Jumat, Maret 29, 2024

Dinamika Hubungan Indonesia dengan Amerika

Razan Ghifari
Razan Ghifari
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga. Peraih Beasiswa Rumah Kepemimpinan Regional Surabaya.

Negara Indonesia dengan Amerika Serikat punya sejarah yang panjang dalam menjalin hubungan diplomatik. Kedua negara sudah memupuk kerja sama selama 70 tahun lamanya ditandai dengan disahkan Kedubes AS di Jakarta pada tanggal 28 Desember 1949, dan Amerika sebagai negara adidaya tentu menjadi sasaran dalam mengembangkan politik luar negeri Indonesia di mata luar negeri.

Amerika Serikat, negara yang disegani di dunia dalam melaksanakan politik luar negerinya berperan dalam melindungi negara lain yaitu dengan cara memperluas kepentingannya di seluruh dunia, mengadakan kerja sama dalam berbagai bidang, utamanya dalam bidang ekonomi dengan negara-negara lain.

Di sisi lain Amerika dapat mengubah tatanan sistem internasional sesuai dengan tujuan politik Amerika Serikat sendiri. Karena pengaruh yang luar biasa ini, Indonesia pernah memiliki hubungan diplomatis yang dekat sekali dengan Amerika Serikat, seperti ketika zaman Orde Baru ketika dipimpin Presiden Soeharto, kemudian terlihat dekat kembali di zaman Presiden SBY.

Tetapi ketika hubungan kedua negara sedang tidak harmonis, bukan berarti kedua negara sedang mengalami konflik dan masalah lain,  karena dalam sejarahnya Indonesia juga tidak pernah memiliki sentimen historis dengan Amerika Serikat.

Tidak seperti penilaian publik AS terhadap Vietnam karena AS dan Vietnam pernah mengalami perang ketika tahun 1970-an, atau sentimen rakyat Filipina terhadap Amerika Serikat karena dalam sejarahnya Filipina pernah memiliki pengalaman di bawah pemerintahan AS. Dinamika hubungan antara Amerika Serikat dengan Indonesia ini pada akhirnya dibagi menjadi tiga babak, yaitu Orde Lama, Orde Baru, Reformasi dan setelahnya.

Ketika zaman Orde Lama di zaman Presiden Soekarno, situasi dan kondisi politik internasional sedang panas-panasnya dikarenakan saat itu negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Rusia sedang berlomba-lomba menunjukkan hegemoninya dalam momen Perang Dingin.

Di saat seperti itu, Presiden Sokarno justru memilih untuk bersikap netral dan membangun Gerakan Non-Blok. Soekarno menekankan Indonesia dalam berpolitik menggunakan prinsip bebas-aktif. Bebas-aktif di sini bebas memilih orientasi kerja sama dengan negara lain, dan tetap aktif dalam membantu perdamaian dunia dan menjaga keseimbangan poitik internasional.

Menurut Smith (2003) Indonesia di bawah Soekarno cenderung menutup diri terhadap AS. Tetapi menutup diri di sini bukan dikarenakan memiliki konflik dengan Amerika Serikat, terbukti Presiden Soekarno tetap melalukan kunjungan negara ke AS dalam beberapa kali, dan punya kedekatan yang baik dengan Presiden John F. Kennedy (Emmerson, 2006:27).

Menutup diri di sini dikarenakan Presiden Soekarno punya pengalaman kurang baik dalam bekerja sama dengan negara-negara barat, karena negara barat identik dengan imperialisme yang sempat menghantui Indonesia selama beratus-ratus tahun lamanya. Maka, dalam kerja sama hubungan negara lain, Indonesia lebih condong dekat dengan China sebagai representasi dari Blok Timur.

Kemudian di zaman Orde Baru, Presiden Soeharto mengubah hubungan bilateral dengan Amerika Serikat menjadi lebih baik. Ada beberapa kesamaan antara Soeharto dengan Amerika Serikat, yaitu sama-sama ingin menghapuskan PKI dan pengaruh ideologi komunis di negara dan Presiden Soeharto juga menganggap investasi asing dan bantuan modal perekonomian yang diberikan AS jauh lebih besar dan harus dimanfaatkan.

