Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang diperingati setiap tanggal 21 Februari menjadi momentum penting untuk mengevaluasi dan memperkuat upaya kita dalam mengelola sampah secara berkelanjutan. Tema HPSN tahun 2025, “Kolaborasi untuk Indonesia Bersih”, menekankan pentingnya sinergi dan kerja sama antar berbagai pihak dalam mewujudkan Indonesia yang bebas dari permasalahan sampah.
Salah satu aspek penting dalam pengelolaan sampah yang sering terabaikan adalah kehilangan dan pemborosan pangan (Food Loss and Waste/FLW). FLW tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga memberikan beban yang signifikan terhadap lingkungan dan perekonomian. Derosya dan Ihsan (2025) dalam tinjauan pustakanya menyoroti urgensi penelitian dan aksi nyata untuk mengatasi FLW di Asia Tenggara Maritim (ASEAN Maritim), sub-region yang dihuni oleh lebih dari 400 juta penduduk.
FLW: Masalah yang Mendesak
FLW mengacu pada berkurangnya jumlah atau kualitas pangan yang layak konsumsi, baik yang terjadi di tingkat produksi, pascapanen, pengolahan, distribusi, hingga konsumsi. Di negara-negara berpenghasilan rendah, FLW umumnya terjadi di tahap awal rantai pasokan, sedangkan di negara maju, FLW lebih banyak terjadi di tingkat konsumen.
Studi Derosya dan Ihsan (2025) menunjukkan bahwa kontribusi individu terhadap FLW di ASEAN Maritim dapat mencapai lebih dari 150 kilogram per tahun. Sayangnya, penelitian terapan mengenai FLW di wilayah ini masih sangat terbatas. Dari 15 studi yang teridentifikasi, sebagian besar berfokus pada penyebab dan perilaku konsumen terkait pemborosan makanan, dengan sedikit perhatian pada aspek lain seperti produksi, penyimpanan, dan pengolahan.
Implikasi FLW bagi Indonesia
Sebagai negara kepulauan terbesar di ASEAN Maritim, Indonesia memiliki tantangan yang kompleks dalam mengelola FLW. Keanekaragaman geografis, iklim, dan budaya berkontribusi pada variasi pola FLW di Indonesia.
FLW di Indonesia tidak hanya berdampak pada ketahanan pangan, tetapi juga menimbulkan beban lingkungan yang signifikan. Sampah makanan yang terdekomposisi di TPA menghasilkan gas metana, gas rumah kaca yang jauh lebih kuat daripada karbon dioksida. Selain itu, FLW juga menyebabkan pemborosan sumber daya alam seperti air, energi, dan lahan yang digunakan dalam proses produksi pangan.
Dari sisi ekonomi, FLW menyebabkan kerugian finansial yang besar bagi produsen, distributor, dan konsumen. Upaya pengurangan FLW dapat memberikan manfaat ekonomi bagi berbagai pihak, termasuk konsumen yang dapat menikmati harga pangan yang lebih terjangkau.
Kebijakan Nasional dan Edukasi
Pemerintah Indonesia telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mengatasi FLW, antara lain melalui Gerakan Nasional Anti Pemborosan Pangan dan Program Ketahanan Pangan Nasional. Namun, implementasi program-program ini perlu diperkuat dengan riset dan data yang komprehensif, serta kolaborasi yang lebih erat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat.
Edukasi publik menjadi kunci penting dalam mengubah perilaku dan membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya mengurangi FLW. Kampanye kreatif, program edukasi di sekolah dan komunitas, serta pemanfaatan platform digital dapat menjadi sarana efektif untuk menyebarkan informasi dan membangun kesadaran masyarakat.
Wawasan Baru dan Solusi Inovatif
Studi Derosya dan Ihsan (2025) memberikan wawasan baru tentang urgensi penelitian FLW di ASEAN Maritim. Studi ini juga menekankan pentingnya pendekatan multidisiplin yang melibatkan berbagai faktor, termasuk sosial, teknologi, perilaku, dan budaya, dalam merumuskan solusi yang efektif.
Beberapa solusi inovatif yang dapat diimplementasikan antara lain:
- Pengembangan teknologi pascapanen, penyimpanan, dan pengolahan pangan yang lebih efisien untuk meminimalkan kehilangan pangan di tingkat produksi dan distribusi.
- Pemanfaatan platform digital untuk menghubungkan petani dan konsumen secara langsung, mengurangi ketergantungan pada middleman, dan meminimalkan pemborosan pangan di tingkat ritel.
- Penerapan food waste management hierarchy yang memprioritaskan pencegahan, kemudian diikuti dengan reuse, daur ulang, recovery, dan terakhir pembuangan di TPA.
- Pengembangan food bank dan program penyelamatan makanan untuk mendistribusikan makanan berlebih kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kolaborasi untuk Indonesia Bersih
Tema HPSN 2025, “Kolaborasi untuk Indonesia Bersih”, mengajak semua pihak untuk bersinergi dan bekerja sama dalam mengatasi permasalahan sampah, termasuk FLW. Kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, LSM, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan dalam mewujudkan Indonesia yang bersih dan berkelanjutan.
Momentum HPSN 2025 harus kita manfaatkan untuk meningkatkan kesadaran publik, mempromosikan inovasi, dan menggalang aksi nyata dalam mengurangi FLW. Dengan upaya bersama, kita dapat membangun sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan berkontribusi pada Indonesia Bersih.