Jumat, Maret 29, 2024

Benarkah Filsafat Berbahaya

Adis Setiawan
Adis Setiawan
Mahasiswa S2 Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam An Nur Lampung. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Bekasi Raya | Belajar Menulis

Setelah mendengarkan pemaparan tentang buku berjudul “Sebelum Filsafat”, Buku tersebut adalah catatan selama kuliah S1 Filsafat Ustadz Fahruddin. Jadi untuk mahasiswa kalau bisa diusahakan selama kuliah mencatat agar nanti bisa dijadikan karya sebuah buku, saya sarankan bagi mahasiswa yang masih punya tradisi mencatat di era digital ini.

Ada beberapa ilmu yang saya dapatkan. Selama ini beberapa kaum agamis memberikan pesan tentang hati-hati terhadap bahaya Filsafat. Memang bahayanya terdapat dimana? katanya kalau setengah-setengah bisa berbahaya. Lho semua ilmu kalau setengah-setengah bisa berbahaya, apakah kalian mau di periksa oleh dokter yang ilmunya setengah-setengah?

Maksudnya begini bisa menjadikan kita tak percaya kepada Tuhan. Lho beberapa ilmu lain juga bisa membuat kita tidak percaya adanya Tuhan seandainya iman kita lemah. misalnya mempelajari sejarah, sosiologi. Yang harus di lakukan bukan menolak Filsafat cara berfikir yang logos, tapi tambah kekuatan keimanan kita.

Filsafat itu lahir 6 abad yang lalu sebelum masehi di Negara Yunani oleh Thales dkk, pada tahun 624 SM beliau adalah bapak Filsafat, yang digunakan untuk membasmi (TBC) Tahayul, Bid’ah dan Khurafatnya orang Yunani, Karena Filsafat adalah cara berfikir dari Mitos menuju Logos.

Di Negara Yunani banyak Dewa-Dewa seperti Hercules, Thor dan masyarakat ketika menjawab persoalan dengan mitos. Misalnya kalau sedang ada hujan itu Dewa sedang menangis, ini membuat jawaban gaya mitos sehingga menimbulkan ketidakpuasan, Maka lahirlah Filsafat untuk menyerang habis-habisan Mitos tersebut.

Karena filsafat tidak berdasarkan mitos. Mitos adalah sebuah teori-teori jawaban yang di terima saja tanpa bukti yang bisa di pertanggung jawabkan. Biasanya mahasiswa menggunakan kata menurut ini, menurut itu adalah gaya berfikir mitos, Makanya akan diserang habis-habisan oleh para Filsafat karena tujuanya merubah gaya berfikir dari mitos menuju ke Logos.

Mitos bukan sepenuhnya berarti salah hanya jawaban tidak bertanggung jawab karena tidak ada buktinya yang kongkret. Hanya pakai akal saja seperti filsafat juga bukan berarti sepenuhnya benar tapi berfikir menggunakan akal budi akan lebih bertanggung jawab. Manusia diturunkan ke bumi di beri Al Kitab wal Hikmah, Al Kitab adalah Al Qur’an sebagai pedoman hidup, Sedangkan Hikmah adalah kemampuan menangkap kebenaran dan Kebijaksanaan.

Ciri-ciri pertama filsafat adalah gaya berfikir dari mitos menuju Logos maka kalian yang gaya berfikir logos bakat menjadi filsuf. Sering berargumentatif dan mengkritisi.
Ciri kedua ingin tahu dan takjub, ada beberapa redaksi Ayat Al Quran yang menyindir kita dengan berbunyi apakah kalian tidak berfikir, apa kalian tidak berfikir, Karena rasa ingin tahu itu berarti tidak mudah percaya begitu saja.

Misalnya sudah biasa dengan gaya kita yang biasa seperti ini. Terus kita pertanyakan sendiri maka akan menjadi kegelisahan. Karena gaya ingin tahu adalah fitrah manusia, Misalnya ketika akal manusia mulai berjalan untuk anak kecil pasti apa pun akan di pertanyakan itu berarti sedang mulai berjalanya akal, akan tetapi lingkungan sering membungkamnya sehingga anak tidak kritis lagi.

Misalnya ibunya capek di tanya-tanya terus oleh anaknya yang cerewet akhirnya marah, Maka anak kecil tersebut akan menganggap bahwa banyak bertanya itu sesuatu yang jelek.
Sehingga ketika sudah dewasa dan menjadi mahasiswa akan menjadikan gaya jarang untuk bertanya dan kritis, seperti contoh mahasiswa zaman sekarang bahkan sangat tawadhu’ sekali ketika dosen masuk, kepalanya pada merunduk semua sayangnya sedang sibuk dengan HP.

