Minggu, Oktober 13, 2024

Debat Ketiga, Panggung ‘Dramaturgi’ Kiai Ma’ruf Amin

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi

Debat Kandidat yang ketiga adalah panggung pertunjukan yang menentukan penilaian, siapakah yang terbaik membangun cerita itu. Tentunya, mereka yang mampu menyajikan penampilan dari perjalanan cerita yang dialogis kepada rakyat. Tentu saja ganjarannya elektabilitas.

Dalam debat ketiga dengan tema ‘Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sosial, dan Kebudayaan’ digelar pada 17 Maret 2019. Stasiun televisi yang menyiarkan adalah Trans TV, Trans 7, dan CNN Indonesia TV. Debat akan dikuti cawapres antara Ma’ruf Amin dan Sandiaga Uno.

Debat ketiga menjadi sangat penting bagi kedua pasangan. Bagi pasangan nomor urut 01, penampilan Kiai Ma’ruf Amin, akan menentukan jarak keunggulan elektabilitas.  Sementara bagi Sandiaga Uno,  penampilannya akan membuka peluang mengejar ketinggalan dari pasangan 01.

Seperti diketahui, perjalanan debat pertama dan kedua, mampu mendongkrak kebekuaan elektabilitas kampanye selama ini. Hasil survei yang telah dirilis paska debat kedua. Jokowi mampu menaikkan jarak keunggulannya. Hingga pada selisih diatas 20%. Ini jelas mengalami peningkatan. Sebelumnya, Jokowi hanya bisa meninggalkan pasangan nomor urut 02. Hanya pada angka rata-rata 15 % hingga 20 % saja.

Debat yang ditayangkan langsung ini adalah kontruksi dari semua rangkaian teks-teks informasi dan isu yang berlangsung selama perjalanan kampanye. Siapa yang mampu tampil didebat secara konsisten mempertahankan pesan kampanye di publik. Dialah yang akan mampu menguasai pangung debat Ketiga mendatang.

Erving Goffman dalam teori Komunikasi Dramaturgi, setiap individu akan membuat keputusan dari proses mempresentasikan dirinya melalui kesan pangung pertunjukan. Dramaturgi ini dijelaskan Erving dalam bukunya The Presentation Of Self in Everyday, menganalisa kehidupan interaksi sosial sebagai pertunjukan teaterikal.

Kondisi pemilu 2019 ini, memang sangatlah komplek. Tidak hanya membahas peluang kandidat saja. Tapi konflik ideologis, konflik generasi, dan benturan pemikiran pranata sosial kemasyarakat.  Sehingga perang pesan terjadi bertubi-tubi dengan tema yang beraneka ragam.  Semakin menjadi-jadi,  saat akses informasi terbuka luas melalui media sosial.  Ketika industri digital jadi gaya hidup baru masyarakat kita. Masyarakatpun dengan bebas memaknai kesan dan pesan yang berselimeran di ganded mereka.

Kondisi ini berdampak dengan tingginya swing voters dan indicided voters. Sehingga debat adalah pangung representasi individu untuk menentukan siapakah kandidat yang akan direpresentasikan individu sebagai kandidat yang cocok.

Panggung Kiai Ma’ruf

Apabila kita melihat Pilpres ini dengan kacamata Dramaturgi, Jokowi dan Prabowo telah tampil dipentas teather debat kedua.  Mereka berdua sama-sama telah menunjukan kemampuannya. Dan penampilannya mempunyai dampak pada elektoral.

Kendati debat ketiga bukan yang terahkir dalam prosesi rangkain Debat kampanye.  Namun debat ketiga akan jadi standard ukur publik. Dari rangkain-rangkain perjalanan kampanye. Masih ada dua kali debat lagi.

Debat ketiga ini, giliran Kiai Ma’ruf Amin dan Sandiaga menunjukkan penampilannya dipangung. Kemampuan membangun kesan dan pesan akan mampu mempengaruhi peluang dalam Pilpres 2019.

