Sabtu, April 20, 2024

Good Looking Privilege, Kenyataan Pahit yang Perlu Kita Akui

Caroline Rianda
Caroline Rianda
Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga

Baru baru ini panggung hiburan Indonesia dikejutkan dengan kabar yang kurang mengenakkan dari beberapa tokoh publik tanah air. Mereka tersandung kasus penyalahgunaan narkotika berbahaya (narkoba) yang tentunya menarik atensi publik dan masyarakat.

Hal menarik yang menjadi sorotan adalah perbedaan perlakuan masyarakat, khususnya netizen Indonesia terhadap para tokoh publik yang tersandung kasus tersebut. Di mana para tokoh publik yang memiliki paras yang menawan atau good looking akan cenderung mendapatkan simpati dan semangat dari netizen.

Berbeda jauh dengan tokoh publik yang memiliki wajah rupawan, para tokoh publik dengan penampilan yang “kurang menarik” justru akan cenderung mendapatkan komentar negatif  atau bahkan hinaan dari para warganet.

Hal ini kemudian menimbulkan  perdebatan di  masyarakat dan memunculkan istilah “Good Looking Privilege” atau “Beauty Privilege”. yang kemudian oleh para psikologis disebut sebagai “beauty premium”.

Istilah “Good Looking Privilege” atau “Beauty Privilege” mengacu pada serangkaian keuntungan dan kemudahan hidup yang diterima oleh orang orang yang memiliki wajah rupawan dan menarik bagi masyarakat yang tentunya tidak lepas dari standar kecantikan yang ada pada masyarakat itu sendiri.

Tidak sedikit pula masyarakat yang mempercayai keberadaan beauty privilege ini nyata adanya. kata kata “jangan menilai seseorang dari luarnya saja” seolah  hanya bualan semata karena realita di lapangan tidaklah seperti itu. Lantas, bagaimanakah kenyataan beauty privilege di tengah tengah masyarakat ? Benarkah penampilan fisik memiliki dampak yang besar dalam kehidupan kita?

Ada banyak riset dan studi ilmiah yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan antara penampilan fisik dan kehidupan sosial seorang individu. Menurut banyak studi penelitian yang telah dilakukan, ditemukan sebuah kesimpulan bahwa penampilan fisik merupakan suatu aset penting yang berpengaruh besar dalam kehidupan sosial individu.

Kalimat “penampilan itu tidak penting” seolah olah hanya sebuah sangkalan pada kenyataan yang faktual (Myers, 2013:403). Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Mobius &  Rosenblat, dimana para responden diminta untuk memainkan peran sebagai seorang “majikan” yang ditugaskan untuk menentukan upah tenaga kerja yang didasarkan pada tugas pemecahan labirin yang dilakukan oleh pekerja dan tidak ada sangkut pautnya terhadap penampilan fisik.

Tetapi, secara mengejutkan ditemukan adanya beauty premium di mana pekerja dengan penampilan yang menarik cenderung memiliki kepercayaan diri yang lebih tinggi sehingga lebih dipercaya.

Selain itu, pekerja dengan penampilan yang menarik juga dinilai memiliki kompetensi dan skill komunikasi yang lebih baik oleh para responden sehingga mendapatkan upah yang lebih besar.

Dalam sebuah karya ilmiah yang ditulis oleh Daniel S. Hamermesh dan Jeff E. Biddle (1994) ditemukan bahwa pekerja yang memiliki penampilan fisik diatas rata rata memperoleh keuntungan yang cukup besar di dunia kerja dari penampilan mereka. Pekerja dengan penampilan fisik menarik memiliki penghasilan sekitar 10 hingga 15 persen lebih besar daripada pekerja yang kurang menarik secara penampilan.

Kenyataan keberadaan beauty privilege dan segala keuntungan hidup bagi si pemilik penampilan rupawan itu memang nyata adanya di dalam masyarakat. Hal ini menjadi masuk akal karena orang orang dengan fisik yang menarik (attractive) akan cenderung lebih dipilih untuk didekati oleh orang lain sehingga menjadi hal yang wajar jika mereka dengan penampilan fisik menarik memiliki pengalaman sosial yang bisa dibilang lebih baik daripada mereka dengan penampilan fisik yang kurang menarik.

Meskipun begitu, hal hal tersebut tentunya tidak bisa kita anggap sebagai suatu dualitas yang mutlak dimana mereka dengan penampilan fisik yang kurang menarik memiliki kompetensi yang kurang baik dan memiliki hidup yang menyedihkan.

“Personal beauty is a greater recommendation than any letter of intruduction” — Aristotle, Diogenes Laertius

Penampilan fisik bukanlah satu-satunya daya pikat yang dimiliki manusia karena nyatanya hal tersebut akan memudar seiring dengan bertambahnya usia. Lalu apakah ada hal yang lebih penting dan bermakna daripada sekedar penampilan fisik kita?

Tentunya, hal tersebut adalah inner beauty. Istilah inner beauty berasal dari bahasa Inggris yang berarti kecantikan batin. Konsep inner beauty sendiri mencakup pada kecakapan  yang berasal dari dalam diri sendiri (jiwa) yang mencakup karakter, pola pikir, kompetensi, prinsip, kepercayaan diri dan etika seseorang dalam berperilaku.

Inner beauty dianggap lebih penting daripada penampilan fisik karena orang orang yang memiliki inner beauty akan lebih menarik, memiliki aura yang lebih positif yang akan membuat orang orang nyaman dan lebih bertahan dalam jangka waktu yang lama daripada kecantikan fisik yang akan memudar seiring bertambahnya usia.

Penampilan fisik memang memiliki pengaruh bagi kehidupan seseorang individu, tetapi penampilan fisik bukanlah menjadi hal mutlak yang menjamin kebahagiaan setiap orang. Mereka dengan fisik menarik belum tentu bahagia dan mereka dengan fisik yang kurang menarik belum tentu tidak bahagia.

Semua kembali kepada diri kita masing masing karena kunci utama dari kebahagiaan adalah rasa syukur kita atas apa yang kita miliki.Menerima dan mensyukuri diri kita apa adanya serta mengembangkan potensi yang kita miliki merupakan cara yang paling bijak dalam menjalani kehidupan. Selalu membandingkan diri kita dengan orang lain akan berdampak buruk pada kesehatan mental kita dan malah akan membuat kita merasakan perasaan negatif seperti: hilangnya percaya diri, perasaan rendah diri  putus asa bahkan depresi.

Referensi

Levine, G. (2019). Why Beauty Matters. Victorian Literature and Culture, 47(1), 243–265.

Myers, D. (2012). Social Psychology 11th Edition. New York: McGraw-Hill.

Caroline Rianda
Caroline Rianda
Mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.