Inilah refleksi kita pada suatu kesalahan penanganan budaya yang pernah terjadi di Negara kita.
Dua penghianat negeri ini, DI/TII dan PKI telah menelurkan generasi-generasi pelanjut semangatnya. Tidak menutup mata, PKI memang masih ada tapi yang ada adalah mereka yang sudah mengubah cara dan kehendaknya tidak seperti para leluhurnya.
Dalam kesimpulan yang bisa aku paparkan adalah mereka masih menggunakan instrumen ke-kiri-annya untuk berseru keadilan, dan sudah tidak terdengar lagi adanya usaha yang sama seperti leluhurnya. Mengubah ideologi dan arah Negeri ini.
Tidak sama dengan para penerus DI/TII, ya ada HTI, ada FPI dan jenis-jenis lainnya. Mereka seakan tidak pernah belajar sesungguhnya apa yang pernah terjadi di Negara ini dulu.
Semua memang berangkat dari ideologi masing-masing, dan sampai disini aku tidak sampai hati pada penyalahan ideologi dan keyakinan mereka. Jelaslah, keyakinan dan ideologi itu berada pada ruang prinsip individu, jika keluar berarti ya berkata tentang sosial, simpulnya ya kesepakatan bersama.
Syukur-syukur kalau kita “keluar” bertemu dengan individu lain yang berideologikan sama, dengan demikian kita bisa bergerak dan bermanifesto bersama. Tapi kita tidak boleh menutup mata, bahwa di luar sana juga ada ribuan, jutaan bahkan milyaran ideologi yang berkeliaran memenuhi bumi ini.
Pancasila, menurut pamanku adalah lebih dari sebuah karya sastra Bung Karno, juga bukan hanya sebatas semboyan yang menerangkan masa lalu dan jatidiri leluhur bangsa ini. Tapi juga pandangan masa depan, tanpanya susah menyimpulkan bentuk, kaca mata, pegangan hidup, identitas, ideologi Negara ini.
Oleh karena itu, bayangkan ketika takdir bangsa yang majemuk luar biasa ini, dipaksakan berideologikan satu, yang tidak lahir dari bangsa ini sendiri. Katakanlah Khilafah dari Arab dan Komunis dari Rusia.
Dan bukankah kita harus bangkit dengan sebagai diri kita sendiri, gampangannya ya bangkit dengan Pancasila.
Jika adil makmur sentausa, yang kita harapkan belum kunjung tercapai, itu bukan kesalahan Pancasila sebagai Ideologi pemersatu bangsa kita.
Kalaupun memang ketidakadilan, ketidaksetaraan, ketidakmakmuran dan ketidak-tidak lainnya. Adalah tanggung jawab semua elemen untuk menerepkan Pancasila sebenar-benarnya.
Bukan malah, berteriak revolusi untuk Ideologi baru dan asing, membuat onar sana-sini. Persis seperti yang dilakukan PKI dulu dan FPI sekarang. Rahayu!