Kenapa sebagain orang begitu sentimen terhadap filem ini? Apa yang salah?
Apa karena tidak sesuai fakta realitas sebenarnya? Filemnya mengada-ada?
Setidaknya ada tiga tokoh yang berperan dalam dihentikannya pemutaran filem tersebut, dengan berbagai alasan mereka memilih untuk tidak menayangkannya lagi. Mereka adalah Marsekal Udara Saleh Basarah, Menteri Penerangan Yunus Yosfiah, dan Menteri Pendidikan Juwono Sudarsono.
Saleh Basarah keberatan filem itu diputar karena mengulang-ulang keterlibatan perwira AURI pada peristiwa G 30 S/PKI. Juwono mendukung hal tersebut karena ingin informasi/sejarah yang diterima siswa pada saat itu berimbang. Kemudian Yunus Yosfiah, mengatakan filem ini bernuansa pengkultusan tokoh sehingga tidak sesuai lagi dengan dinamika Reformasi. Sehingga pada September 1998 Ia memutuskan TVRI dan TV swasta tidak akan menayangkan lagi filem tersebut.
Perlu diketahui bahwa filem Pengkhianatan G 30 S/PKI adalah filem “dokudrama propaganda” (1984) yang disutradarai dan ditulis oleh Arifin C. Noer serta diproduseri oleh G. Dwipayana.(wikipedia) Filem yang diproduksi selama dua tahun dengan biaya Rp800 juta ini disponsori oleh pemerintahan Orde Baru Soeharto. Film ini terus digunakan sebagai “kendaraan propaganda” oleh pemerintah Orde Baru selama tiga belas tahun. Filem ini diputar setiap tahun pada tanggal 30 September malam. Filem ini juga diperintahkan menjadi tontonan wajib bagi siswa sekolah di Indonesia, walaupun memperlihatkan adegan-adegan yang penuh kekerasan berlebihan.
Pada dasarnya filem adalah realitas yang diciptakan, bukan realitas yang sebenarnya. Filem diciptakan oleh produser, sutradara & penulis skenario.(Hanung Brahmantyo) Sehingga cukup jelas saat realitas diciptakan dalam sebuah filem maka filem bersifat subyektif. Siapa jagoan (protagonis) dan lawan (antagonis) harus terbaca jelas oleh penonton. Tujuan filem bisa murni bisnis atau membentuk opini tertentu. Karena sudah jelas merupakan filem propaganda maka tujuan filem ini tidak lain adalah untuk membentuk opini tertentu.
Karena realitas yang ditampilkan dalam layar tentunya akan membentuk sudut pandang. Subyektivitas yang tergambar yang perlu diapresiasi bukan semata-mata “langsung dipercaya”. Pandangan tersebut sah untuk semua genre film. Pembuat filem berhak membuat klaim bahwa filem yang mereka buat akurat. Mereka memang punya tanggung jawab untuk meyakinkan penonton agar filemnya laris ditonton.
Jadi untuk filem Pengkhianatan G 30 S/PKI, sebenarnya anda hanya tinggal pilih mau menontonnya atau tidak. Karena pesan yang tersimpan cukup jelas agar penonton membenci PKI dan memuja Orde Baru. Terlepas filem itu merupakan propaganda, secara sinematik filem Pengkhianatan G 30 S/PKI rapi, detail & nyata. Sebagai sebuah karya seni, filem Pengkhianatan G 30 S/PKI menuai banyak pujian, namun sekaligus kebenaran ceritanya dipertanyakan. (?)