Rabu, Februari 19, 2025

Diversifikasi Sumber Pangan Lokal di Era Makan Siang Gratis

Ricky Permadi
Ricky Permadi
ASN Lembaga Administrasi Negara. Fokus pada isu-isu strategis tentang Perkembangan dan Kemajuan Bangsa dalam lingkup Administrasi Publik.
- Advertisement -

Program Makan Siang Gratis (MBG) merupakan janji kampanye dan program unggulan yang dijanjikan oleh Presiden Republik Indonesia 2024-2029, Prabowo Subianto. Program ini pada dasarnya menyasar para siswa di sekolah dasar-menengah, dengan harapan dapat memberikan gizi terbaik bagi generasi penerus bangsa. Selain itu, program ini juga dimaksudkan untuk mempercepat perputaran ekonomi di lapisan “akar rumput”, sehingga mampu berkontribusi terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di angka 8 persen.

Pelaksanaan program MBG melibatkan berbagai pihak, termasuk koordinasi antar pemerintah Pusat-Daerah serta kerjasama dengan sektor privat melalui BUMN-BUMD dan pihak lainnya. Namun sayangnya dalam mendukung program ini, kebutuhan beras sebagai sumber pangan utama disiapkan melalui skema “impor”. Hal ini dikarenakan indonesia belum mencapai swasembada beras sejak era reformasi. Data yang dirilis BPS menyebutkan pada tahun 2024, impor beras meningkat sekitar 47,38 persen atau mencapai 4,52 juta ton, menjadikannya angka tertinggi dalam tujuh tahun terakhir.

Kebijakan impor beras menjadi langkah strategis ditengah penurunan produksi beras ditahun 2024. Berdasarkan data BPS, memperkirakan produksi beras Indonesia tahun 2024 untuk konsumsi pangan penduduk hanya sekitar 30.34 juta ton, mengalami penurunan sebanyak 757.13 ribu ton atau 2.43 persen apabila dibandingkan produksi beras tahun 2023 sebesar 31.10 juta ton.

Menurunnya produksi beras dalam negeri tentu tidak akan mampu mendukung program MBG secara berkelanjutan, apabila pemerintah tidak memfokuskan pengembangan melalui kebijakan afirmatif di sektor hulu, maka program MBG yang memiliki tujuan mulia untuk menyongsong generasi emas akan terus terikat dengan impor beras.

Selain menurunnya produksi beras nasional, hasil publikasi BPS tahun 2024 menyatakan bahwa kondisi sektor hulu pertanian Indonesia juga sedang tidak baik-baik saja, luasan panen padi pada 2024 diperkirakan sekitar 10,05 juta hektare, mengalami penurunan sebanyak 167,25 ribu hektare atau 1,64 persen dibandingkan luas panen padi di 2023 yang sebesar 10,21 juta hektare, bahkan turun lebih jauh dibandingkan luas panen tahun 2022, yaitu 10.45 juta hektare.

Luasan lahan panen yang terus mengalami penurunan dikarenakan adanya alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan dan infrastruktur lainnya. Diperlukan regulasi khusus untuk melindungi lahan-lahan pertanian dari ancaman alih fungsi lahan semakin masif.

Popularitas Beras

Saat ini popularitas beras sebagai bahan pokok utama sangatlah masif, bahkan ada frasa “Belum makan kalau belum makan nasi”, ungkapan tersebut sangat akrab di kalangan masyarakat Indonesia. Frasa ini mencerminkan budaya yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok utama dan tak tergantikan dalam banyak keluarga. Ungkapan ini juga menunjukkan kuatnya ketergantungan terhadap nasi, yang pada akhirnya menantang upaya diversifikasi pangan di Indonesia.

Tingginya popularitas beras sebagai sumber pangan utama masyarakat Indonesia tercermin dalam data Survei Sosial Ekonomi Nasional BPS tahun 2022, yang mencatat bahwa 98,35% rumah tangga di Indonesia mengonsumsi beras. Menurut Irawan (2023), dominasi beras dalam pola konsumsi karbohidrat masyarakat tidak lepas dari kebijakan afirmatif yang diterapkan oleh pemerintah.

