Ledakan bom bunuh diri di Kota Sibolga, Sumatera Utara (12/3/2019) sungguh mengagetkan publik. Lokasi ledakan ternyata hanya berjarak sekitar 300 meter dari pelabuhan Sambas yang dijadwalkan akan diresmikan Presiden Jokowi tanggal 17 Maret 2019.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyebut Solimah, istri terduga teroris Sibolga, Husain alias Abu Hamzah diduga berniat bunuh diri. “Suaminya menyampaikan istrinya itu ingin bunuh diri yang dalam istilahnya istimata. The fastest way to the heaven. Cara paling cepat masuk surga,” kata Tito saat menghadiri Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia IX (Konaspi IX) di auditorium Universitas Negeri Padang, Kamis (14/3/2019). Tito memastikan ada delapan bom di rumah Abu Hamzah di Jalan KH Ahmad Dahlan, Gang Sekuntum, Sibolga, Sumatera Utara.
Janji Surga
Salah salah satu janji manis para dedengkot teroris, jihadis dan radikalis serta tokoh agama ‘mendadak’ ulama kepada para anggotanya ialah kalau mereka mati sebagai ‘pengantin’, maka akan masuk surga tanpa hisab. Bagi saya itu bohong banget. Eit…tunggu dulu, ‘pengantin’ yang saya maksud di sini ialah pelaku bom bunuh diri, bukan pengantin yang akan nikah di kantor KUA lho!.
Penyebaran ideologi sesat oleh tokoh agama ‘mendadak’ ulama, pimpinan teroris, jihadis dan radikalis yang dikemas dengan janji surga memang menjadi strategi paling jitu untuk membujuk anggotanya agar bersedia dan ikhlas menjadi ‘pengantin’.
Siapapun pasti mau masuk surga, termasuk saya dan mungkin juga Anda, hahaha…. Surga itu identik dengan kenikmatan hidup untuk selamanya di akherat. Setahu saya, dalam ajaran Islam, surga telak-telak digambarkan sebagai tempat yang super indah dan super nyaman.
Dalam perspektif teroris, jihadis dan radikalis untuk masuk surga ada syaratnya yaitu para anggotanya wajib menjadi ‘pengantin’. Tugas utama para ‘pengantin’ ialah mereka wajib membunuh (melakukan bom bunuh diri) terhadap orang-orang yang tidak seideologi dengan mereka atau membantai manusia-manusia kafir versi teoris. Syarat ini tidak bisa ditawar lagi. Semakin banyak orang dibunuh, maka pintu neraka semakin tertutup rapat dan pintu surga terbuka lebar.
Contoh ledakan bom teroris lainnya yang juga terkait dengan janji surga ialah kasus pengebomam tiga gereja di Surabaya, Minggu 13 Mei 2018 lalu. Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengungkapkan, aksi teror bom di Surabaya dilakukan oleh kelompok Jamaah Ansarud Daulah (JAD) Cabang Surabaya. “Mereka didoktrin sedemikian rupa bahwa jalan tol menuju surga adalah dengan operasi amaliyah atau jihad melawan musuh,” ujar Tito dalam sebuah jumpa pers.
Ustadz Khairul Ghazali, mantan teroris yang pernah ditangkap Densus 88 Anti Teror Mabes Polri, pernah menyebutkan bahwa para teroris merekrut ikhwan-ikhwan muda untuk melakukan aksi jihad dengan doktrin masuk surga. Pernyataan Ghazali yang kini mengasuh pondok Pesantren Al Hidayah, Medan terkait dengan kasus serangan teror di Polda Sumut yang menewaskan anggota Polri, Kamis 29 Juni 2017 lalu.
Padahal, tentang bunuh diri ini, Allah SWT jelas-jelas dalam firmanNya mengatakan, “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah” (QS An-Nisa’:29-30). Dalam Surat An-Nisa ini, jelas disebutkan oleh Allah SWT bahwa seseorang yang melakukan bunuh diri akan masuk neraka, bukan surga seperti yang dijanjikan para teroris, jihadis dan radikalis.
