Poligami sering kali dipandang sebagai jalan keluar untuk memenuhi kebutuhan batin dan memperluas hubungan keluarga. Namun, Ibnul Jauzi, seorang ulama dan pemikir terkenal, memberikan pandangan yang menarik dan penuh peringatan tentang risiko di balik praktik poligami. Dalam salah satu kitabnya yang berjudul Shaidul Khatir, ia menjelaskan berbagai dampak negatif poligami yang bisa merugikan kehidupan, baik secara emosional, sosial, maupun fisik.
Beban Pikiran yang Terpecah
Menurut Ibnul Jauzi, memiliki banyak istri dapat membuat pikiran seorang pria terpecah. Ia harus mencintai, menyenangkan, dan menghadapi kecemburuan dari setiap istri. Tidak hanya itu, pria juga harus memastikan kebutuhan hidup mereka terpenuhi, yang sering kali menjadi beban finansial yang besar. Lebih dari itu, tidak ada jaminan bahwa semua istri akan setia (tidak akan selingkuh). Salah satu dari mereka mungkin saja menyimpan kebencian yang dapat memicu konflik serius, bahkan sampai mengancam nyawa. Hal ini menunjukkan bahwa poligami bukanlah perkara mudah yang bisa dilakukan tanpa kesiapan matang.
Lelah dalam Menafkahi dan Menghadapi Kebosanan
Beban berikutnya yang diungkapkan oleh Ibnul Jauzi adalah keharusan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan istri-istri tersebut. Beban ini tidak hanya menguras tenaga, tetapi juga waktu. Bahkan jika seorang pria mampu menafkahi semua istrinya, ia tetap akan menghadapi kebosanan, baik terhadap istri-istrinya maupun sebagian dari mereka. Lebih buruk lagi, pria yang berpoligami cenderung merasa tidak pernah puas. Ia akan selalu menginginkan sesuatu yang tidak ia miliki. Ibnul Jauzi bahkan menyindir bahwa meskipun seorang pria memiliki semua perempuan di satu kota, ia tetap akan merasa kurang ketika melihat perempuan baru yang berbeda.
Dampak Fisik yang Melelahkan
Selain beban mental dan emosional, Ibnul Jauzi juga menyoroti dampak fisik dari poligami. Hubungan badan yang terlalu sering dapat menguras tenaga seorang pria, terutama jika ia sudah memasuki usia tua. Syahwat yang berlebihan justru bisa menjadi penghalang untuk menikmati kenikmatan jangka panjang.Dalam pandangannya, seorang pria yang terus-menerus mengejar kepuasan seksual hanya akan merusak tubuhnya sendiri. Ibnul Jauzi mengingatkan agar tidak tertipu oleh gairah sesaat yang akhirnya membawa kehancuran fisik dan mental.
Bijak dalam Memilih Pasangan
Ibnul Jauzi memberikan nasihat penting bahwa seorang pria bijak cukup dengan satu istri yang sesuai dengan tujuannya. Setiap perempuan pasti memiliki kekurangan, tetapi pria harus fokus pada kelebihan dan mengutamakan agama dalam memilih pasangan hidup.Kecantikan saja tidak cukup untuk membawa kebahagiaan. Seorang perempuan yang lemah dalam agama tidak akan memberi manfaat bagi pria yang memiliki kehormatan diri. Dengan demikian, pertimbangan agama harus didahulukan daripada sekadar daya tarik fisik.
Kesimpulan
Pesan Ibnul Jauzi ini relevan untuk direnungkan, terutama di tengah masyarakat yang kerap kali melihat poligami sebagai simbol kesuksesan. Padahal, di balik itu ada tanggung jawab besar yang tidak boleh diabaikan. Poligami bukan hanya soal memenuhi hasrat, tetapi juga tentang bagaimana menjalani kehidupan dengan adil, bijak, dan bertanggung jawab.Renungan Ibnul Jauzi mengajarkan bahwa kepuasan sesaat tidak boleh mengalahkan tujuan hidup jangka panjang. Kesederhanaan dalam kehidupan rumah tangga, dengan satu pasangan yang sesuai dan sejalan dalam agama, adalah jalan terbaik untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki.