Rabu, April 24, 2024

Dinamika Dibalik Kembali Turunnya Harga Penerbangan Domestik

Richad Ade Sastra
Richad Ade Sastra
Laboratory chemist

Belum lama menghela nafas setelah maklumat penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) oleh PT Pertamina, masyarakat Indonesia sontak dibuat tertegun dengan melunjaknya harga tiket pesawat domestik.

Dirilis oleh Indonesia National Air Carrier Association (INACA) pada beberapa hari yang lalu, ditemukan data bahwasannya harga tiket pesawat domestik dibanding dengan tiket pesawat tujuan luar Indonesia memiliki perbandingan yang cukup mencengangkan. Beberapa netizen mengecek harga tiket di hari, tanggal, bulan dan tahun yang sama, didapat harga tiket domestik yang njomplang jauh lebih mahal daripada tiket ke luar negeri bahkan sampai ke negeri sakura sekalipun.

Tidak hanya masyarakat saja yang menunjukkan kegusarannya, melainkan para eksekutif Indonesia seperti Bapak wakil presiden Indonesia, bapak Jusuf Kalla pun angkat bicara mengenai persoalan ini. Dan pada akhirnya, suara-suara masyarakat dan juga penguatan dari aparatur sipil Negara membuat INACA mengambil keputusan untuk menurunkan lagi harga tiket pesawat domestik

Namun teman-teman, lebih dalam lagi mari kita lihat bagaimana sebenarnya gerak-gerik INACA sepekan sebelum diturunkannya harga tiket pesawat tujuan domestik. Tidak etis rasanya kalau kita juga tidak mencoba menggunakan kaca mata sudut pandang dari INACA sendiri.

Pada beberapa hari sebelum kegemparan harga tiket pesawat terjadi, atau pada saat sebelum INACA mempoklanirkan penurunan harga tiket pesawat destinasi domestik, INACA sempat mengajukan permohonan penurunan harga bahan bakar avtur yang selama ini menyokong bahan bakar pesawat.

Nah, dari situ teman-teman bisa memahami bahwasannya bukan tanpa alasan yang urgen Indonesia Nasional Air Carrier Association gusar dalam menghadapi tidak stabilnya nominal harga tiket penerbangan domestik. Sebelum pada akhirnya PT Pertamina menerima klausul penurunan harga avtur pada 15 Januari 2019, akhirnya bersamaan dengan hal tersebut dari INACA mulai mengonfirmasi akan menurunkan kembali harga tiket pesawat tujuan domestik yang sempat melambung pasca liburan kemarin.

Di lain sisi, selain memang ketergantungan terhadap pasokan bahan bakar, para maskapai penerbangan juga melihat kondisi nilai tukar rupiah terhadap kurs internasional yang dinilai dalam kondisi yang kurang menguntungkan

Yang saya ingin tekankan adalah mengenai pasokan bahan bakar yang terus mengalir begitu saja teman-teman. FYI, avtur merupakan beban terberat kedua maskapai setelah leasing pesawat. Persentasenya antara 30-40 persen dari harga yang bisa ditentukan oleh suatu maskapai.

Uniknya, dengan keadaan pengelolahan minyak mentah yang kian hari semakin was-was akan ketersediaannya, pemerintah khususnya pelayan di bidang energi masih dengan lembut memanjakan masyarakat dengan berbagai program penurunan bahan bakar minyak (BBM). Belum sepekan PT Pertamina menurunkan harga BBM, hari ini PT Pertamina juga harus menurunkan harga avtur sebagai penggerak turbin pesawat.

Memang benar hal tersebut cukup mudah dilakukan mengingat memang kondisi minyak bumi yang sedang mengalami pelemahan harga di skala internasional, ditambah lagi berhasilnya operator minyak terbesar Indonesia yaitu PT Pertamina, yang baru saja membuka sumur baru di Kalimantan.

Akan tetapi teman-teman, apabila kita melihat Negara-negara sebelah yang mulai memperhatikan gentingnya energi minyak di kehidupan manusia, maka gelontoran subsidi yang terus menerus dikeluarkan oleh pemerintah bukanlah sebuah prestasi yang membanggakan.

Pemerintah sedang berpikir keras bagaimana menyeimbangkan ketersediaan energi untuk bahan bakar ketika melepas sepeser subsidi. Sedangkan dari kalangan kita sendiri selalu tamak akan subsidi bahan bakar dan selalu bangga apabila mendapatkannya.

FYI teman-teman, Jerman mulai tahun ini sudah mulai menyetop penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil dan Italia adalah salah satu Negara dengan harga BBM termahal yang mencapai lebih kurang Rp 23.000 per liter. Lantas?

Bagaimana dengan kita? Walaupun memang kita tidak bisa membantu secara langsung terkait kelangsungan energi terbarukan untuk Indonesia, paling tidak kita berusaha bijak dalam menghadapi berbagai situasi yang terkadang menurut kita baik untuk kita, akan tetapi kita tidak melihat jatuh bangun upaya dari pemegang kebijakan untuk mensejahterakan masyarakatnya.

Semoga bermanfaat

Richad Ade Sastra
Richad Ade Sastra
Laboratory chemist
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.