Dalam sepuluh tahun terakhir, Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sedang menghadapi situasi berat yang berdampak pada persoalan sosial, yaitu pengangguran. Berdasarkan Badan Statistik Nasional di bulan Februari 2021, SMK menyumbangkan angka pengangguran terbuka tertinggi, yaitu 14,87 %. Banyaknya lulusan yang menganggur sungguh ironis, dan sangat disayangkan karena secara historis, SMK didirikan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi dunia usaha dan industri.
Disinyalir dalam berbagai forum ilmiah, dikatakan bahwa salah satu penyebab utama daya serap SMK rendah adalah adanya tingkat kejenuhan pada program-program tertentu, misalnya jurusan Otomatisasi & Tata Kelola Perkantoran, dan Akuntansi sudah terlalu banyak alumni yang dihasilkan. Akibatnya terjadi inflasi, kelebihan tenaga kerja pada jurusan studi yang sama.
SMK-SMK di Indonesia perlu kreatif membuat aneka terobosan, misalnya membuka jurusan baru yang jelas dibutuhkan. Peluang terbesar ada pada jenis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang saat ini sedang berkembang, dan bertumbuh secara masif. Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (dalam dataindonesia.id, 2022) mencatat bahwa ada 65,47 juta unit UMKM di Indonesia pada tahun 2019.
Lapangan kerja yang dibutuhkan oleh UMKM, — belum termasuk dunia usaha dan industri besar — banyak dan beragam. Banyaknya peluang kerja, menggoda SMK negeri maupun swasta, membuka jurusan dalam aneka konsentrasi keahlian yang baru. Salah satu jurusan yang menarik, digagas oleh Gibran (kumparan.com, 2020), adalah Media Sosial (Medsos). Mengapa jurusan Medsos menjadi penting, dan dibutuhkan?
Menurut Damian Ryan (2017) konsumen sudah jenuh dengan pemasaran media massa, dan kemudian beralih ke internet. Mereka menginginkan lebih banyak keterlibatan, dan interaksi. Mereka mulai menghabiskan sebagian besar waktu luang di dunia digital. Oleh karenanya, digital marketing kreatif — yang menggunakan sarana media sosial — merupakan cara bisnis perusahaan menjangkau para pelanggan mereka.
Media sosial — kendati kebutuhan konsumen meningkat — belum dimanfaatkan secara optimal oleh para pengusaha untuk memajukan organisasi bisnis mereka. Para pengguna Medsos secara umum belum mendapat pelatihan secara profesional. Akibatnya ada gap keterampilan digital yang seharusnya secara potensial berpeluang diisi oleh para pekerja terampil di bidang Medsos. Adanya gap kekosongan personalia terampil merupakan kesempatan bagi SMK untuk membuka jurusan baru, yaitu Medsos.
Dalam nomenklatur kompetensi keahlian SMK, belum ada nama jurusan Medsos. Kendati demikian, pimpinan SMK dalam bimbingan dinas pendidikan setempat dapat mencangkokkan jurusan tersebut ke dalam program yang sudah ada, yaitu Disain Komunikasi Visual, dengan konsentrasi Digital Marketing and Communication (DMC). Dua SMK yang sudah resmi membuka jurusan dengan konsentrasi tersebut pada tahun 2020, yaitu SMK Strada I, Jakarta, dan SMK Kanisius Ungaran, Jawa Tengah.
Kedua SMK tersebut dibangun berkat adanya kerja sama antara pengurus perkumpulan/yayasan penyelenggara SMK dengan mitra pendukung Eka Tjipta Foundation. Dalam dua tahun terakhir jurusan baru ini dibanjiri pendaftar. Mereka mendaftar karena selain mendapat keterampilan di bidang Medsos, juga berharap dapat cepat lulus, dan bekerja di perusahaan yang membutuhkan keterampilan mereka.
Para murid dalam konsentrasi DMC dibekali keterampilan yang link dan match-nya nyambung dengan aktivitas bisnis yang terjadi di media sosial. Mereka secara teoretis dan praktis dilatih membuat produk marketing yang memanfaatkan teknologi komunikasi. Mereka diajarkan bagaimana cara membuat konten kreatif, pemasaran, analisis pasar, digital marketing branding, hubungan masyarakat, dan optimalisasi analisis mesin pencari.
Bidang studi keahlian yang dipelajari dalam digital marketing berfokus pada pemanfaatan media sosial. Peserta didik setelah lulus diharapkan dapat bekerja sebagai konten kreator bagi badan usaha yang menggunakan media sosial sebagai alat marketing dan komunikasi perusahaan.
Para guru DMC membimbing, dan memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mengelola website kelas atau kelompok belajar. Website tersebut berisi aneka kreativitas murid yang masih sejalan dengan program DMC, termasuk ada kemungkinan membuka teaching factory virtual yang menawarkan produk digital bagi para konsumen.
Para murid yang sudah terlatih dalam pembinaan di SMK, setelah lulus dapat mempraktikkan ilmu dan keterampilan yang dimiliki. Mereka dapat bekerja dalam tim, berkolaborasi dalam membuat gagasan bersama guna membuat design product, video klip, gambar, dan pesan singkat menarik yang dapat dimasukkan dalam rancangan produksi digital. Mereka dalam formasi bertransformasi menjadi tenaga terampil yang mampu bekerja sebagai operator atau konseptor media sosial mulai dari usaha mikro, kecil, menengah hingga besar.
Sebagai catatan akhir, para pelaku bisnis, baik dalam skala kecil maupun besar membutuhkan tenaga terampil yang dapat memelihara dan mengembangkan media sosial perusahaan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut, SMK perlu membuka jurusan baru, Disain Komunikasi Visual, dengan konsentrasi DMC. DMC menjadi penting karena dapat menjawab kebutuhan personalia terampil bagi dunia usaha dan industri yang sedang berkembang. Para murid yang sudah dilatih menggunakan sarana media sosial, diharapkan dapat menghasilkan produk digital kreatif
Dibutuhkan keberanian para penyelenggara SMK untuk membuka jurusan-jurusan baru yang kreatif, termasuk DMC untuk menjawab tantangan global bagi dunia usaha dan industri. Semoga para pengambil kebijakan di tingkat SMK tidak lagi menjadi ragu membuat terobosan baru guna memajukan karya pendidikan vokasi mereka di mana pun berada, sekarang dan di masa depan.