Rabu, April 24, 2024

Filosofi Waktu

Paramita Ayu
Paramita Ayu
Seorang mahasantri sekaligus mahasiswa yang mengamalkan ilmunya melalui dunia kepenulisan

Pernahkah kita bertanya-tanya Apa itu waktu? apa yang terlintas di benak kita saat membicarakan waktu? atau Apabila ada seseorang bertanya apa itu waktu jawaban apa yang akan kita berikan? mungkin saat masih kecil kita pernah membayangkan adanya mesin waktu yang bisa membawa kita kembali ke masa lalu atau membawa kita ke masa depan.

Jika kita membicarakan waktu yang terlintas di benak kita adalah jam, kalender, pagi, siang, sore, malam atau waktu makan, waktu bekerja hanya itu kata-kata yang biasanya muncul. Lantas benarkah waktu itu adalah detik, menit, dan jam yang kita lalui? Atau dalam skala besar mencakup hari, bulan, tahun, dan lain sebagainya. Padahal waktu sendiri tak mengenal semua itu.

Kata-kata yang muncul dibenak kita hanyalah ilusi dan kalkulasi hitungan sistematis yang kita ciptakan sendiri untuk mempermudah kegiatan serta pekerjaan kita sehari-hari. Kita telah mengenal cukup lama tentang istilah tahun baru, ulang tahun dan lain sebagainya. Sedangkan bukankah kita juga tau bahwa tahun itu tak bisa diperbaharui dan juga tahun tak pernah berulang.

Waktu selalu bergerak maju dan tak pernah menoleh ke belakang. Yang kita dasari sebagai perhitungan pengulangan tahun bukanlah mencakup waktu. Namun perputaran bumi mengitari matahari. Mungkinkah bentuk waktu adalah hal yang kita rasakan saat ini yang memiliki relativitas menurut Einstein? Yang menggerakkan matahari, bumi, bulan, bahkan diri kita sendiri.

Bentuknya sangat dinamis dan relatif sangat sulit dipahami namun ada di tengah-tengah kita. Manusia sering dibutuhkan oleh hal yang diyakini sebagai kebenaran, hal-hal yang sudah menjadi keseharian. Saya tidak bicara mengenai hal hitungan sistematis yang kita gunakan sebagai acuan waktu adalah sebuah kesalahan. Namun kita juga harus memahami bentuk sejati dari waktu itu sendiri yang mungkin dapat berguna dikemudian hari.

Jika kita benar-benar ingin menjadi penjelajah waktu, tempat seperti apa yang akan kita datangi? Apa di tempat saat dunia benar-benar masih asri? Saat hewan-hewan purba yang sudah punah dapat kita jumpai. Atau bertemu orang penting di masa lalu untuk memberitahu hal di masa depan sehingga dapat merubah dunia dikemudian hari. Percayalah semua hal tersebut dapat kita lakukan dengan alat penjelajah waktu yang disebut kenyataan.

Ya kenyataan adalah penjelajah waktu yang bersama kita namun jarang kita sadari. Kita bergerak lurus ke masa depan dengan kenyataan memang terdengar sepele.  namun cobalah berfikir sejenak jika tempat yang kita ingin tuju adalah tempat indah yang sangat asri dan indah yang belum terkontaminasi oleh berbagai polusi, dengan budaya masyarakatnya yang masih kental tanpa ada gerusan perkembangan zaman, bukankah tempat itu masih bisa ditemukan mengapa tak kita jaga saja? Agar anak cucu kita dapat menikmatinya nanti.

Jika kita ingin melihat hewan yang telah punah kita masih bisa melihatnya di museum bukan? Seharusnya juga kita menjaga spesies hewan-hewan yang telah langka agar dimasa depan kita masih bisa melihatnya di masa depan.

Kita adalah pengelana waktu dengan mesin waktu bernama kenyataan yang bergerak lurus menuju masa depan. Namun mengapa sangat sedikit dari kita yang memikirkan tempat seperti apa yang akan kita tuju. Alih-alih berusaha memahaminya kita justru sering kaget sampai pada beberapa tempat yang tak pernah hinggap di benak kita, mereka yang mengerti bahwa kita adalah penjelajah waktu akan berusaha memahami tempat yang kita tuju memiliki perubahan yang lebih baik, baik untuk kehidupan kita sebagai manusia bukan berjalan secara buta dan kaget saat bertemu suatu kondisi dan situasi yang tidak sesuai dengan ekspektasi kita.

Khalil Gibran berkomentar tentang waktu pada sebuah karyanya The Prophet pada sebuah bab diceritakan. Ada seorang ahli astronomi bertanya pada sang guru, bagaimanakah perihal waktu? Dijawab oleh sang guru Al-Musthafa yang menjadi tokohnya Sang Nabi, engkau ingin mengukur sang waktu yang tiada ukur dan tanpa ukuran. Dan bukankah sang waktu itu sebagaimana hakikat cinta, yang tiada mengenal batas ukuran serta tidak dapat dibagi. Awal tidak bisa diukur paling awal itu kapan sudah diukurnya. Sebagaimana akhir juga tidak bisa diukur kapan paling akhirnya dibagi-bagipun terdengar sangat tidak mungkin, bagaimana cara kita membagi waktu?

Yang bisa kita lakukan adalah memanfaatkan sebaik mungkin waktu yang kita punya. Kalaupun harus ada keharusan dalam pikiran untuk membagi waktu ke dalam ukuran musim, maka ukuran musim demi musim biarkanlah tiap musim merangkum musim lainnya. Jadi kalau harus dibagi-bagi sampailah jumlahnya buanglah kuantitasnya jadikan satu serta biarkan masa kini selalu memeluk masa lampau dengan kenangan untuk dijadikan pelajaran di masa depan.

Ada sosiolog ahli sejarah Islam, Malik bin nabi mengatakan waktu adalah sungai yang mengalir ke seluruh penjuru sejak dahulu kala melintasi pulau kota dan desa membangkitkan semangat atau meninabobokan manusia. Ia diam seribu bahasa sampai-sampai manusia sering tidak menyadari kehadiran waktu dan melupakan nilainya.

Jadi waktu itu mengalir meliputi segala sesuatu bisa jadi sumber semangat namun disisi lain bisa jadi sumber kita terlena. Yang santai-santai menikmati waktu tiba-tiba waduh sudah waktunya pergi, sudah saatnya ujian,sudah tua, sudah lemah, dan lain sebagainya. Nah itulah waktu yang meninabobokanmu. Tapi ada kalanya waktu itu menjadi sumber semangat sama-sama ingat sudah waktunya ujian terus jadi semangat belajarnya, jadi semangat menyelesaikan tugasnya.

Jadi berhati-hatilah dengan waktu, ia punya 2 kekuatan untuk saling melengkapi atau bisa juga saling kontradiksi tergantung kita bagaimana memaksimalkannya. Mungkin kita beranggapan waktulah yang melahirkan kita tapi apabila kita tidak bisa mengendalikan waktu, kita akan kalah dengan waktu waktulah yang akan menelanmu dan mematikanmu

Paramita Ayu
Paramita Ayu
Seorang mahasantri sekaligus mahasiswa yang mengamalkan ilmunya melalui dunia kepenulisan
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.