Orde Baru benar-benar ambisius dalam melakukan percepatan pembangunan bersama AS bahkan Amerika Serikat bagaikan inti dalam perekonomian Indonesia, sehingga hubungan kedua negara memang sangat dekat pada masa itu.

Orde Baru kemudian runtuh, dilanjutkan dengan era reformasi. Banyak yang memikirkan bahwa salah satu alasan kenapa runtuhnya Orde Baru dikarenakan hubungan Amerika Serikat dan Presiden Soeharto memburuk.

Tetapi yang menjadi sorotan adalah ketika terjadinya konflik separatisme di Timor Timur ketika zaman Presiden BJ Habibie, Amerika Serikat di sini tidak menyukai cara Indonesia dalam menangani Timor Timur, di sisi lain Indonesia menganggap Timor Timur adalah masalah keamana nasional

Tetapi karena di sini karena Timor Timur menginginkan untuk memisahkan diri dari Indonesia, AS sebagai negara liberal menyatakan bahwa tidak seharusnya Indonesia melakukan intervensi militer terhadap Timor Timur sehingga pada akhirnya AS berperan besar yang membawa kasus ini ke PBB dengan Australia sebagai negara penengah.

Kemudian ketika Presiden Gus Dur kemudian dilanjut oleh Ibu Megawati, situasi kondisi di AS sedang dalam carut marut aksi terorisme 9/11 membuat Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia harus menjadikan momentum ini sebagai pembuktian bahwa Indonesia adalah negara yang mengecam ekstremisme dan terorisme di dunia.

Karena kesamaan doktrin war of terror ini kemudian Indonesia diandalkan Amerika dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang moderat. Setelah Megawati turun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono punya pendeketan sendiri dengan Amerika Serikat. Praktek diplomasi Indonesia ketika Presiden SBY memimpin lebih kepada metode diplomasi publik dengan pendekatan yang soft power.

Presiden SBY fokus kepada memperbaiki dan memperkuat hubungan Amerika Serikat dengan Indonesia. Presiden SBY menyadari Indonesia harus tetap menjaga hubungan dengan AS, maka dari itu melalui motto Presiden “thousand friends zero enemy”, SBY berusaha meminimalisir konflik dengan seluruh negara, utamanya AS sebagai negara adidaya dan paling berpengaruh di dunia.

Barack Obama yang datang ke Indonesia pada tanggal 9-10 November kemudian menyepakati Indonesia-US Comphrehensive Partnership Agreement. Selanjutnya ketika Presiden Joko Widodo berkuasa, sepertinya ada kemungkinan ada penurunan harmonisasi hubungan antara Indonesia dengan Amerika Serikat.

Hal ini dikarenakan beberapa kali Indonesia terlihat bekerja sama dengan Republik Rakyat Tiongkok dalam bidang ekonomi dan Presiden Joko Widodo juga mengusik praktik monopoli AS pada PT Freeport Indonesia, dengan membeli 51% saham PT. Freeport. Freeport sendiri merupakan perpanjangan tangan dari kepentingan ekonomi dan politik Amerika Serikat di Indonesia.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa Indonesia dalam sejarahnya memiliki hubungan diplomatik dengan Amerika Serikat yang sudah lama dan juga memiliki beberapa dinamika bahkan dalam setiap tonggak kepemimimpinannya. Indonesia menyadari Amerika Serikat merupakan negara strategis yang punya kekuatan lebih di dunia. Untuk itu, Indonesia berusaha menjaga hubungan baik dengan Amerika Serikat agar kepentingan Indonesia dalam politik luar negeri tetap mencapai tujuan dan juga ikut menjaga ketertiban dunia.

Razan Ghifari
Razan Ghifari
Mahasiswa Ilmu Politik Universitas Airlangga. Peraih Beasiswa Rumah Kepemimpinan Regional Surabaya.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.