Kamis, April 25, 2024

Catatan Tabu Gojek Liga 1 Paruh Musim 2018

Syaiful Rizal
Syaiful Rizal
Akademisi dan Penulis Lepas

Akhirnya Gojek Liga 1 2018 sudah sampai pada putaran paruh musim, dengan Persib Bandung keluar sebagai juara paruh musim kompetisi kali ini, mengeser Madura United yang tahun 2017 sebagai juara paruh musim.

Persib Bandung memuncaki klasemen setelah mengalahkan Persebaya Surabaya dihadapan puluhan ribu pendukungnya yang datang langsung memenuhi seluruh isi penjuru Stadion Glora Bung Tomo Surabaya dengan skor 3-4. Persib Bandung akhirnya mengemas 29 poin dengan mengkudeta Barito Putera yang sebelumnya bertengger dipuncak klasemen dengan sama-sama mengoleksi 29 poin.

Persebaya Surabaya, PSIS dan PSMS merupakan tim-tim promosi Gojek Treveloka Liga 2 musim lalu, yang menikmati kembali kejayaannya setelah lama tidak menikmati kasta tertinggi Liga professional di Negeri ini. Hanya Pesebaya Surabaya yang bisa bersaing dengan menempati posisi ke 14 dengan perahian 22 poin. Sedangkan PSIS dan PSMS bertengger di posisi dasar klasemen seakan-akan sukar dan tidak mau keluar dari jurang degradasi Gojek Liga 1.

Selama pagelaran Gojek Liga 1 yang dimulai sejak 23 Maret 2018 yang mempertemukan Bhayangkara FC sebagai juara Gojek Treveloka Liga 1 2017 dengan Persija yang merupakan juara Piala Presiden 2018 yang diselenggarakan di Stadion GBK. Banyak sekali catatan yang menjadi Perkerjaan Rumah bagi Pemimpin Suporrter, Manajemen Klub, Panpel, Aparat Penegak Hukum, PSSI serta Operator Liga (PT Liga Indonesia Baru).

Banyak catatan buruk yang perlu diusut, dibenahi dan dicegah supaya tidak berulang-ulang kejadian yang serupa terutama berkaitan dengan supporter fanatiknya. Tercatat, banyak sekali kasus kerusuhan supporter sepak bola yang sampai mengakibatkan kerugian materi yang ditanggung oleh individu, orang lain bahkan sampai klubnya sendiri.

  • Bahkan kerusuan yang terjadi tidak tanggung-tanggung sampai pada penganiaan fisik bahkan meregangnya nyawa yang tidak berdosa akibat dari ulah supporter. Tercatat beberapa kasus yang menjadi catatan sejarah bagi dunia persepak bolaan, yaitu:
  • Terjadinya kerusuhan yang dilakukan oleh supporter Arema FC yang bertindak sebagai tuan rumah menjamu Persib di Stadion Kanjuruan. Terdapat oknum supporter pendukung tuan rumah yang turun ke lapangan ketika pertandingan memasuki babak kedua akhir dengan skor 2-2. Pertandinganpun tidak bisa dilanjutkan, kemudian Official dan pemain Persib di evakuasi meninggalkan lapangan. Naasnya ketika para Offisial dan pemain Persib akan memasuki ruang ganti, pelatih persib Gomes terkena lemaparan botol yang membuat kening sang pelatih tersebut berdarah. Kemudian supporter yang bernama Alm. Dhimas Duha (16) meninggal setelah menjalani perawatan di RS Syaiful Anwar Malang. Korban diketahui mengalami sesak nafas dan pusing pasca terinjak-injak penonton lain.
  • Insiden tewasnya supporter Persebaya Alm. Micko Pratama setelah pulang menyaksikan pertandingan Tim kebangganya melawan PS TIRA di Bantul. Supporter yang melakukan Estafet ini melewati daerah solo dan dilempari batu oleh sekelompok warga. Akibatnya 9 orang terluka, 1 kritis dan 1 meninggal dunia.
  • Bentrokan antara supporter Persebaya dengan Persija di luar Stadion Sultan Agung Bantul sebelum pertandingan berlangsung. Panpel Persija yang selaku menjadi tuan rumah tidak mau mengambil resiko, akhirnya pertandingan di undur. Kerusuhan tersebut juga membawa kerugian bagi Offcial PS Tira, karena mobil milik Official PS Tira yang sedang melakoni match coordinator meeting menjelang pertandingan melawan Barito Putera dirusak oleh supporter.
  • Pertandingan Sriwijaya FC vs Arema FC ternodai dengan ulah supporter tuan rumah, yang tidak terima kebangganya kalah 0-3 dari tim tamu. Sejumlah supporter mengamuk dan merusak kursi Stadion Glora Jakabaring Palembang. Terdapat 335 kursi yang rusak, padahal stadion ini akan digunakan sebagai salah satu Venue Asian Games 2018 yang dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus 2018.
  • Oknum supporter yang tidak bertiket dan kemudian ingin masuk ke dalam Stadion GBT ketika Persebaya vs Persib membuat ulah dengan membuat kerusuhan di luar stadion. Butut kerusuhan tersebut 5 motor terbakar, 1 mobil dan pos penjagaan stadion dirusak. Oknum supporter tersebut juga membakar semak di sekitar stadion, bahkan melakukan pelemparan batu yang mengakibatkan Kasat Reskrim AKBP Sudamiran turut terkena imbasnya.

