Sabtu, April 20, 2024

Hoax dan Kesehatan

Hieronimus Adiyoga
Hieronimus Adiyoga
Mahasiswa non aktivis tapi tidak mau apatis.

Dalam beberapa hari terakhir ini, timeline berita kita acapkali memberitakan berita bohong mengenai selang cuci darah RSCM yang biasa digunakan 40 pasien dalam sekali pakai yang menjadi pidato calon presiden Prabowo Subianto. Tidak butuh waktu lama, pihak RSCM pun langsung membantah kabar bohong tersebut didukung dengan pernyataan mantan pasien yang mengaku pernah mendapatkan pelayanan hemodialisis di RSCM.

Pun begitu dengan kubu Prabowo, klarifikasi juga datang dari ‘orang-orangnya’ Prabowo, dalam hal ini untuk meluruskan pernyataan bosnya, dan hal-hal setopik ini kemudian juga diangkat dalam diskusi pada acara yang ditayangkan di berbagai stasiun televisi swasta. Pun begitu dengan media sosial, pertarungan antara cebong vs kampret kembali memanas, cela-mencela pun menjadi makanan sehari-hari. Secara tidak sadar, pemilu ini sudah cukup membawa dampak yang buruk pada kehidupan sosial.

Terlepas dari pilpres ini, kesehatan dan hoax adalah dua hal yang sering bertemu satu sama lain. Hoax bertujuan memanipulasi kebenaran, dalam hal ini kesehatan dimanipulasi untuk tujuan tertentu. Indonesia, sebagai negara dengan budaya literasi yang rendah, setidaknya menurut Prabowo, adalah negara yang rakyatnya sering termakan hoax dan tidak terkecuali di kesehatan.

Kita mungkin pernah melihat, bagaimana ada sebuah iklan produk minuman kesehatan yang diklaim mampu menyembuhkan banyak sekali penyakit hanya dengan meminumnya, dimana yang menjadi jualan minuman tersebut cukup tidak masuk akal; memiliki atom hidrogen, antioksidan, bisa menyembuhkan kanker, dsb. Padahal, cukup dengan pemahaman konsep kimia SMA yang baik, rasanya sudah cukup untuk menangkis pernyataan iklan tersebut.

Dari sisi pembuat hoax, kesehatan adalah ladang yang cukup subur untuk memanen hoax karena rendahnya pengetahuan orang-orang terhadap kesehatan itu sendiri. Hampir tidak ada manusia normal yang tidak ingin berumur panjang, karena itu kesehatan adalah hal yang mutlak dibutuhkan semua orang. Sebenarnya kita tidak perlu mempercayai hoax kesehatan untuk menjadi sehat dan berumur panjang, kita hanya perlu menjaga kesehatan dan kebugaran kita pada level yang prima agar bisa terhindar dari sakit dan memiliki umur yang panjang. Hanya itu kuncinya.

Salah satu hoax kesehatan yang cukup membuat semua tenaga kesehatan meradang adalah hoax mengenai vaksin. Ya, vaksin yang tujuannya sangat mulia itu diplintir menjadi sesuatu yang too good to be true sehingga orang-orang tidak mau mendapatkan vaksin, dimana hal ini cukup berbahaya tidak hanya bagi dirinya sendiri namun juga bagi orang-orang sekitarnya.

Sebagai contoh, polio pernah dinyatakan musnah dari Indonesia tahun 1995, namun satu dekade kemudian status tersebut harus dicabut karena ada seorang penderita polio dan hal itu merembet menjadi 349 kasus polio pada tahun 2006. Beruntung, sejak 2014 Indonesia  kembali mendapatkan status bebas polio dari WHO, dan dari sinilah kita harus sadar pentingnya memberantas hoax yang membodohi, terutama itu berhubungan dengan keselamatan kita.

Jika ditilik dari sisi sosial, hoax yang berhubungan dengan kesehatan hampir selalu mengkambinghitamkan tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat dan apoteker. Industri farmasi hampir selalu disudutkan dalam hoax kesehatan, karena utamanya selalu berbicara tentang industri yang hanya mencari keuntungan.

Hal ini cukup mengganggu karena dapat merusak kepercayaan orang-orang terhadap integritas penyedia layanan dan produk kesehatan beserta tenaga kesehatannya. Padahal, merekalah orang yang mendedikasikan hidupnya untuk menggunakan keilmuannya sebaik-baiknya demi meningkatkan kualitas kesehatan umat manusia.

Hanya karena satu dua berita bohong yang dikemas dengan menggebu dan menyebar dengan mudah di era modern ini, orang-orang yang begitu mudah mendapat informasi itu tidak melakukan crosscheck dan dapat berakibat fatal, tidak hanya dari sisi kesehatan namun juga dari sisi sosialnya.

Karena itu, perlulah setiap orang untuk dapat menerapkan cara berpikir kritis dalam mencerna informasi yang tersebar, karena dengan penalaran yang logis disertai dengan intellectual curiousity yang tinggi itulah berita bohong itu dapat ditangkal.

Hieronimus Adiyoga
Hieronimus Adiyoga
Mahasiswa non aktivis tapi tidak mau apatis.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.