Sabtu, Oktober 12, 2024

Gilad Atzmon: Sang Mantan Zionis yang Membenci Yahudi

Umu Nusaibah
Umu Nusaibah
S1 Ilmu Politik Konsentrasi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Jakarta | Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Cirendeu

Sekilas Tentang Gilad Atzmon

Gilad Atzmon, lahir di Tel Aviv pada 9 Juni 1963. Ia adalah seorang pemain musik jazz papan atas di London. Gilad juga aktif menulis isu-isu yang concern terhadap politik, sosial, identitas dan budaya Yahudi.

Beberapa novel karya Gilad yaitu Guide to the Perplexed dan My One And Only Love telah ditranslate ke dalam 24 bahasa. Selain itu, bukunya yang berjudul The Wandering Who yang menuliskan Identitas Politik Yahudi juga telah dipublish di Inggris pada bulan Oktober 2011. Sejak saat itu bukunya menjadi best seller yang telah diterjemahkan ke dalam 10 bahasa.

Keluarga yang Sangat Zionis

Gilad lahir dari keluarga zionis yang agak sekuler, kakek Gilad adalah seorang Zionis fanatik yang pernah menjabati posisi komando pada sayap kanan organisasi teror Irgun. Kakek Gilad berpegang teguh pada filosofi Iron Wall (dinding besi).

Makna dari filosofi ini adalah menghadapi orang arab pada umumnya dan Palestina khususnya, harus berani dan menggunakan cara yang kejam. Pemikiran kakeknya ini banyak dipengaruhi oleh mentornya yang bernama Zeev Jabotinsky.

Kaum Zionis meyakini bahwa mereka adalah kaum unggulan dan terpilih maka mereka tak berhak tunduk kepada siapa pun. Begitu pun Adolf Hitler yang mengakui doktrin keunggulan ras Arya dengan menggaungkan anti-semitisme yang telah membinasakan kaum yahudi di Eropa pada Perang Dunia II.

Peristiwa ini disebut Holocaust (malapetaka), kelompok Zionis sering menjadikannya sebagai tameng untuk melindungi hak-haknya atas Palestina. Namun kakek Gilad juga menyadari bahwa tribalisme (doktrin kesukuan khas Yahudi) tidak pernah bisa hidup damai dalam humanisme dan universalisme.

Doktrin ini mengakibatkan mereka terasingkan dari dunia, namun mereka tidak pernah menyadarinya. Doktri ini telah tertanam dalam diri Gilad yang masih berusia belasan tahun. Ia memandang para pekerja Palestina yang tertindas sebagai angin lalu tidak peduli terhadap apa yang mereka perjuangkan.

Farewell With Zionism

Ketika Gilad menginjak usia 17 tahun ia bersiap untuk wajib militer Israel yang dikenal dengan istilah Israel Defense Forces/Pasukan Pertahanan Israel (IDF). Namun, selama dinas militernya di Angkatan Udara Israel ia lebih tertarik pada musik. Inilah yang mengawali perpisahannya dengan Zionisme.

Pada saat Gilad mengikuti program musik jazz, ia mendengar seorang pemusik berkulit hitam yang dijuluki Bird (nama aslinya Charlie Parker) yang memainkan nada yang sangat menyentuh dengan gesekan tali musiknya.

Gilad terpukul bahwa Bird lebih mahir memainkan musik dibanding dengan apa yang sudah ia dengar. Bagi Gilad, ini adalah pembuka jalan rahasia untuk melarikan diri dari apa yang kaum zionis yakini saat ini.

Sejak saat itu, Gilad terus mendengar musik-musik mereka dan dikepungi oleh prestasi-prestasi kulit hitam Amerika dalam bermusik. Kemudian dalam batin, Gilad menyadari bahwa doktrin Judeo-centric (serba berpusat pada keyahudian) sepenuhnya adalah salah.

Perjalanan yang Mengubah Jalan Hidup Gilad

Gilad yang pada saat itu sebagai the truth seeker (pencari kebenaran) menyaksikan sendiri atas kekejaman yang dilakukan tentara Israel terhadap tawanan perang di Lebanon. Inilah yang membuat Gilad agak malas bahkan menghindar sebisa mungkin dari tugas militer yang menempatkannya pada peperangan.

