berkuasa saat ini, sudah tidak mampu lagi menjaga NKRI dari kasus-kasus konflik horizontal yang berbau SARA.

Pada abad ke 15, seorang ahli strategi politik Italia, Niccollo Marchiavelli yang melahirkan istilah Machiavellism menyebut, pembunuhan karakter merupakan taktik licik. Pembunuhan karakter merupakan kejahatan yang bersifat tendensius dan memiliki efek domino. Efek domino ini diharapkan Prabowo akan muncul setelah isu Indonesia bubar tahun 2030 dipublikasikan kepada rakyat.

Menurut sejumlah pakar politik militer, efek domino atau Teori Domino ini, sangat berkaitan dengan terjadinya perubahan kecil yang kemudian menjadi besar karena adanya reaksi berantai, seperti bola salju yang menggelinding. Mungkin saja, Prabowo mengadopsi teori domino ini untuk melakukan perubahan besar terhadap dirinya dan partainya.

Dampak lainnya lagi yang mungkin juga sangat diharapkan Prabowo ialah terciptanya butterfly effect di masyarakat yaitu terjadinya perubahan politik secara radikal di Indonesia, jelang pilpres 2019. Wujud nyata dari Butterfly effect ini adalah rakyat akan sangat sensitif terhadap isu politik yang pada akhirnya akan mendorong bangsa ini melakukan perubahan politik secara radikal.

Wawan Kuswandi
Wawan Kuswandi
Pemerhati Komunikasi Massa
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.