Selasa, Oktober 8, 2024

Diskriminasi Berkedok White Beauty

Apriliyani harahap
Apriliyani harahap
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Definisi ‘cantik’ hingga saat belum menemui titik terang, karena ketergantungannya pada hegemoni penguasa, selaras dengan pendapatnya Saltzberg and Chrisler (1997,135) yang menyatakan kecantikan sebagai eluvise commodity atau komoditas yang sulit dipahami. Disamping itu juga kecantikan selalu bervariasi yang dipengaruhi oleh budaya lokalitas dan global dan juga oleh periode sejarah. Sedangkan, menurut KBBI ‘cantik’ secara etimologi berarti elok; molek (tentang wajah, muka perempuan), hal ini menandakan eratnya hubungan antara wanita dan kecantikan dalam budaya lokal kita.

Menjadi seorang wanita haruslah berpenampilan cantik agar mudah diterima di lingkungannya. Pertanyaanya kenapa harus cantik? Apa hubungannya cantik dengan diterima dilingkungan sosial? Dari sekian alasannya, yang paling fundamental ialah dikarenakan kebudayaan kita yang dibangun oleh budaya patriaki yang menjadikan wanita sebagai objek bagi laki-laki. Kerap kali slogan yang sering kita dengar ‘laki-laki adalah makhluk visual’, secara implisit mengharuskan wanita tampil cantik demi memenuhi kebutuhan visualnya laki-laki. Terlebih lagi definisi kecantikan yang samar dan tidak autentik menjadi permasalahan lanjutan bagi wanita.

Zaman mamaku, pakai alas bedak dan bedak harus putih biar kelihatan cantik, meskipun belang dari warna kulit leher dan bagian tubuh lainnya yang terpenting bagian wajah harus terlihat putih. Biar menyerupai artis katanya. Di era 90-an memang sangat sedikit bintang artis dengan kulit oriental. Diantara artis populer di era-nya yaitu; Aldarisma, Desi ratnasari, Paramitha Rusady, dan lainnya yang pastinya memenuhi standar kecantikan, salah satunya kulit putih. Berbeda halnya dengan laki-laki. Kulit sawo matang bukan menjadi suatu masalah. Kata orang dahulu, laki-laki dengan kulit oriental terlihat lebih macho.

Disisi lain, wanita juga tidak memilki pilihan untuk tidak menggunakan alas bedak dan bedak putih, dikarenakan tidak adanya pilihan dengan shade gelap di pasaran. Maka wanita hanya memilki dua pilihan yakni; menggunakan bedak dengan shade terang atau tidak menggunakannya agar terlihat tidak terlihat belang-belang. Padahal secara teknis penggunaan keduanya disesuaikan dengan warna kulit atau mendekati warna kulit asli.

Fenomena hari inipun masih sama, industri kecantikan terus memproduksi alas bedak dan bedak dengan shade yang tebatas. Pihannya cukup bervariasi terkhusus bagi pemilik kulit terang, tetapi tidak untuk kulit gelap. Tindakan seperti ini secara implisit dan konstan mengkonstuksi standar kecantikan lama yang menerobos batasan sosial seperti halnya identitas.

Semakin pesatnya perkembangan zaman, standar kecantikan terus bermediasi dengan cara soft mediaton. Mediasi- mediasi tersebut menghasilkan fitur-fitur kecantikan baru yang lebih beragam, seperti yang dilakukan beauty influencer dalam kanal youtube-nya livnjunki  yang mengkampenyakan kecantikan ras Melanisia, dengan segala tantangannya sebagai minoritas. Melalui kritikannya terhadap industri kecantikan Indonesia terutama mengenai terbatasnya pemilihan shade alas bedak dan bedak bagi yang memilki kulit sawo matang terang dan sawo matang gelap. Variasi dari shade tersebut dinilai belum merepresentasikan identitas wanita Indonesia terutama bagi ras Melanisia, menjadi salah satu pembahasan intens yang dilakukan oleh beauty influencer ini. Terlahir dengan memiliki kulit sawo matang terang dan gelap bukan berarti tidak pantas menggunakan make-up, ataupun mendapat kesulitan mencari shade yang sesuai dengan warna kulit mereka. Sebagai salah satu dari keragaman etnis di Indonesia, sudah selayaknya mendapatkan kebutuhan dengan mudah di negeri mereka sendiri. Namun,  dengan realitas yang demikian, menggunakan produk global menjadi alternatif bagi wanita dalam mencari alas bedak dan bedak dengan shade gelap.

Hasil dari mediasi-mediasi hingga di era modern saat ini, secara eksplisit belum merepresentasikan identitas wanita Indonesia yang beragam. Dibutuhkan negoisasi dan sinkronisasi dalam mediasi definisi ‘cantik’, supaya tidak meninggikan atau merendahkan dari suatu etnis tertentu. Media dan industri kecantikan tentu memiliki peran penting dalam proses negoisasi dan sinkronisasi dalam menentukan hasil dari mediasi tersebut.

Ketika wanita dipaksa menegoisasikan identitas dengan standarisasi kecantikan

Wanita mengalami tekanan yang konstan dalam memenuhi standarisasi kecantikan yang hakikatnya samar. Dalam mencapai standar kecantikan yang tidak autentik ini wanita terpaksa menukarkan identitasnya untuk menegoisasikan dirinya dan lingkungannya. Jones and Shortes Gooden menyebutnya dengan istilah ‘ The Lily Complex’. Complex yang dimaksudkan ialah mengubah, menyamarkan, dan menutupi atau meningkatkan fisik untuk berasimilasi agar diterima sebagai menarik.

Wanita dengan kulit sawo matang terang maupun gelap dalam kebudayaan kita secara eksplisit dinyatakan tidak cantik. Stigma ini tidak hanya memberi pengaruh pada psikologis dari seorang wanita, tetapi juga penerimaan mereka di dunia nyata dan dunia maya. Wanita yang dianggap tidak cantik harus berusaha lebih keras dibanding mereka yang dianggap cantik untuk diterima di ranah sosial. Mereka melakukan berbagai upaya termasuk praktik kecantikan agar dapat memenuhi standar kecantikan dengan harapan akan menjalani kehidupan dengan lebih mudah.

Permasalahan yang lebih krusialnya ialah mereka tidak lagi bangga dengan etnis mereka yang merupakan bagian dari identitas diri. Keragaman etnis yang seharusnya menjadi keunikan dan kelebihan terus dikikis dan berasimilasi sebab adanya standarisasi dalam kecantikan. Tidak hanya perasaan inferior yang menggeluti kaum wanita, perasaan kebencian terhadap diri sendiri sangat mungkin terjadi.

Apriliyani harahap
Apriliyani harahap
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.