Kamis, Mei 16, 2024

Fenomena Panjat Tiang Bendera di HUT RI

Hans Panjaitan
Hans Panjaitan
Nama pena saya Hans, dan hobby saya tulis menulis, musik, dan olahraga ringan-ringan saja. Foto tahun 2011, sekarang aslinya sudah tuwir

Peringatan HUT Republik Indonesia (RI) yang ke-78 sudah lewat beberapa hari lalu. Terasa ada perbedaan dengan HUT satu-dua tahun yang lalu. Ketika pandemi covid-19 masih mencengkeram pada tahun 2020, dan 2021, perayaan-perayaan di berbagai tempat dalam suasana terbatas, dan penuh kehati-hatian.

Tahun 2022 yang lalu sudah mulai longgar. Pandemi sudah mulai menjauh, karena vaksinasi yang sudah merata dan hampir memenuhi target. HUT RI tahun lalu itu sangat meriah di Istana Negara,  di mana tampil seorang penyanyi cilik, Farel Prayoga yang membawakan lagu “Ojo Dibandingke”.

Tahun ini, acara hiburan di Istana Negara lebih menggebyar dan berbau internasional pula, sebab yang ditampilkan adalah Putri Ariani, gadis penyandang tunanetra, yang pada tahun ini meraih penghargaan Golden Buzzer dalam ajang American Got Talent (AGT).

Tapi tulisan sederhana ini tidak hendak membahas soal hiburan pada momen-momen HUT RI itu, namun soal fenomena panjat tiang bendera di berbagai daerah. Di beberapa tempat upacara 17 Agustus 2023 itu, Sang Merah Putih tidak bisa naik dengan mulus karena beberapa kendala.

Seperti yang terjadi pada upacara di Lapangan Desa Kertosari, Kecamatan Tanjung Sari, Lampung Selatan, Kamis (17/8/2023). Seorang pria yang diketahui merupakan pelatih paskibraka, terpaksa memanjat tiang besi bendera yang tingginya delapan meter untuk memperbaiki tali bendera yang terputus pada saaat dinaikkan.

Sangat tragis dan heroik, sebab tiang besi itu tidak kuat menahan tubuh pria berusia 36 tahun itu. Tiang itu bengkok, dan si pemanjat akhirnya terjatuh dari posisi yang cukup tinggi. Dia dilarikan ke rumah sakit karena cedera.

Lain lagi yang terjadi di Rempoa Gintung, Ciputat, Tangerang Selatan. Seorang pria yang bertugas di bagian sound system merasa terpanggil untuk memanjat tiang bendera guna mengambil tali yang putus.

Pada hari yang sama, di tempat yang sangat jauh dari Lampung maupun Ciputat, salah seorang murid dengan spontan dan cekatan memanjat tiang bendera pada saat berlangsung upacara HUT RI di sekolahnya, SMAN 9 Gorontalo Utara, Sulawesi bagian utara. Soalnya, tali bendera terputus dan tersangkut.

Sementara di Boyolali, Jawa Tengah, aksi heroik dilakukan seorang anggota polisi setempat. Sang petugas yang menjadi peserta upacara HUT RI ke-78 itu, merasa tergugah dan lalu memanjat tiang bendera untuk meraih ujung tali yang terlepas.

Tak kalah seru dan mengharukan, seorang santri di Kabupaten Gresik memanjat tiang bendera di halaman Pondok Pesantren Ushulul Hikmah Al Ibrohimi, Manyarejo, Kecamatan Manyar.

Si santri yang bernama Sakha Ardiansyah, spontan memanjat tiang bendera yang sangat tinggi itu untuk meraih dan menarik kembali tali bendera yang terputus di tengah. Kebetulan Sakha memang bertugas sebagai salah seorang petugas pengibar bendera.

“Saya spontan memanjat melihat talinya putus, agar berjalan lancar upacara bendera 17 Agustus,” kata santri yang video tentang keheroikannya sudah cepat viral.

Peristiwa-peristiwa di atas mungkin hanya sebagian dari peristiwa sejenis di seluruh Tanah Air kita. Tentu kita patut bangga dan bersyukur menyaksikan keberanian yang diperlihatkan para pemanjat tiang bendera itu.

Namun patut disesalkan, mengapa harus terjadi insiden seperti itu? Penyebabnya memang “sepele” sebab hanya tali bendera yang putus atau nyangkut. Apakah sebelumnya tidak dicek kondisi tali yang akan digunakan? Sebelum upacara, bisa saja dites kelayakan tali itu, dengan misalnya memeriksa dan menariknya kuat-kuat.

Demikian pula ujung tiang di mana ada semacam roda penggerak, itu harus dicek betul-betul supaya tidak sampai macet.

Bila dikilas balik, aksi heroik panjat tiang bendera saat HUT RI, dan viral, dimulai ketika Yohanes Ande Kala alias Joni melakukannya pada HUT RI ke-73, tahun 2018, di Desa Silawan, Kabupaten Belu, NTT. Joni yang saat itu masih bocah kelas 1 SMP Negeri Silawan, dengan cekatan memanjat tiang bendera karena tersangkut di ujung tiang.

Videonya yang menyebar dan viral, mendapatkan pujian dari semua pihak. Joni bahkan diundang Presiden Jokowi ke Istana. Bukan hanya itu, Kepala Negara menghadiahkan rumah untuk Joni.

Pengacara kondang, Hotman Paris Hutapea memberikan uang sebesar Rp 50 juta untuk Joni. Dan dikabarkan berbagai pihak pun turut memberikan penghargaan untuk Joni, yang saat ini sudah duduk di bangku SMA.

Orang-orang yang aksi heroiknya viral saat memanjat tiang bendera pada upacara HUT RI tahun ini, tentunya masih akan mendapatkan penghargaan dari pihak-pihak yang merasa terpanggil untuk itu.

Tetapi akankah setiap HUT RI aksi-aksi semacam ini akan terus terjadi, dan viral?

Hans Panjaitan
Hans Panjaitan
Nama pena saya Hans, dan hobby saya tulis menulis, musik, dan olahraga ringan-ringan saja. Foto tahun 2011, sekarang aslinya sudah tuwir
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.