Selasa, Oktober 8, 2024

Berliterasi di Bulan Ramadan

Agus Buchori
Agus Buchori
Saya seorang arsiparis juga pengajar yang menyukai dunia tulis menulis, berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Kabupaten Lamongan tepatnya Desa Paciran

Setiap Ramadan kita akan sering mendengar lantunan ayat suci Alquran. Tadarus menjadi agenda rutin setiap habis Isya. Selain kondisi fisik, Ramadan juga perlu dihadapi dengan kesehatan ruhani. Salah satu cara mendapatkan kesehatan ruhani adalah dengan mengaji Alquran. Ruhani yang sehat jauh dari segala penyakit hati; iri, dengki, tamak, dan sombong.

Segala penyakit hati yang ditimbulkan oleh keadaan cinta duniawi itu harus bisa diredam di bulan Ramadhan. Kita siapkan ruhani kita menjadi ruhani yang bersih dan sehat tanpa terganggu dengan godaan cinta duniawi.

Kesehatan ruhani lebih sulit lagi kita melatihnya karena itu adalah pertarungan nafsu di hati dan pikiran kita. Setelah selama sebelas bulan hati kita banyak diselipi oleh dorongan nafsu yang membuat kita kadang terlena seolah lupa dengan sang pencipta. Di bulan Ramadhan inilah kita dilatih untuk meredamnya dengan tujuan membersihkan segala kesombongan sebagai seorang hamba Allah Swt.

Ya, Ramadhan memang sarana kita menuju sebagai pribadi yang unggul ketika kita berhasil menjalaninya secara kaffah-seutuhnya. Tentunya kita tidak akan menyia-nyiakan kedatangannya begitu saja. Mari kita mengisinya dengan kegiatan amalan baik yang banyak, baik kepada sesama manusia dan juga ibadah kepadaNya. Buang jauh-jauh nafsu serakah akan dunia karena akhirat lebih abadi namun kita lebih sering melupakannya.

Berliterasi Dengan Tadarus

Seyogianya di bulan suci ini kita meliterasikan jiwa kita dengan mengaji. Menekuri makna makna dalam kitab suci akan memperkaya ruhani dan akan membuat kita merefresh dengan informasi yang penuh faedah.

Kita sehari hari disibukkan dengan informasi yang fana, yaitu informasi yang dibuat oleh manusia. Kita seringkali terjebak menjadikan informasi fana itu adalah panduan dalam bersikap dalam hidup.

Ada informasi yang lebih kekal yang diwahyukan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW namun seringkali kita terlena oleh urusan dunia yang penuh dengan informasi fana tersebut.

Literasi dengan informasi abadi adalah unsur yang penting bagi kita agar bisa membentengi diri dari godaan kefanaan yang menipu kita.

Rasulullah Adalah Bapak Literasi

Perintah tegas yang pertama adalah Iqra` (bacalah!). Ini menandakan bahwa literasi sudah menjadi ruh kita umat Islam. Literasi bukanlah hal baru bagi kita bila kita bisa meneladani wahyu pertama Nabi Muhammad SAW.

Dengan adanya perintah membaca kita harusnya mampu menjadi pewaris wahyu Nabi Muhammad SAW agar selalu menyimak dan berfikir terhadap fenomena lingkungan sekitar kita.

Membaca adalah jalan agar kita tahu dan mampu mengambil pelajaran dari yang kita baca. Bahkan Alquran dengan tegas memerintahkan kita dengan ungkapan Afalaa Ta`qiluun (apakah kamu tidak berfikir?)

Seyampang bahwa kita masih bertemu bulan suci maka alangkah ruginya bila kita melewatkannya dengan percuma. Dengan mengaji di malam hari kita telah mendayagunakan fikiran kita agar tak mudah terlena oleh infomasi informasi yang fana ini.

Informasi transendental dari kitab suci adalah kebenaran absolut yang mesti kita ulang ulang dalam bulan suci ini melalui tadarrus di malam hari.

Berfaedah dan Berpahala

Salah satu keuntungan berliterasi melalui tadarrus adalah kita mendapat pemahaman yang lebih dalam tentang tuntunan agama kita, dan juga berpahala.

Literasi di bulan suci ini juga melestarikan esensi wahyu Nabi Muhammad SAW agar kita selalu membiasakan membaca membaca dan membaca.

Tidak ada yang mubazir dengan membaca. Apa yang kita baca, lebih lebih kitab suci kita, memberikan asupan makanan jiwa kita yang lelah hampir setahun penuh karena mengkonsumsi berita berita dengan urusan yang fana ini.

Bagi kita di Indonesia yang tidak memahami bahasa arab, ada banyak Al Quran terjemah yang bisa kita pakai untuk tadarrus di malam hari.

Kita juga bisa membaca tafsir tafsir terjemahan sambil mengaji di malam hari di bulan suci Ramadhan ini.

Terjemahan Al Quran bisa menjembatani kita untuk memahami apa yang kita baca. Inti dari tadaruss adalah membaca sambil menyelami maknanya. Tak perlu risau dengan bacaan kita hanya karena tak tahu maknanya.

Mari memberi asupan gizi untuk ruhani kita dengan mengaji kitab suci. Jiwa ini juga perlu gizi agar tak terkontaminasi dengan informasi fana apalagi hoax. Sebuah aktivitas penting bagi kesehatan ruhani adalah membaca dan ada keberkahan jika kita membaca kitab suci.

Marilah kita warisi keteladanan Rasulullah SAW sebagai bapak Literasi dengan menggemakan selalu wahyu pertamanya yaitu Iqra.

Apa yang diwariskan oleh para pembawa wahyu adalah contoh nyata. Nabi Muhammad SAW, misalnya tak menganjurkan umatnya untuk memusuhi umat agama lain. Bahkan, kesabaran beliau adalah contoh dan teladan yang bagus untuk diikuti nyata akan figur beliau.“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS Al-Ahzab:21).

Inilah sebenar benarnya literasi itu. Literasi yang penuh berkah dengan mengaji kitab suci yang penuh dengan kebenaran abadi.

Membacalah karena ketagihan membaca itu tidak berbahaya bahkan justru menyehatkan.jiwa kita. Ayo Ngaji.

Agus Buchori
Agus Buchori
Saya seorang arsiparis juga pengajar yang menyukai dunia tulis menulis, berasal dari kampung nelayan di pesisir utara Kabupaten Lamongan tepatnya Desa Paciran
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.