Minggu, Desember 15, 2024

Berita Online: Era Baru, Tantangan Baru

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
- Advertisement -

Dahulu, mendapatkan berita adalah hal yang mudah. Anda menyalakan TV, membuka koran, atau mendengarkan radio. Sumbernya jelas dan terbatas. Namun, kini kita hidup di era informasi yang melimpah. Berita mengalir dari segala arah: media sosial, aplikasi pesan instan, platform video, dan tentu saja, situs berita online.

Sebuah laporan baru dari Inggris menggambarkan pergeseran besar ini. Mayoritas orang dewasa di sana (71%) kini mendapatkan berita secara online, sementara televisi masih memegang posisi penting dengan 70%. Ini adalah momen bersejarah di Inggris, di mana internet akhirnya menyalip TV sebagai sumber berita utama.

Apa yang mendorong perubahan ini? Media sosial adalah jawabannya. Lebih dari setengah populasi dewasa Inggris kini aktif di media sosial, dan mereka menghabiskan semakin banyak waktu di sana. Akibatnya, berita pun ikut mengalir di linimasa mereka, baik itu di X, Instagram, atau platform lainnya.

Perbedaan generasi juga terlihat jelas. Generasi muda (18-24 tahun) lebih condong ke media sosial sebagai sumber berita utama mereka, sementara generasi yang lebih tua tetap setia pada televisi. Namun, satu hal yang disepakati semua generasi: berita di televisi masih dianggap lebih dapat dipercaya daripada berita online.

Pergeseran ini menunjukkan bagaimana teknologi telah mengubah cara kita mengonsumsi informasi. Berita kini lebih mudah diakses, lebih cepat menyebar, dan lebih beragam. Namun, tantangannya adalah memastikan kualitas dan kredibilitas berita di tengah derasnya arus informasi.

Fenomena pergeseran ke berita online bukan hanya terjadi di Inggris. Di India, misalnya, 71% penduduk lebih memilih mendapatkan berita secara online, dan hampir setengahnya mengandalkan media sosial. Ini menunjukkan bahwa berita online telah menjadi kekuatan global yang tak terbendung.

Berita online memang menawarkan sejumlah keunggulan. Pertama, kecepatannya. Berita online memberikan pembaruan langsung tentang peristiwa terkini, sesuatu yang sulit dicapai oleh televisi tradisional. Kedua, aksesibilitasnya. Anda hanya perlu ponsel dan koneksi internet untuk mendapatkan berita dari seluruh dunia, tanpa perlu TV atau langganan kabel.

Contohnya di India, penetrasi smartphone dan internet (88%) jauh lebih tinggi daripada penetrasi TV (70%). Ketiga, personalisasinya. Tidak seperti TV yang menyajikan berita secara linear, internet memungkinkan Anda memilih konten yang sesuai dengan minat Anda. Jika Anda hanya tertarik dengan berita tentang Manipur, Anda bisa langsung mencari artikel atau video terkait tanpa harus menonton seluruh siaran berita.

Bagi konsumen, berita online adalah anugerah. Kemudahan akses, kecepatan, dan pilihan konten yang beragam menjadi daya tarik utama. Namun, bagi para pembuat konten dan jurnalis, lanskap ini menghadirkan tantangan baru. Dahulu, hambatan utama dalam distribusi berita adalah biaya infrastruktur yang tinggi.

Kini, teknologi telah meruntuhkan hambatan tersebut. Siapa pun bisa mendistribusikan konten mereka di YouTube atau X tanpa biaya besar. Namun, tantangannya kini bergeser ke bagaimana membuat konten tersebut terlihat dan menjangkau audiens yang tepat. Persaingan semakin ketat, dan para pembuat konten harus beradaptasi dengan algoritma platform, menggunakan iklan bertarget, dan mengikuti tren terkini agar tetap relevan.

- Advertisement -

Revolusi berita online telah mengubah lanskap media secara fundamental. Ini adalah era baru yang penuh peluang dan tantangan, baik bagi konsumen maupun produsen berita.Sayangnya, revolusi berita online juga membawa sisi gelap. Sebagian besar platform berita online dikuasai oleh raksasa teknologi seperti Google, YouTube, X, dan Meta. Mereka memegang kendali atas jalur distribusi berita, menciptakan potensi konflik kepentingan yang mengkhawatirkan.

