Sabtu, Juli 27, 2024

Dromologi Paul Virilio dalam Realitas Dystopian Chat GPT

Juliana Berewot
Juliana Berewot
Mahasiswi Doktoral Ilmu Komunikasi & Teknologi Informasi, Universitas SAHID Jakarta

Dalam era digital yang semakin maju, teknologi kecerdasan buatan telah menciptakan berbagai inovasi dalam kehidupan manusia. Salah satu contoh yang menonjol adalah Chat GPT (Generative Pre-trained Transformer), sebuah teknologi yang menghadirkan komunikasi instan yang sangat efisien.

Meskipun di satu sisi teknologi ini memberikan manfaat dalam efisiensi dan kemudahan berkomunikasi, di sisi lain, fenomena ini mencerminkan budaya kecepatan dalam pandangan dromologi Paul Virilio. Chat GPT dan fenomena dromologi Virilio seperti piknolepsi, kedangkalan (shalowness), dan mentalitas instan menimbulkan pertanyaan kritis tentang dampaknya terhadap masyarakat dan kualitas hidup manusia di era komunikasi instan yang semakin meluas.

Chat GPT adalah representasi sempurna dari budaya kecepatan dalam komunikasi. Teknologi ini menawarkan kemampuan untuk memberikan tanggapan instan dan memberikan informasi dengan cepat. Namun, seperti yang diungkapkan oleh Paul Virilio, hal ini dapat menyebabkan manusia menjadi “tidak sadar” atau “tidak memiliki orientasi.”

Manusia terdorong untuk menuntut menjadi yang tercepat, pertama, dan terdepan, tanpa mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kecepatan yang diprioritaskan. Dalam perspektif ini, nilai kualitas informasi dan refleksi mendalam seringkali terabaikan, mengarah pada kurangnya pemahaman yang mendalam dan kritis.

Piknolepsi, sebagai hasil dari budaya kecepatan ini, mencerminkan kecenderungan untuk terus-menerus menginginkan informasi atau respons secara instan. Manusia menjadi tidak sabar untuk menunggu, sehingga informasi yang diberikan menjadi lebih singkat dan padat. Hal ini dapat berdampak pada kualitas komunikasi dan pemahaman informasi. Keterbatasan karakter dalam Chat GPT menyebabkan informasi yang disajikan menjadi seringkali terbatas dan cenderung hanya memberikan jawaban tanpa analisis yang lebih mendalam.

Selanjutnya, kedangkalan (shalowness) juga menjadi dampak dari budaya kecepatan ini. Chat GPT mendorong komunikasi yang singkat, yang seringkali tidak mampu mengeksplorasi kompleksitas isu atau pertanyaan dengan memadai. Interaksi singkat ini dapat menyebabkan kualitas diskusi menjadi terbatas, mengurangi kesempatan untuk mendapatkan pandangan yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih luas.

Mentalitas instan yang terbentuk dalam penggunaan Chat GPT dapat menyebabkan manusia menjadi cenderung bereaksi dengan cepat tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan atau keputusan tersebut. Dalam mencari respons instan, manusia mungkin mengabaikan refleksi yang lebih mendalam dan pemikiran kritis. Hal ini dapat mengakibatkan tindakan impulsif yang kurang dipertimbangkan, dengan potensi menyebabkan dampak negatif.

Dalam pandangan dromologi Paul Virilio, laju percepatan teknologi dapat menyebabkan manusia tergilas oleh kecepatan itu sendiri. Perkembangan teknologi yang semakin cepat, seperti Chat GPT, dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat. Manusia mungkin merasa tertekan untuk selalu berada di garis depan dalam pemanfaatan teknologi dan informasi, agar tidak tertinggal. Namun, kesadaran akan keberadaan batasan dan dampak negatif dari penggunaan teknologi adalah hal yang penting.

Tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi membawa manfaat bagi manusia. Namun, seiring dengan manfaatnya, kita juga harus menyadari dan memahami bahwa setiap teknologi juga membawa dampak negatif yang perlu diatasi dengan bijaksana. Seperti yang dikemukakan oleh Virilio, “Setiap teknologi membawa negativitasnya sendiri, yang diinventarisasi pada saat yang bersamaan dengan kemajuan teknis.”

Selain itu, pernyataan Paul Virilio “One day the virtual world might win over the real world” juga menjadi peringatan akan potensi bahaya yang dapat ditimbulkan oleh kecepatan dan teknologi. Kemungkinan bahwa dunia virtual bisa mengalahkan dunia nyata menunjukkan betapa kuatnya pengaruh teknologi dalam hidup manusia. Perilaku yang semakin banyak menghabiskan waktu dalam dunia virtual dapat menyebabkan isolasi sosial, kecanduan, dan perasaan tidak terhubung dengan dunia nyata.

Dalam menghadapi fenomena Chat GPT dan kecepatan teknologi, penting bagi kita untuk tetap kritis dan bijaksana dalam menggunakannya. Kita harus berusaha untuk mengimbangi kecepatan dengan refleksi dan pemikiran kritis.

Selain itu, kita juga harus belajar untuk tidak selalu mengutamakan respons instan, melainkan memberikan waktu bagi diri kita untuk merenung, memahami, dan berhubungan dengan dunia dengan lebih mendalam. Dalam menghadapi era komunikasi instan, menjaga kualitas hidup dan keseimbangan dalam penggunaan teknologi adalah tantangan penting yang harus dihadapi dengan bijaksana.

Juliana Berewot
Juliana Berewot
Mahasiswi Doktoral Ilmu Komunikasi & Teknologi Informasi, Universitas SAHID Jakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.