Sudah seharusnya para supporter bola lebih dewasa dalam melakukan dukungan terhadap tim kebangganya. Kalau memang supporter sayang dan cinta akan klub kebangganya, maka tidak mungkin supporter tersebut melukai bahkan menjerumuskan klub kesayanganya menjadi klub yang tidak disukai oleh orang lain atau bahkan dibenci oleh masyarakat. Karena perlu diketahui, bahwa klub akan menjadi besar apabila supporternya bermentental pahlawan dan neraca keuangan klub stabil.

Ada beberapa pilar pemasukan untuk klub dan dapat dibedakan menjadi tiga kategori utama, yaitu : Pertama, pertandingan (matcday) dengan membeli tiket (secara Offline maupun Online) untuk menyaksikan tim kesayangnya, baik ketika pertandingan Home ataupun Away.

Kedua, komersial (commersial) Supporter yang banyak apalagi sangat Fanatik kemudian disenangi oleh masyarakat karena citra supporter tersebut, maka akan membuat banyak sponsor yang datang untuk mempromosikan produk mereka melalui logo, symbol dan bentuk promosi lainnya. Selain itu para suporternya membeli Merchandise resmi klub sepak bola yang menjadi kebangganya di Gerai Resmi Klub. Kemudian, menjadi followers media sosial akun resmi klub baik FB, IG, Youtube, Twitter dll yang gunanya untuk memantau perkembangan klub termasuk sangat membantu klub. Bahkan dengan menjadi followers, supporter bisa memberikan kritikan, masukan atau mengshare kegiatan atau informasi klub kepada halayak ramai supaya mereka tertarik akan klub kesayangan sendiri atau bahkan bisa menjadikan mereka salah satu member supporter klub kebangaan kita.

Ketiga, penyiaran (brodcast) uang yang didapatkan dari hak siar, makin sering tayang di televiseakan semakin banyak uang yang didapatkan. Maka ketika supporter tidak bisa hadir langsung ke stadion, lebih baik menonton tim kesayangannya dengan mengadakan nobar di televise atau dengan streaming. Secara tidak langsung hal tersebut merupakan bentuk kecintaan dan kesayaan supporter kepada klubnya.

Sudah saatnya menjadi supporter yang cerdas di era millennial ini, bukan zamannya lagi kerusuhan dan rasis antar supporter. Itu semua dampaknya adalah menjelekkan diri sendiri yang pada nantinya tidak hanya merugikan diri sendiri, orang lain bahkan klub sendiri ikut terkena imbas buruk oknum tersebut. Rivalitas sebatas diatas lapangan dan 90 menit waktu normal selebihnya kita bersaudara sampai mati.

Syaiful Rizal
Syaiful Rizal
Akademisi dan Penulis Lepas
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.