Sebetulnya apa pun bisa di pertanyakan, ada banyak hal yang sebetulnya normal disekeliling kalian yang perlu di pertanyakan, Tapi jangan lebay juga, Misalnya para mahasiswa sedang nongkrong di warung makan terus di pertanyakan, ini hikmahnya apa kita nongkrong, ah kelamaan mau makan saja di pertanyakan sudah lapar ini.

Bikin argumen itu yang kritis yaitu membahas yang konsepnya jelas, Kalau konsep tidak jelas pasti akan berbeda maka akan menjadi ramai dan berdebat. Makanya ayo kita perjelas dulu konsep yang mau kita bahas. Misalnya Ustadz itu apa. Ulama itu apa, bedanya apa antara keduanya, atau keduanya artinya sama saja. Pembicara, pemateri atau narasumber kita harus tahu bedanya. Jangan yang penting diterima saja.

Harus punya landasan ada dasar argumentatif di awali dengan kata mengapa ketika di awali kata pertanyaan mengapa, maka pertanyaan yang sederhana tersebut akan membuat suatu  jawabanya yang tidak sederhana.

Hidup tidak ada harganya jika kalian tidak kritis mengerti situasi dan mengerti porsi, Misalnya sudah waktunya nembak cewek tapi tidak di tembak-tembak maka kedahuluan orang lain kalian menangis. Kalau kalian argumentatif, Kritis dan Jelas konsepnya maka akan mencari cara jawaban opsi yang lain ketika patah hati bukan satu opsi jawaban.

Ketika sudah Kritis, konsep jelas  dan argumentatif maka akan sampai pada kebijaksanaan, Karena kebijaksanaan satu titik lebih jauh dari kebenaran. Kebenaran tanpa kebijaksanaan maka hasilnya kontra produktif bisa membuat hubungan bisa rusak, Misalnya teman kita gemuk terus kita panggil gendut ini memang benar tapi kurang bijaksana, maka hasilnya kontraproduktif bisa-bisa pertemanan rusak karena kita tidak bijaksana.

Filsafat itu cinta kebijaksanaan bukan kebenaran, tahu kapan maju kapan mundur itu bijaksana. Bedakan antara Filosofi proses dan filosofi produk, Filosofi Proses berfikir kritis sesuai redaksi Al Quran yang berbunyi apakah kalian tidak berfikir, apa kalian tak berfikir, ada perintah dari Alquran kita harus berfikir kritis, Suka atau tak suka dengan Filsafat asalkan jangan sampai tidak berfikir kritis. Ciri-ciri sebagai manusia itu adalah berfikir dan akal jalan, Manusia adalah hewan yang bisa berfikir, Jadi kalau manusia tidak mau berfikir maka tinggal hewanya saja.

Filosofi produk adalah ide-ide filsafat kalian boleh mempelajari boleh tidak kecuali mahasiswa jurusan filsafat dan kita tidak wajib mengetahui tapi kalau mau tahu silahkan, Beberapa ulama pesan untuk hati-hati terhadap Filsafat, Bahkan perintah dari ulama untuk hati-hati terhadap filsafat padahal ulama tersebut sedang mengajak untuk berfikir argumentatif itu sebuah Filsafat juga.

Bedakan antara keduanya. Ada Filsuf ada Ahli Filsafat. Filsuf adalah semua orang yang berfikir, berprinsip dan menjalankan konsep serta punya pedoman. Misalnya sedang kuliah berfikir jangan pacaran nanti menganggu kuliah, atau berfikir pacaran agar kuliah semangat terutama dengan yang pintar agar cepat lulus, itu bagian dari berfilsafat. Bahkan ada orang yang mengaku tidak suka dengan filsafat itu sebenarnya juga sedang berfilsafat karena berfikir kritis.

Tapi jangan lebay juga apa-apa di Filsafati misalnya nongkrong di angkringan terus di cari apa hikmahnya padahal sedang lapar, ah kelamaan tinggal makan saja, atau leher ini kering kenapa ya?

Ah kelaman mikir, itu sedang haus. Sedangkan ahli Filsafat adalah mengkaji. Filsafat yaitu mahasiswa jurusan filsafat, mengkaji pemikir filsafat boleh mempelajari boleh tidak bahkan kalau mau mempelajari tak ada larangan di KUHP. Untuk pengetahuan biasa. Berfilsafat itu dianjurkan untuk isu-isu penting, berfikir sejarah dan harus hati-hati.

Adis Setiawan
Adis Setiawan
Mahasiswa S2 Magister Manajemen Pendidikan Islam Universitas Islam An Nur Lampung. Bidang Riset dan Pengembangan Keilmuan IMM Bekasi Raya | Belajar Menulis
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.