Ia lebih berfokus pada kemampuan bermusiknya dibanding menjadi pembunuh yang brutal. Kemudian setelah melalui proses yang agak berliku, untuk mewujudkan keseriusannya dalam bermusik, akhirnya Gilad menjadi salah satu anggota The Israeli Air Force Orchestra (IAFO).

Awal Juli tahun 1984 di Lebanon Selatan, Gilad dan tim Orkes Angkatan Udara Israel diperintahkan untuk tur konser musik, dalam rangka menghibur para tentara Zionis yang sedang bertempur. Ketika tibanya ia dan kawan-kawannya di sana, Gilad menyaksikan para tawanan rakyat Palestina.

Gilad bertanya pada tentara yang mendampingi saat itu, siapa mereka? Mereka adalah teroris yang yang diantaranya adalah Palestine Liberation Organization/Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), pendukung Yasser Arafat, pengikut Ahmed Jibril.

Kemudian, kelompok yang dianggap paling berbahaya yaitu Popular Front for the Liberation of Palestine/Front Rakyat untuk Pembebasan Palestina (PFLP) mereka ditawan secara terpisah. Menurut penjelasan tentara yang sedang berjaga saat itu.

Gilad menyaksikan para tawanan dengan berani melawan dan menatatap para tentara Zionis dengan sorot pandangan tak pernah kalah. Gilad merasa malu yang kala itu menyaksikan sambil mengenakan seragam militernya. Hal ini membuat Gilad merasa kebenaran yang mereka yakini adalah kebenaran mutlak belaka.

Kemudian terdapat semacam blok sepi, salah seorang Perwira menjelaskan kepada Gilad tempat itu digunakan untuk menempa seseorang menjadi seorang Zionis Sejati. Setelah menyaksikan semua kebohongan dan kekejaman yang dilakukan militer Zionis, semakin membuat Gilad yakin untuk pergi jauh.

Hal ini cukup meyakinkan Gilad untuk cepat mengucapkan selamat tinggal pada negara Zionis. Pada tahun 1984 menindaklanjuti perpisahannya dengan negaranya, ia mulai melakukan pencarian tentang kebenaran konflik Israel-Palestina, penindasan, kepalsuan Zionisme, dan perpecahan di kalangan Zionis.

Gilad Atzmon: Nasib Palestina dan Zionisme

Gilad tak gentar meyampaikan dukungan dan bahkan menjadi juru bicara Palestina secara terang-terangan. Pada tahun 1994, ia kekeuh pada solusi one state (negara tunggal) bagi kemerdekaan Palestina. Adapun Israel dengan ideologi Zionisnya harus hengkang dari tanah rampasan itu.

Menurut Gilad, yang perlu dikupas saat ini adalah kuantitas dan kualitas kebrutalan Israel terhadap rakyat Palestina. Kebrutalan yang mereka lakukan telah terjadi selama enam dasawarsa. Semakin dibongkar, maka pandangan masyarakat dunia akan terbuka.

Masyarkakat dunia akan meyakini bahwa keberadaan Zionisme merupakan ancaman bagi umat manusia di dunia. Meskipun orang seperti Gilad di dunia ini sangat minoritas di tengah 99% orang Yahudi yang pro-Israel, ia tetap mengatakan Palestina berhak memiliki sebuah negara.

Keyakinan Gilad ini selaras dengan kelompok tradisional Yahudi pendukung kitab Taurat. Perlawanan rakyat Palestina yang bermodalkan keberanian tanpa menggunakan senjata modern dianggap sebagai ancaman atau terorisme bagi Israel. Hal diakibatkan oleh propaganda media barat yang hampir pro-Israel.

Namun, karena kemajuan teknologi dunia maya saat ini pendeskripsian kejahatan dan kebrutalan Israel sudah mulai terkuak ke masyarakat internasional hingga saat ini. Sejarah mencatat bahwa, Gilad seseorang yang senang disebut Self-hating Jew (Yahudi pembenci diri sendiri) telah mengembarai perjalanan spiritual dan intelektual.

Ia berani keluar dari cengkraman kebohongan di tengah-tengah ancaman Mossad dan Zionisme Global. Sebuah perjuangan demi menyukseskan proyek awalnya yaitu Kemerdekaan Palestina.

Umu Nusaibah
Umu Nusaibah
S1 Ilmu Politik Konsentrasi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Jakarta | Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Cirendeu
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.