Program Makan Siang Gratis (MBG) tidak hanya bertujuan untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi terbaik, tetapi juga membuka peluang untuk mengenalkan keberagaman sumber pangan lokal. Dalam upaya menciptakan ketahanan pangan yang lebih berkelanjutan, program ini memiliki potensi besar untuk mengurangi ketergantungan pada beras sebagai sumber karbohidrat utama.

Diversivikasi Sumber Pangan: Upaya Menuju Pangan Sehat dan Berkelanjutan

Diversifikasi pangan merupakan salah satu langkah strategis untuk menciptakan pola konsumsi yang lebih sehat sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional. Alternatif sumber pangan seperti kentang, ubi, sagu, dan jagung memiliki potensi besar untuk menggantikan ketergantungan pada beras. Bahan-bahan ini tidak hanya kaya akan nutrisi dan mudah dibudidayakan di berbagai wilayah Indonesia, tetapi juga mengandung karbohidrat yang setara dengan nasi dengan kadar gula yang lebih rendah, sehingga lebih baik bagi kesehatan.

- Advertisement -

Urgensi diversifikasi pangan semakin nyata mengingat tingginya prevalensi diabetes di Indonesia. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF), Indonesia menempati peringkat kelima negara dengan jumlah penderita diabetes terbanyak, yaitu 19,5 juta orang pada tahun 2021, yang diprediksi akan meningkat menjadi 28,6 juta pada tahun 2045. Kondisi ini menjadikan diabetes sebagai ancaman serius yang mendapat perhatian khusus dari Kementerian Kesehatan, mengingat dampaknya yang luas sebagai “ibu dari segala penyakit.”

Diversifikasi ini tidak hanya mendukung kesehatan para generasi muda, tetapi juga memberdayakan petani lokal, mengurangi beban impor beras, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan mengintegrasikan sumber daya lokal ke dalam program, MBG dapat menjadi solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi generasi muda, tetapi juga bagi perekonomian petani dan keberlanjutan lingkungan.

Melalui MBG dengan memanfaatkan keberagaman sumber karbohidrat utama juga dapat mempromosikan diversifikasi pangan sejak dini kepada generasi muda. Diversifikasi pangan dapat mengurangi ketergantungan pada satu jenis sumber karbohidrat saja, seperti beras, sehingga secara tidak langsung dapat memperkuat ketahanan pangan nasional. Dengan memanfaatkan berbagai sumber pangan lokal, risiko kelangkaan pangan akibat gagal panen atau gangguan pasokan dapat diminimalkan.

Peningkatan Sumber Pangan Lokal

Selain menyediakan makanan bergizi, MBG dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kesadaran generasi muda dan masyarakat umum tentang pentingnya diversifikasi pangan. Kampanye yang melibatkan siswa dan masyarakat luas tentang manfaat kesehatan dan keberlanjutan bahan pangan lokal dapat menciptakan perubahan budaya konsumsi yang lebih sehat dan beragam di masa depan.

Diversifikasi pangan tidak hanya memberikan alternatif karbohidrat bagi masyarakat, tetapi juga menjadi langkah strategis dalam menciptakan pola makan sehat di kalangan anak-anak. Dengan mengintegrasikan bahan pangan lokal seperti ubi, sagu, dan jagung ke dalam menu Program Makan Siang Gratis (MBG), siswa dapat diperkenalkan pada sumber makanan yang lebih sehat dan kaya nutrisi sejak dini.

Selain itu, melalui diversifikasi pangan lokal dalam setiap menu MBG, juga memberikan dampak ekonomi bagi petani lokal di daerah. Pemerintah dapat menjadikan program ini sebagai sarana memperkuat ketahanan pangan dengan memberdayakan sektor pertanian lokal, menciptakan pasar baru bagi hasil panen mereka, dan mendorong perputaran ekonomi di tingkat akar rumput.

Dengan berbagai manfaat yang ditawarkan, diversifikasi sumber karbohidrat dalam Program Makan Siang Gratis (MBG) memiliki potensi besar untuk mendukung pembangunan ketahanan pangan nasional sekaligus meningkatkan kesehatan generasi muda.

Ricky Permadi
Ricky Permadi
ASN Lembaga Administrasi Negara. Fokus pada isu-isu strategis tentang Perkembangan dan Kemajuan Bangsa dalam lingkup Administrasi Publik.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.