Minggu, November 24, 2024

Dilema Kemacetan di Ibu Kota

rifki Okta
rifki Okta
Nama : Rifki Okta Mulyawan Domisili : Jakarta Timur Pekerjaan : Menjadi seorang pengamat
- Advertisement -

Asraf, bocah berusia 6 tahun melontarkan pernyataan yang mengagetkan “ah nang Jakarta rasah tuku mobil, nek kakean mobil marai macet, mending numpak KRL opo Busway” terjemahan dalam bahasa “ah di Jakarta tidak perlu beli mobil, terlalu banyak mobil hanya membuat macet, lebih baik naik KRL atau Transjakarta.”

Asraf adalah bocah yang tinggal di Kulonprogo Yogyakarta. Saat itu ia sedang menghadiri acara pernikahan salah 6 keluarganya di daerah Cengkareng.Pada suatu siang Asraf diajak naik pertama KRL, lalu Transjakarta, dan terakhir taksi daring oleh kakaknya. Pernyataan tersebut dilontarkan ketika naik taksi daring.

Berangkat dari pernyataan tersebut, keruwetan di Jakarta memang sudah tidak bisa dipungkiri saat ini. Keruwetan tersebut disebabkan makin banyaknya kendaraan bermotor yang berseliweran di jalanan. Dilansir dari BPS, jumlah kendaraan bermotor di Jakarta pada tahun 2016 sebanyak 13,3 juta untuk kendaraan roda dua, dan 3,5 juta untuk mobil penumpang, dengan masing-masing  pertumbuhan 5,3% dan  6,48% per tahun.

Terlebih lagi, masyarakat sekitar Jakarta yang bekerja di Jakarta atau kendaraan daerah yang dibawa ke Jakarta. Menurut Eksekutif Perhimpunan Studi Pengembangan Wilayah Syahrial Loetan ada sebanyak 18 juta kendaraan bermotor yang beredar di jalanan Jakarta.

Jalanan di Ibu KotaDi sisi lain,  selama tahun 2012-2015 dinas perpekerjaan umum provinsi dki jakarta tidak menambah panjang jalan raya. Pada tahun 2016, jalan raya di Jakarta sepanjang 5.117,6 km untuk jalan kota administrasi, 1.562,25 km untuk jalan provinsi, dan 123,73 km jalan tol.

Akhir-akhir ini pemerintah gencar menambah jalan flyover dan underpass untuk mengurai kemacetan. Namun flyover dan underpass tersebut tetap tidak dapat menampung laju pertumbuhan kendaraan bermotor.

Berkembangnya kredit KKBSelanjutnya, para perusahaan otomotif dan lembaga pembiayaan bank maupun non bank semakin gencar memberikan kemudahan dalam memberikan kredit. Seperti DP ringan, diskon cicilan, dan promo-promo semacamnya.

Terlebih lagi, makin maraknya mobil murah dan kemudahan untuk kredit KKB semakin memperparah keadaan. Hal tersebut menyebabkan semakin banyaknya masyarakat yang dulunya kesulitan dalam membeli kendaraan bermotor, terutama mobil, sekarang dapat membeli dengan mudah. Terutama di DKI Jakarta, yang notabene merupakan pusat dari perputaran uang dan informasi.

Berdasarkan data dari Gaikindo penjualan mobil di Jakarta sepanjang tahun 2017 sebanyak 203.000 unit. Jumlah tersebut menpati posisi ke dua di bawah Jabar dan di atas Jatim. Ditambah lagi, kendaraan roda dua yang terus bertambah dapat memperparah keadaan.

Seperti yang dilaporkan oleh PT Wahana Makmur Sejati (WMS) berhasil menjual kendaraan roda dua sebanyak 392.500 unit. Ia mengeklaim menguasai pangsa pasar di Jakarta dan Tangerang sebesar 71%. Secara hitung-hitungan kasar berarti penjualan roda dua sebanyak kurang lebih 550.000 unit. Ditambah lagi, optimisme dari para pelaku industri Otomotif terhadap kondisi ekonomi memyebabkan mereka terus meningkatkan target penjualan.

- Advertisement -

Transportasi publikKurangnya fasilitas transportasi publik di jakarta menyebabkan masalah kemacetan masih berlanjut. Pemerintah DKI gencar melakukan perbaikan dan penambahan di sektor transportasi publik seperti Transjakarta, Commuter Line, serta yang terakhir Light Rail Transit dan Masive Rail Transit ini disertai dengan promosi-promosi yang digencarkan. Akan tetapi, anehnya pemerintah tidak bertindak ketika gagasan mobil murah tersebut muncul. malah justru cenderung mendukung gagasan tersebut.

Ditambah lagi, Populasi Ojek daring yang bertambah pada awalnya digadang-gadang menjadi pencegah kemacetan justru menjadi bumerang bagi aspal Ibu Kota. Peningkatan jumlah ojek daring ternyata malah memperparah kemacetan di Jakarta karena mereka sering “mangkal” di badan jalan dengan jumlah yang tidak sedikit. Bal tersebut menyebabkan penyempitan jalan yang berujung kemacetan.

Di sisi lain, ketika pemerintah DKI berhasil membuat masyarakat Jakarta dan sekitarnya menggunakan transportasi publik, bukan tidak mungkin hal tersebut justru akan berdampak buruk bagi sektor lainnya.

Pertama, tidak menutup kemungkinan bagi masyarakat untuk mengurangi konsumsi kendaraan pribadi. Akibatnya, hal tersebut akan menyebabkan berkurangnya penjualan kendaraan bermotor secara signifikan. Hal ini dikarenakan DKI jakarta adalah pangsa pasar kendaraan bermotor terbesar ke dua setelah Jabar.

Lalu, hal tersebut dapat berdampak kepada kinerja perusahaan otomotif dan jasa pembiayaan. Kinerja penjualan yang menurun menyebabkan keuntungan pun juga ikut menurun. Tentunya perusahaan akan mengurangi biaya untuk menekan kerugian atau memaksimalkan keuntungan.

Untuk menekan Kerugian atau memaksimalkan keuntungan, biasanya Perusahaan akan melakukan pengurangan pegawai, yang artinya akan ada pengangguran baru yang muncul. Bukan hanya dari perusahaan otomotif, namun pada jasa pembiayaan dan bisnis-bisnis turunannya.

Selanjutnya, hal ini juga berdampak pada bisnis turunan. Seperti bisnis after market, bahan bakar, atau bisnis jasa perbaikan. Bukan tidak mungkin bisnis-bisnis tersebut nantinya akan ikut tergerus.

Lalu, tidak menutup kemungkinan jika hal tersebut berhasil menyebabkan tidak menariknya investasi Otomotif menjadi kurang menarik. Hal itu menyebabkan menurunnya investasi asing di bidang otomotif yang masuk ke Indonesia. Karena saat ini otomotif di Indonesia masih dikuasai oleh asing, terutama negeri Matahari.

Dengan berkurangnya konsumsi kendaraan bermotor di DKI, tidak menutup kemingkinan akan mengurangi investasi asing di bidang otomotif. Hal ini tentu tidak sejalan dengan apa yang diharapkan kementerian perindustrian. Dilansir dari situs kementerian perindustrian, investasi Otomotif di Indonesia mencapai lebih dari  100 Triliun Rupiah.

Polemik kemacetan di Ibu Kota ini tak kalah pelik dari polemik cukai rokok yang tak kunjung selesai.

rifki Okta
rifki Okta
Nama : Rifki Okta Mulyawan Domisili : Jakarta Timur Pekerjaan : Menjadi seorang pengamat
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.