Bahasa Gaul kini menjadi tren anak muda dalam melakukan interaksi sosial di media sosialnya baik Instagram, facebook, whats app, twitter, line, game online dan media-media lainnya yang semakin marak di era digital dan modernisasi saat ini. Oleh sebab itu, perkembangan bahasa gaul yang terus melonjak mengakibatkan beberapa bahasa gaul itu masuk dalam kamus KBBI. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang unik,
Eksistensi
perubahan zaman dari tahun ke tahun, ada saja bahasa gaul yang baru hingga kini masih terus terpakai adapula bahasa yang hanya sementara muncul kemudian hilang. Itu semua tergantung pada kemudahan-kemudahan dari pengguna bahasa yang memperolehnhya sendiri, karena bahasa itu merupakan sesuatu yang arbitrer. Pengguna bahasa yang secara multicultural menguasai dua bahasa atau lebih selain dari bahasa ibunya.
Tentu akan mengalami percampuran bahasa yang tidak disengaja saat melakukan komunikasi. Percampuran bahasa ini menjadikan sesuatu yang bersifat universal, seperti kita berbicara secara keinggris-inggrisan, dengan mencampur-adukkan bahasa Indonesia dengan bahasa inggris, hingga muncul bahasa slang inggris versi indonesianya, ataupun bahasa daerah yang kini marak menjadi bahasa gaul anak milenial, entah arti yang digunakan dalam bahasa daerah sesuai dengan apa yang dimaksud dengan konteks yang dituju yang menjadikan adanya makna ganda dalam arti yang berbeda-beda dalam setiap ungkapannya.
Hal-hal seperti inilah yang perlu banyak dikaji oleh ahli bahasa, agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memaknakan setiap kata yang memiliki arti yang berbeda dari suatu konteks yang terjadi dalam kehidupan manusia. Maka diperlukan kajian semantik dalam memecahkan permasalahan ini.
Secara etimologis, istilah semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari kata semantics dalam bahasa inggris. Istilah itu muncul dan diperkenalkan oleh organisasi filologi Amerika pada tahun 1894 yang berjudul Reflected meanings of point in semantics (Pateda,2001:3), kata semantics atau semantique dalam bahasa perancis.
Pada dasarnya berasal dari kata Sema, nomina dalam bahasa Yunani, yang berarti ‘tanda’ atau ‘lambang’, atau dapat juga semaino, verba dalam bahasa Yunani, yang berarti menandai atau melambangkan. (Chaer 1999: 2). Sedangkan secara terminologis, semantic dapat di definisikan sebagai bidang lingusitik yang mengkaji arti bahasa.
Lalu bagaimana eksistensi makna ujaran bahasa gaul di media sosial?
Eksistensinya berada pada tanda dan lambang (simbol) merupakan dua unsur yang terdapat dalam bahasa. Tanda dan lambang (simbol) dikembangkan menjadi sebuah teori yang dinamakan semiotik. Semiotik mempunyai tiga aspek yang sangat berkaitan dengan ilmu bahasa, yaitu aspek sintaksis, aspek semantik, dan aspek pragmatik.
Menurut Peirce membedakan hubungan antara tanda dengan acuannya ke dalam tiga jenis hubungan, yaitu (1) ikon, jika berupa hubungan kemiripan; (2) indeks, jika berupa hubungan kedekatan eksistensi; dan (3) simbol, jika berhubungan yang sudah terbentuk secara konvensi (Abrams, 1981; van Zoest, 1992; dalam Nurgiyantoro, 2000: 42).
Sedangkan Ujaran hanya sebagai sesuatu yang dapat mengungkapkan peningkatan emosi dengan penegasan, tekanan, nada, atau intonasi tertentu disebut dengan seruan (Kridalaksana, 1993: 196: lihat Leni Syafyahya, 2009). Menurut Moussay (1998: 102; lihat Leni Syafyahya, 2009)) untuk mengungkapkan perasaan dalam atau penilaian afektif digunakan ujaran seruan.