Bunuh Diri Altruistik
David Emile Durkheim (1897) pencetus teori sosiologi modern Perancis menyebutkan bahwa tindakan bom bunuh diri masuk dalam kategori bunuh diri altruistik yaitu sebuah bentuk pengorbanan seseorang yang bertujuan untuk menyelamatkan atau menguntungkan orang lain demi kebaikan kelompok atau tradisi kehormatan kelompoknya. Bunuh diri ini, bisa direncanakan atau tidak direncanakan, tetapi pelakunya melakukannya dengan sukarela.
Biasanya, pelaku bom bunuh diri altruistik memakai metode normatif yaitu mereka memegang teguh sebuah norma yang hanya dia dapat dari golongan atau kelompoknya.
Nah, dalam perspektif sosiologi modern, bunuh diri yang dilakukan ‘pengantin’ merupakan salah satu bentuk loyalitas seorang anggota terhadap kelompoknya, dalam hal ini gerombolan teroris, jihadis dan radikalis.
Surga Bukan Pilihan
Janji surga yang digembar-gemborkan tokoh agama ‘mendadak‘ ulama serta kelompok teroris, jihadis dan radikalis di Indonesia faktanya laku keras dan bejibun peminatnya. Setahu saya, semua manusia tanpa kecuali berambisi masuk surga bila mereka mati. Menjadi anggota kelompok teroris, jihadis dan radikalis bagi sebagian muslim irasional merupakan jalan pintas untuk cepat-cepat merasakan nikmatnya surga dan mencapai orgasme saat berhubungan intim dengan bidadari.
Jujur saja, saya sangat percaya ‘pengantin’ (pelaku bom bunuh diri) yang mati pasti masuk surga. Tapi, surga rasa neraka. Lho kok bisa surga rasa neraka. Ya, bisalah. Tuhan itu Maha Pencipta. Dia bisa saja membuat surga rasa neraka atau neraka rasa surga.
Barangkali Tuhan sudah menciptakan surga rasa neraka jauh sebelum ada jagat raya. Namun, mungkin saja Tuhan merahasiakan karya ciptanya itu dalam ayat-ayat di kitab suci. Kenapa Tuhan merahasiakan keberadaan surga rasa neraka? Hanya Dia yang Maha Tahu. Surga rasa neraka, mungkin diciptakan Tuhan sebagai tempat abadi bagi manusia yang suka menyelewengkan tafsir kitab suci.
Barangkali surga rasa neraka inilah yang dimaksud tokoh agama ‘mendadak’ ulama, kelompok teroris, jihadis, radikalis. Bagaimana bentuk surga rasa neraka? Saya tidak tahu, sekali lagi hanya Tuhan Yang Maha Tahu.
Sepengetahuan saya, masuk surga itu bukan pilihan manusia. Surga itu bukan milik nenek moyang para teroris, jihadis dan radikalis dan ulama. Surga itu juga bukan barang elektronik yang kalau rusak ada garansinya. Masuk surga itu tidak pakai jamin-jaminan.
Manusia bisa masuk surga yang sebenar-benarnya, mungkin hanya karena rahmat dan ridho Tuhan. Tuhan punya hak prerogatif untuk memilih manusia mana yang pantas bermukim di surga. Begitu juga soal tidur dengan bidadari, Tuhan punya hak mutlak untuk menentukan siapa-siapa saja manusia yang berhak bercumbu dengan bidadari.
Jadi, saya langsung tertawa ngakak, kalau ada ulama, pemimpin kelompok teroris, jihadis dan radikalis yang dengan seenaknya berani menjamin para pengikutnya masuk surga.
Selama ini saya tidak pernah memikirkan apakah saya akan masuk surga atau neraka karena itu wewenang Tuhan dan bukan urusan saya sebagai hambaNya. Entah benar atau salah, semua ibadah yang saya lakukan hasilnya hanya Tuhan yang Maha Tahu.
Tapi, saya yakin dan percaya surga yang sesungguhnya itu ada karena disebut dalam kitab suci. Namun, wujudnya masih abstrak dan multitafsir. Surga itu akan menjadi nyata kalau manusia sudah kembali ke akherat dan direstui Tuhan untuk menghuni surga, semoga saja, Aamiin…