Hamas adalah salah satu kelompok paling kontroversial di dunia. Bagi sebagian orang, Hamas adalah gerakan perlawanan yang berjuang untuk membebaskan Palestina dari pendudukan Israel.
Bagi sebagian lain, Hamas adalah organisasi teroris yang ingin menghapuskan Israel dan membunuh orang Yahudi. Lalu, siapakah sebenarnya Hamas? Apa tujuan, ideologi, dan strategi mereka? Dan bagaimana dampaknya bagi konflik Israel-Palestina?
Hamas adalah akronim dari Harakat al-Muqawamah al-Islamiyyah, yang berarti Gerakan Perlawanan Islam. Hamas didirikan pada tahun 1987 oleh Syekh Ahmad Yasin, seorang pemimpin agama dan aktivis Palestina yang terinspirasi oleh Ikhwanul Muslimin, organisasi Islam yang berpusat di Mesir.
Hamas muncul sebagai salah satu kelompok yang menentang perjanjian damai antara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dan Israel yang dikenal sebagai Deklarasi Prinsip Oslo pada tahun 1993. Hamas menolak mengakui Israel dan menginginkan pembentukan negara Islam di seluruh wilayah Palestina, termasuk Israel, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.
Untuk mencapai tujuannya, Hamas mengandalkan dua sayap utama, yaitu sayap politik dan sayap militer. Sayap politik Hamas bertanggung jawab atas urusan pemerintahan, sosial, dan kemanusiaan di Jalur Gaza, yang telah dikuasai oleh Hamas sejak tahun 2007 setelah mengalahkan Fatah, organisasi politik Palestina yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas. Sayap militer Hamas dikenal sebagai Brigade Izzuddin al-Qassam, yang melakukan operasi-operasi bersenjata melawan Israel. Operasi-operasi tersebut meliputi serangan roket, bom bunuh diri, penembakan senjata ringan, roket dan mortir.
Hamas mendapatkan dukungan dari sebagian besar rakyat Palestina, terutama di Jalur Gaza, karena dianggap sebagai kelompok yang berani dan istiqamah dalam melawan Israel. Hamas juga mendapatkan bantuan dari negara-negara seperti Iran, Turki, Qatar, dan beberapa negara lain yang bersimpati dengan perjuangan Palestina. Hamas juga memiliki hubungan dengan kelompok-kelompok Islam lainnya, seperti Hizbullah di Lebanon, Houthis di Yaman, Jihad Islam di Palestina, dan Al-Qaeda di Maghreb Islam.
Namun, Hamas juga mendapat banyak kritik dan kecaman dari banyak pihak, baik di dalam maupun di luar Palestina. Hamas berseteru dengan Fatah, yang menguasai Tepi Barat dan menginginkan solusi dua negara dengan Israel. Hamas juga dianggap sebagai organisasi teroris oleh Israel, Amerika Serikat, Uni Eropa, Kanada, Jepang, dan beberapa negara lain. Mereka menuduh bahwa Hamas menggunakan kekerasan tanpa membedakan antara sasaran militer dan sipil, serta menggunakan warga sipil Palestina sebagai perisai manusia dan menyimpan senjata-senjata di tempat-tempat umum seperti sekolah, rumah sakit, dan masjid.
Hamas telah berperang beberapa kali dengan Israel sejak tahun 2007. Perang-perang tersebut telah menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan di kedua belah pihak. Perang terakhir terjadi pada bulan Oktober 2023, ketika Hamas melancarkan serangan besar-besaran ke Israel dengan nama Operasi Badai Al-Aqsa¹, sebagai balasan atas pembunuhan seorang pemimpin Hamas oleh agen-agen Israel. Serangan tersebut telah menewaskan lebih dari 300 orang dan melukai lebih dari 2.000 orang.
PBB telah memperingatkan bahwa konflik antara Israel dan Hamas berisiko memicu krisis kemanusiaan dan keamanan yang lebih besar di kawasan Timur Tengah². PBB juga telah mendesak agar gencatan senjata segera terwujud antara kedua belah pihak. Namun, upaya-upaya diplomasi dari negara-negara seperti Mesir, Qatar, Turki, Amerika Serikat, dan lainnya belum berhasil mencapai kesepakatan damai antara Israel dan Hamas.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa Hamas adalah kelompok yang kompleks dan multidimensi. Hamas memiliki sisi positif dan negatif, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya. Bagi sebagian orang, Hamas adalah pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan dan keadilan bagi rakyat Palestina.
Bagi sebagian lain, Hamas adalah penjahat yang menimbulkan kekerasan dan ketakutan bagi rakyat Israel. Bagi saya pribadi, Hamas adalah kelompok yang perlu dikritisi dan didialogkan. Hamas perlu dikritisi karena menggunakan metode-metode yang tidak sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan dan Islam. Hamas juga perlu didialogkan karena memiliki pengaruh yang besar di kalangan rakyat Palestina dan berpotensi menjadi mitra dalam mencari solusi damai bagi konflik Israel-Palestina.