Rabu, November 20, 2024

Depresi, Haruskah Berakhir dengan Bunuh Diri?

Zahra Ade Fitriani
Zahra Ade Fitriani
Mahasiswa fakultas kedokteran
- Advertisement -

Hampir setiap hari kita mendengar kasus bunuh diri, baik itu di televisi, koran ataupun di media sosial. WHO menyatakan bahwa setiap 40 detik terdapat satu orang atau setara dengan 800 ribu orang setiap tahun yang meninggal karena bunuh diri. Menurut data Kepolisian Indonesia, pada tahun 2020 dilaporkan terdapat 671 orang yang melakukan tindakan bunuh diri.

Sedangkan, BPS tahun 2020 mencatat terdapat total 2.787 kasus bunuh diri dan percobaan bunuh diri. Tingginya kasus bunuh diri menunjukkan bahwa adanya ketidakmampuan untuk mencari solusi saat mengalami depresi. Lalu apakah depresi itu? Mengapa depresi bisa terjadi?

Depresi adalah suatu kondisi dimana seseorang biasanya merasa rendah diri, marah, sedih, menutup diri dan bahkan merasa tidak berharga. Ini merupakan gangguan pada emosi yang tentunya dipicu oleh banyak hal. Nah, segala hal yang dapat memicu terjadinya depresi disebut stressor.

Depresi bisa terjadi saat tubuh tidak mampu beradaptasi dengan stresor yang berlebihan. Stresor tersebut dapat berupa suatu peristiwa kehilangan sesuatu objek yang dicintai, misalnya orang tersayang, harta benda, pekerjaan, jabatan, kejadian tragis/trauma, bencana alam bahkan masalah keuangan. Besarnya stresor yang dihadapi menimbulkan efek yang berbeda pada diri seseorang.

Dalam kondisi tertentu, depresi dapat kita katakan sebagai suatu reaksi normal ketika menghadapi suatu permasalahan. Tapi ada waktu-waktu tertentu, dimana depresi mulai mengacaukan kehidupan seseorang. Sebagai contoh, setiap orang pernah merasakan sedih, tetapi hampir sebagian besar mampu melaluinya dalam hidup dan kemudian perasaan sedih itu hilang lalu kembali beraktivitas secara normal.

Adapula orang yang berlarut-larut dalam nuansa kesedihan sehingga bersedih dalam waktu yang cukup lama, bahkan dapat lebih dari satu bulan. Keadaan ini biasanya berhubungan dengan gejala-gejala ketidakmampuan seperti kelelahan dan sulit berkonsentrasi. Kemudian mulai memengaruhi kehidupan sehari-hari dan mengganggu pekerjaan. Jika kondisi ini mulai mengganggu kehidupan dan baru hilang dalam waktu yang lama, maka dapat dipastikan bahwa seseorang menderita gangguan depresi.

Depresi ditunjukkan dengan tanda-tanda berikut ini.

1) Fisik: merasa lelah dan tidak bertenaga, sakit dan nyeri di seluruh tubuh yang tidak jelas sebabnya, mengalami gangguan tidur, dan perubahan nafsu makan.

2) Perasaan: perasaan sedih dan menderita, rasa bersalah, hilangnya rasa ketertarikan pada hidup, seperti terhadap interaksi sosial dan pekerjaan.

3) Pikiran: tidak punya harapan akan masa depan, sulit konsentrasi dan mengambil keputusan, merasa diri tidak sebaik orang lain (tidak percaya diri), merasa bahwa mungkin lebih baik jika ia tidak hidup, sehingga muncul keinginan dan rencana untuk bunuh diri

- Advertisement -

Mengapa bisa timbul keinginan untuk bunuh diri?

Saat seseorang mengalami rasa takut, sedih, cemas dan hal-hal lain yang berhubungan dengan emosi. Stimulus atau rangsangan sensorik nantinya akan diantarkan menuju thalamus untuk diproses. Ketika sudah diproses di thalamus, kemudian stimulus tersebut akan dibawa menuju korteks serebri yang akhirnya akan dipersepsikan sebagai respon emosi.

Pada korteks serebri, terdapat bagian prefrontal korteks yang nantinya akan mengontrol perilaku bawaan dan tindakan sesuai dengan pikiran. Kemudian stimulus tersebut akan dibawa menuju amigdala sebagai pusat emosi dan akan dibawa terus menuju hipothalamus dan batang otak yang akhirnya akan dibawa menuju efektor sebagai respon fisik. Hal inilah yang menggerakkan tangan dan kaki seseorang ketika melakukan tindakan bunuh diri.

Secara fisiologi, depresi terjadi karena adanya penurunan kadar neurotransmitter di otak yaitu :

1. Norepinefrin yang mengatur kecemasan dan perhatian

2. Serotonin yang mengatur ketertarikan dan keharusan

3. Dopamin yang mengatur perhatian, motivasi dan kesenangan.

Jika ketiga neurotransmitter di atas mengalami penurunan maka terjadi ketidakseimbangan respon imun dan metabolisme monoamin yang akan menyebabkan perilaku mood negatif. Secara sederhananya seperti ini, dalam kondisi normal, ketiga hormon di atas berfungsi untuk mengatur kebahagiaan, kesenangan, mood, perhatian, namun ketika terjadi penurunan atau gangguan pada regulasinya berarti kadar kesenangan dan kebahagiaan juga akan berkurang, sehingga merasa hilang minat pada apapun, kesedihan mendalam, suram dan bahkan memutuskan untuk bunuh diri.

Padahal kenyataannya, melakukan bunuh diri bukanlah solusi terbaik ketika mengalami depresi. Bunuh diri hanyalah tindakan pelarian diri untuk menghindari masalah duniawi.

Nyawa terlalu berharga untuk dihilangkan secara sengaja dengan tangan sendiri, mengingat di luar sana masih banyak yang berjuang keras agar tetap hidup, bahkan para tenaga medis bersusah payah mengerahkan tenaga untuk menyelamatkan nyawa seseorang, sedangkan tindakan bunuh diri justru melepas nyawa dengan begitu mudahnya.

Maka sudah sepatutnya kita mensyukuri kesempatan hidup yang diberikan dengan berubah menjadi lebih baik lagi. Solusi terbaik yang dapat kita lakukan adalah dengan berusaha mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa agar memperoleh kekuatan rohani, membuka diri dengan lingkungan sebagai bentuk penyaluran emosi, berolahraga untuk menumbuhkan energi positif, memiliki keberanian untuk melewati kegelapan menuju terang.

Selain itu, refreshing dan healing untuk merilekskan badan dan menyejukkan pikiran dan selalu ingat bahwa tuhan tidak pernah menguji diluar batas kemampuan hambanya dan segala permasalahan pasti ada jalan keluarnya. Jadi, sayangi diri sendiri, bunuh diri bukanlah akhir dari depresi

Zahra Ade Fitriani
Zahra Ade Fitriani
Mahasiswa fakultas kedokteran
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.