Penangkapan Bachtiar Nashir selaku ketua Indonesia Humanitarian Relief (IHR) atas dasar pencucian uang menjadi kasus yang tak bisa dianggap sepele. Pasalnya, Bachtiar Nashir diduga kuat menjadi “aktor” penting dalam pengiriman dana dari berbagai lembaga NGO ke Suriah, seperti halnya Aksi Cepat Tanggap (ACT), Indonesia Humanitarian Relief (IHR), Sahabat Al-Aqsa, dan beberapa lembaga NGO lainnya.
Hasil dari bantuan dana yang dihimpun oleh lembaga-lembaga amal tersebut dikirim ke Suriah melalui perantara Insani Yardim Yakfi (IHH), salah satu lembaga dana amal untuk kemanusiaan terbesar di Turki yang mengelola dana amal bagi masyarakat dunia yang membutuhkan bantuan, termasuk para pengungsi Suriah.
Bachtiar Nashir diduga menjadi “dalang” dibalik dana amal yang dikumpulkan oleh Aksi Cepat Tanggap (ACT), Indonesian Humanitarian Relief (IHR), Sahabat al-Aqsa, Forum Indonesia Peduli Suriah (FIPS), dan beberapa lembaga dana amal hingga terkumpul miliaran rupiah. Tapi, ternyata dana tersebut mengalir kepada para pasukan pemberontak Suriah, seperti Jaish al-Islam dan Jabhah an-Nusra.
Ini terbukti dengan ditemukannya kardus-kardus bantuan bertuliskan Indonesian Humanitarian Relief (IHR) yang ditemukan di markas Jaish al-Islam. Hal tersebut menjadi salah satu rentetan panjang atas skenario yang dibangun Bachtiar Nashir untuk mendukung para pemberontak pemerintah Suriah.
Aliran dana yang mengalir ke Suriah melalui berbagai NGO yang disinyalir tidak tepat sasaran. Sehingga, dana tersebut mengalir ke markas pasukan pemberontak. Hal ini membuat para pasukan pemberontak mendapatkan tambahan suntikan amunisi dalam berperang melawan pemerintah Suriah.
Kepentingan Turki Dibalik Aliran Dana Bantuan ke Suriah
Aliran dana bantuan ke Suriah yang dikumpulkan oleh beberapa lembaga amal di Indonesia, seperti Aksi Cepat Tanggap (ACT), Indonesian Humanitarian Relief (IHR), dan lembaga amal lainnya ternyata mengarah ke salah satu LSM terbesar di Turki, yakni Insani Yardim Yakfi (IHH).
Bahkan, lembaga ini juga menyuplai dana besar bagi para pemberontak pemerintah Suriah. Hingga jika dirunut ternyata pemerintah Turki melalui Recep Tayyib Erdogan juga memiliki peran dibalik skenario besar tersebut. Pertanyaannya, mengapa Turki berperan besar dalam aliran dana bantuan ke Suriah tersebut?
Pasalnya, Turki memiliki kepentingan politik di Suriah, yakni berusaha ingin menggulingkan kepemimpinan Bashar al-Assad. Kondisi ini menjadi upaya bagi Turki untuk menjadi salah satu negara penting di kawasan, terutama dalam menggempur pasukan ISIS di Suriah. Untuk itu, Turki menyuplai amunisi bagi para pemberontak pemerintah Suriah melalui Jaish al-Islam.
Hubungan antara Bachtiar Nashir, ACT, IHR, dan beberapa lembaga amal lainnya dengan IHH menjadi fokus untuk ditelusuri lebih dalam apa rencana dibalik itu semua. Sehingga, nantinya dapat ditarik kesimpulan apa kepentingan Bachtiar Nashir dan hubungan dekatnya dengan IHH, sebagai penyuplai dana amal terbesar Turki.
Selain keterlibatan Bachtiar Nashir dalam kasus pencucian uang, ia juga menjadi ketua GNPF-MUI, bahkan ia mengaku bahwa dana amal yang telah terkumpul di beberapa lembaga amal seperti ACT dan lainnya digunakan untuk membiayai aksi Bela Ulama 411 dan 212.
Maka, kasus ini menarik untuk ditelusuri lebih dalam keterlibatan Bachtiar Nashir terkait rentetan peristiwa tersebut. Pasalnya, ia menjadi “sutradara” dan otak dalam kasus pencucian uang dan aliran dana amal ke Suriah. Kita tunggu kasus ini diusut tuntas oleh pihak kepolisian dan hasil yang didapat terkait aliran dana bantuan ke Suriah tersebut.