Apabila dilihat tema debat ketiga, Pendidikan, Kesehatan, Ketenagakerjaan, Sosial, dan Kebudayaan’. Pangung debat ketiga akan lebih dikuasai Kiai Ma’ruf Amin.  Latar belakang rekam jejak Kiai Ma’ruf Amin dalam tema nanti lebih mendukung.  Perjalanan Kiai Ma’ruf sebagai MUI dan perjalanannya sebagai Rois Aam PBNU.  Tidak jauh dari permasalahan tema nanti.

Gelar honoris causa bidang Ekonomi Syariah dan kemasyarakatan atau keumataan. Sebagai jejak-jejak indintifikasi individu dalam ruang interaksi kampanye Pilpres 2019.

Bagi warga NU atau pemilih muslim. Sosok Kiai Ma’ruf bukan hanya sebagai ulama saja.  Kiai Ma’ruf mempunyai kemampuan sebagai sosok yang memiliki kopetensi urusan-urusan kemasyarakat lainnya.  Bahkan Kiai Ma’ruf lebih dikenal keilmuannya dalam bidang kemasyarakataan ketimbang ke-ulamaan di lingkungan NU dan pemilih muslim.

Memang bagi pemilih non – Nadhliyah atau non-Muslim,  kemampuan Kiai Ma’ruf tidak dikenal.  Mereka hanya mengenali Kiai Ma’ruf sebagai ulama. Yang tentunya terkesan hanya mampu berdakwah atau ngaji saja.

Panggung debat ini yang akan menjadi ajang pembuktian.  Dan akan menjadi idiom baru sosok Kiai Ma’ruf dimasyarakat.  Pembuktian Kiai Ma’ruf selama ini yang hanya dijadikan Jokowi sebagai pelangkap saja.

Sementara Sandiaga akan memikul beban berat didepan pangung.  Kesan yang ditampilkam Sandi hanya sebagai profesional sukses kemewahaan dan sosok maskulin. Kesan yang jauh relasinya dengan materi debat mendatang.  Materi debat ketiga  lebih kepada persoalan keperpihakaan kemasyarakatan.  Yang jauh dari kemewahaan dan bau parfum bermerk layaknya seorang selebritis.  Persoalaan kemasyarakatan dibutuhkan kedekataan komunikasi verbal yang berkepihakan.

Jarak relasi yang cukup jauh sosok Sandi dengan tema kemasyarakataan. Akan mempersulit sandi merubah pikiran masyarakat dari semua relasi-relasi yang coba disampaikan Sandi dalam kampanye sebelumnya.

Belum lagi,  stempel #sandiwaraUNO. Sampai-sampai Mien Uno,  ibunda Sandi geram dengan stigma kepada anaknya.  Blusukan kepasar-pasar tradisional kekampung-kampung kumuh.  Hanya sebuah Sandiwara.  Pasalnya,  sosok Sandi dibelakang layar bukan seperti itu.

Selain tema,  tentunya penguasaan pangung.  Kiai Ma’ruf lebih cocok dengan bangunan pesan-pesan dibelakang layar.  Hanya dibutuhkan kemapuan retorika dipangung saja.  Ini berbeda dengan Sandi.  Sandi akan susah menampakan kesan sebagai sosok yang peduli kepada rakyat. Retorika Sandi bersifat satu arah. Sandi sebagai bos dan publik sebagai bawahaannya.

Sehingga Dramaturgi debat ketiga ini. Akan menjadi ruang pertunjukan bagi Kiai Ma’ruf.  Dan akan menjadi modal bagi Jokowi menjalankan kampanye hingga proses coblosan mendatang. Lalu,  bagi Sandi akan menjadi beban berat.  Karena debat ketiga akan menjadi pintu masuk menyempitkan jarak elektoral Prabowo.

Raylis Sumitra
Raylis Sumitra
Presedium PENA 98 (Perhimpunan Nasional Aktivitis 98) Jawa Timur Mantan Jurnalis pengemar kopi
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.