Senin, Desember 9, 2024

Imajinasi Konversi Kampanye Politik Digital

Rolip Saptamaji
Rolip Saptamaji
I'm a Political science researcher, lecturer and creative director.
- Advertisement -

Kampanye digital adalah inovasi terbaru dalam kampanye politik. Model kampanye digital ini mengubah banyak elemen dari kampanye konvensional dengan rotasi yang lebih cepat dan tim yang memiliki keterampilan baru.

Bagi para politisi yang sedang berkampanye, setiap perubahan memengaruhi pertimbangannya, dan tentunya berkaitan dengan sebesar apa dampak yang akan mereka terima. Maka tidak heran seringkali muncul pertanyaan, apakah kampanye digital menghasilkan pemilih, berapa banyak pemilih yang dihasilkan dari kampanye ini, efektif atau tidak kampanye digital, atau malah menambah biaya politik.

Pertanyaan ini tentunya sulit untuk dijawab oleh para penganjur kampanye digital yang biasanya berlatar belakang dari agensi marketing digital. Untuk meringkasnya, para penganjur ini akan menganalogikan pada brand produk tertentu yang telah berhasil melaksanakan kampanye marketing digitalnya. Tentunya hal ini makin membuat politisi ragu, karena politisi sadar betul kalau dirinya bukan produk dan ia tidak sedang berjualan, lagipula barang apa yang dijual dari politik.

Dalam studi komunikasi, Rogers dan Storey (1987) mendefinisikan kampanye sebagai “serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan untuk menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu” (Venus, 2004:7).

Kampanye sejak dalam konsepnya tidak pernah menjanjikan perubahan langsung melainkan dampak yang dibatasi pada khalayak tertentu. Selain itu, untuk mencapai tujuannya, kampanye memiliki syarat, yaitu harus berupa tindakan terencana yang dilakukan secara berkelanjutan dalam kurun waktu tertentu.

Tujuan utama kampanye adalah memengaruhi khalayak dan mengubah tindakan, sementara otoritas perubahan tetap berada di tangan khalayak. Sebagai tindakan komunikasi terencana, kampanye bukanlah transaksi langsung yang dapat memberikan hasil secara cepat. Kampanye menggunakan pendekatan persuasi bukan transaksi sehingga efektifitasnya sangat bergantung pada pesan dan cara membawakan pesan terhadap khalayak yang dituju.

Dalam kampanye, konvensional dan digital adalah persoalan saluran, alat dan metode yang dapat digunakan juga tidak digunakan, sesuai kebutuhan dan khalayak yang dituju. Sebagaimana kampanye konvensional, kampanye digital tidak menjamin terjadinya konversi pemilih.

Konversi hanya dimungkinkan oleh penerimaan pesan dari khalayak, dan bergantung pada metode dan alat yang digunakan. Sedangkan penerimaan pesan bergantung pada perancangan komunikasi dan intensitas penyampaiannya. Oleh karena itu, sebelum bicara konversi ada baiknya kita memahami apa, kenapa dan bagaimana kampanye dilakukan karena kampanye adalah aktivitas terkendali dan didalamnya tidak ada kepastian yang ada adalah rangkaian kemungkinan.

Referensi

Diana Saco, 2002, Cybering Democracy: Public Space and the Internet, University of Minnesota Press, London.

- Advertisement -

A.E Priyono, dkk, 2012, Media Sosial, Alat Gerakan Sipil, Ruas, Depok

Krishna Sen, David Hill, 2010, Politics and the Media in Twenty-First Century Indonesia: Decade of Democracy, Routledge.

www.theconversation.com. Global series: Politics in the age of social media (Diakses pada Februari 2018)

www.apc.org. Inside information society: Politics and social media (Diakses pada Juni 2018)

www.martenscentre.eu. Social media and politics power political influence (Diakses pada Juni 2018)

Rolip Saptamaji
Rolip Saptamaji
I'm a Political science researcher, lecturer and creative director.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.