Ujaran bahasa gaul yang ada di media sosial itu memiliki makna keragaman bahasa yang bersifat temporal dan rahasia. Kerahasiaan dalam bahasa gaul menjadikan kosa kata yang digunakan sering berubah. Keragaman dalam bahasa gaul ini terdiri dari ragam lisan dan tulis dengan menggunakan media tertentu seperti melakukan komunikasi dalam jarak jauh menggunakan internet.
Menariknya dalam media sosial, para pengguna dapat melakukan apa yang sedang dipikirkan, saling memberikan komentar pada kiriman status sama lain untuk saling berdialog. Maka ujaran bahasa gaul di media sosial ini menggunakan komunkasi bahasa melalui ragam tulis. Oleh karena itu, para penutur bahasa gaul sering menciptakan kosakata baru yang terus berkembang dan berganti mengikuti tren pada media sosial.
Di bawah ini terdapat tiga kosakata bahasa gaul, dengan mencari eksistensi makna ujarannya dalam kaidah kelas kata bahasa Indonesia.
- Receh
- ‘Receh’ dalam bahasa gaul berarti istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan sesuatu sebagai hal yang sepele, murahan atau tidak berkualitas. Arti kata ‘receh’ sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mengacu pada uang logam yang memiliki harga hitung yang kecil dan arti yang netral. Jadi Uang receh mengacu pada uang kecil, bernilai rendah, murah, sehingga ada yang mengartikan ‘receh’ sebagai murahan, rendahan.
- Ada pula yang memaknai ‘receh’ sebagai garing (sesuatu yang biasa-biasa ajah atau gak lucu).
- Contoh :
- Kamu punya uang receh gak?
- Banyak banget nih uang recehan 500-an di dompetku
- Lo receh banget bercandaanya
- Sambat
- Kata ‘Sambat’ adalah kata yang berasal dari bahasa Jawa, yang memiliki arti keluhan. ‘Sambat’ telah diserap ke dalam bahasa Indonesia, ini terbukti kata tersebut telah masuk dalam entri Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring.
- Dalam kamus KBBI V daring terdapat tiga arti ‘sambat’ yaitu sambung, bersambat, dan bersambat. Berbeda dengan kata ‘sambatan’ yang memiliki dua arti yaitu pertolongan dan keluhan yang telah tumbuh dan berkembang di masyarakat Jawa, terutama Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.
- Contoh:
- Pemerintah bersambat dengan tenaga medis dalam menagani covid-19
- Adik sedang sambatan kepada ibu, agar hatinya tenang.
- Besok, gue sambat semua tugas kuliah
Dari ketiga contoh di atas ini dapat terlihat bahwa arti dari kat’ sambat’ menunjukkan eksistensi pernyataan ujaran imperative, interjeksi dan deklaratif sebagai bentuk permintaan, keluhan dan pernyataan. Dalam kelas kata bahasa Indonesia, contoh pertama dari kata ‘sambat’ menunjukkan kelas kata verba yang sebagai kata kerja atau predikat dalam klausa menjadi kata ‘bersambat’. Yang menunjukkan eksistensinya sebagai bentuk ujaran imperative dengan memiliki makna ‘meminta bantuan’.
Contoh yang kedua itu menunjukkan eksistensi menjadi kata ‘sambatan’ sebagai bentuk interjeksi untuk mengelukan apa yang sedang dirasakan oleh adik. Dalam kelas kata bahasa Indonesia, contoh ini masuk dalam kelas kata bahasa Indonesia yaitu nomina sebagai objek dalam klausa. Contoh yang ketiga dari kata ‘sambat’ menunjukkan eksistensi ujaran yang bersifat deklaratif. Yang memiliki makna ‘sambung’ untuk memperlihatkan kesungguhannya dalam menyelesaikan tugas pada hari itu juga. Dalam kelas kata bahasa Indonesia kata ‘sambat’ ini menunjukkan kelas kata verba sebagai predikat dalam klausa.