Suasana riuh politik di masa kampanye, telah memunculkan sebuah kelompok baru yang mengaku golongan putih atau Golput.
Sementara para pendukung capres ono atau capres ini sibuk memposting kelebihan-kelebihan jagoannya, atau saling mencari kekurangan capres lawan; kelompok yang mengaku golput ini malah sibuk dengan surveinya sendiri.
Kemunculan kelompok golputers adalah bagian dari kelompok masyarakat yang belum menentukan pilihannya (swing voters). Atau bisa juga, kelompok ini yang memutuskan untuk tidak memilih (undecided voters).
Di banyak negara, kaum golputers ini kebanyakan muncul dari kelompok muda independen.
Ada kelompok golput karena ketidak percayaan terhadap politik atau ketidak percayaan kepada pemerintah, sehingga memutuskan untuk bersikap masa bodoh. Ada juga yang muncul dari kelompok yang karena kesibukan pekerjaannya, sehingga tidak cukup waktu untuk memikirkan politik negara.
Di Jepang, kelompok golput muncul karena keadaan negaranya sudah cukup stabil dan baik dalam waktu yang cukup lama. Karena di Jepang, ekonomi sudah sangat baik, dan disiplin sangat dipahami oleh sebagian besar penduduk di sana, sehingga mesyarakat Jepang merasa tidak memerlukan keriuhan-keriuhan politik.
Di Indonesia, lain lagi. Di Indonesia, kelompok golput ini berbeda-beda. Ada yang mengaku golput tetapi sibuk mengkomentari politik. Ada yang seperti sengaja memposting kebijakan-kebijakan petahana yang dianggap kurang baik, lalu menilai-nilai tindakan para pendukung capres oposisi menurut pendapatnya.
Ada tulisan-tulisannya terkesan “berusaha” netral. Tetapi, seringkali berisi besut hasutan dan seperti sengaja dilakukan untuk memancing emosi dari salah satu pendukung paslon. Yang terjadi, semakin tajam permusuhan diantara pendukung para paslon.
Ada beberapa kelompok golput sengaja memantau perbandingan data survei antara paslon ono dan paslon ini. Dan lucunya, memantau data survei kelompok golput juga.
Lho, golput kok malah rajin memantau perkembangan survei politik?
Walaupun ada pasal yang dapat mempidanakan seorang golput, tetapi sejatinya, tidak ada seorangpun yang mengetahui pilihan seseorang di dalam bilik suara, kecuali si pemilih dan Tuhan. Kecuali bila si golput ini dengan bangga pamer-pamer kegolputannya.
Logikanya, kelompok golput (golputers) yang memutuskan tidak memilih atau undecided voters bersikap acuh, masa bodoh terhadap suasana riuh rendah kampanye politik saat ini. Atau. para golputers dari kelompok swing voters akan membuat postingan komparasi atau perbandingan antara capres satu terhadap capres yang lain secara rasional, tanpa harus melemparkan hal-hal yang tidak benar untuk memancing emosi para pendukung yang sedang berkompetisi.
Demokrasi di Indonesia masih seumur jagung. Demokrasi yang baik, adalah saat seseorang dengan sadar masuk ke bilik suara, dan memilih karena mengetahui dengan pasti bahwa pilihannya akan membawa kebaikan bagi negara ini. Para golputer harusnya menjadi penyeimbang dari para pendukung yang sedang berkompetisi.
Salam Waras!!!