Contohnya, X (sebelumnya Twitter) kini dimiliki oleh Elon Musk, seorang pengusaha yang secara terbuka mendukung Donald Trump. Ini menimbulkan pertanyaan serius tentang netralitas platform. Apakah Musk akan menggunakan kekuasaannya untuk menekan berita negatif tentang Trump, atau sebaliknya, memperkuat berita negatif tentang lawan politiknya? Tidak ada yang bisa menghentikannya.

Berita online memang menawarkan banyak hal positif, tetapi transparansi dan kepercayaan bukanlah salah satunya. Platform ini dikelola oleh dua jenis orang: mereka yang tidak memahami esensi jurnalisme, dan mereka yang merasa tahu segalanya tapi sebenarnya tidak (seperti Elon Musk sendiri). Internet belum benar-benar mendemokratisasi berita, melainkan membuatnya lebih cepat dan mudah diakses, yang sayangnya juga membuka pintu bagi masalah serius seperti penyebaran berita palsu.

Sebuah studi tahun 2018 menunjukkan bahwa berita palsu menyebar lebih cepat daripada berita asli di X. Ini menjadi insentif bagi pihak-pihak tak bertanggung jawab untuk menyebarkan informasi yang belum diverifikasi. Masalah lain adalah rentang perhatian yang semakin pendek. Orang ingin berita yang ringkas dan cepat dicerna, mendorong tren konten singkat seperti gulungan video. Meskipun format ini menarik, ia seringkali mengorbankan konteks dan kedalaman informasi yang penting.

Berita online memang telah menciptakan lebih banyak konsumen berita, tetapi sayangnya tidak semua konsumen tersebut mendapatkan informasi yang berkualitas. Ini adalah tantangan besar yang harus dihadapi di era digital ini, di mana kecepatan dan aksesibilitas seringkali mengalahkan akurasi dan kedalaman. Kita perlu lebih kritis dalam mengonsumsi berita online, dan menuntut transparansi serta akuntabilitas dari platform yang kita gunakan.

Memang benar, tantangan seperti bias algoritma, penyebaran misinformasi, dan konflik kepentingan adalah bagian tak terpisahkan dari setiap teknologi baru yang sedang berkembang. Namun, bukan berarti kita harus menolak kemajuan teknologi tersebut. Sebaliknya, kita harus fokus pada bagaimana cara mengatasi tantangan ini dan terus meningkatkan kualitas berita online.

Perkembangan teknologi informasi telah membuka pintu bagi era baru jurnalisme yang lebih cepat, lebih mudah diakses, dan lebih inklusif. Namun, potensi besar ini juga disertai dengan tanggung jawab besar. Kita perlu terus berupaya untuk memastikan bahwa berita online tidak hanya cepat dan mudah diakses, tetapi juga akurat, berimbang, dan dapat dipercaya.

Ini adalah tugas bersama, melibatkan semua pihak: platform teknologi, jurnalis, pembuat konten, dan tentu saja, kita sebagai konsumen berita. Platform teknologi perlu lebih transparan dan akuntabel dalam pengelolaan algoritma dan moderasi konten. Jurnalis dan pembuat konten harus mempertahankan standar etika dan profesionalisme yang tinggi, serta beradaptasi dengan perkembangan teknologi untuk menyampaikan berita yang berkualitas. Kita sebagai konsumen berita juga perlu lebih kritis dan selektif dalam memilih sumber informasi, serta mendukung jurnalisme yang berkualitas.

Tantangan yang kita hadapi saat ini bukanlah akhir dari berita online, melainkan awal dari perjalanan panjang untuk menyempurnakannya. Dengan kolaborasi dan inovasi, kita bisa menciptakan ekosistem berita online yang lebih baik, di mana kecepatan dan aksesibilitas berjalan seiring dengan akurasi, transparansi, dan kepercayaan.

Donny Syofyan
Donny Syofyan
Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.