BEC merupakan salah satu bentuk etalase seni yang patut mendapat apresiasi
(Puan Maharani)
Menampilkan ragam kebudayaan lokal selalu merupakan hal yang membahagiakan. Pertama, sebab setiap lokal sesungguhnya memiliki kekayaan kebudayaannya masing-masing yang perlu untuk ditunjukkan. Dengan mempertunjukkannya kepada publik, itu artinya ada suatu kepedulian untuk merawat dan melestarikannya. Pertunjukan kebudayaan lokal mengandung sebuah kepedulian kepada kebudayaan sendiri yang tumbuh dan berakar kuat di dalam kehidupan masyarakatnya.
Kedua, kebudayaan lokal menegaskan eksistensi negara ini yang memang dikenal dengan sebagai sebuah negara yang majemuk. Pengertian majemuk di sini adalah terdapatnya warna-warni kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia: ada kebudayaan yang ragam, seni yang beragam, dan kekayaan lainnya. Mempertunjukkannya adalah suatu apresiasi tersendiri dan pengakuan dari hati yang dalam (juga kepercayaan diri dari dalam) bahwa inilah negeri kita Indonesia.
BEC atau Banyuwangi Ethno Carnival adalah salah satu penegasan betapa pentingnya mengapresiasi kebudayaan lokal. Dalam berita yang dikutip dari kumparancom, terdapat sebanyak “160 kostum yang bercorak kearifan lokal budaya Banyuwangi ditampilkan di Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2017 di Taman Blambangan, Banyuwangi”. Acara ini menarik perhatian publik bahkan sejumlah pejabat pemerintah datang mengunjungi acara ini. Salah satunya Puan Maharani.
Tumbuhnya Kebanggaan Masyarakat pada Kebudayaan Lokal
Bagi Puan Maharani, BEC bisa dibaca sebagai tumbuhnya kesadaran di dalam masyarakat lokal untuk mempertunjukkan kebanggaan dan pengakuan bahwa mereka memiliki kebudayaan lokal yang indah, yang unik dan sesungguhnya tak kalah indah dari kebudayaan yang lain. Kebanggaan ini merupakan suatu hal yang baik (asal saja tidak terjebak pada kebanggaan buta dengan menafikan dan meremehkan kekayaan kebudayaan daerah lain).
Kesadaran ini tentu saja perlu terus dirawat. Eksistensi Indonesia ditegaskan oleh keanekaragaman yang ada. Bila keanekaragaman ini tidak memperoleh daya dorong dari pemerintah untuk terus maju, Indonesia bakal tinggal nama sebagai bangsa yang majemuk. Kita tinggal slogan-slogan saja sebagai ‘bhinneka tunggal ika’.
Kehadiran Puan Maharani selaku perwakilan pemerintah di acara BEC ini adalah sebentuk pengakuan, apresiasi dan dorongan dari pemerintah. Bahwa kreatifitas BEC untuk memperkenalkan kebudayaan-kebudayaan lokal adalah suatu hal yang patut diapresiasi. Ini harus terus dilakukan. Dalam komentarnya atas BEC, Puan mengatakan: “BEC merupakan wadah untuk menumbuhkan kreativitas warga Banyuwangi sekaligus mengangkat potensi wisata Banyuwangi. Menghadirkan tema dari kultur budaya dan kearifan lokal membuktikan bahwa BEC merupakan salah satu bentuk etalase seni yang patut mendapat apresiasi”. (kumparan).
Dalam komentar itu, Puan Maharani menyebut BEC sebagai bentuk etalase seni. Bayangkan sebuah etalase dengan sederet seni budaya yang tersedia di dalamnya. Ungkapan ini menunjukkan betapa satu lokal saja bernama Banyuwangi adalah satu etalase yang memiliki banyak hal seni bisa disajikan di sana. Puan Maharani menegaskan dengan ungkapan itu sebagai bentuk pujian dan dorongan bahwa di tempat ini (Banyuwangi) suatu estetika seni begitu banyaknya sehingga dia menyebut BEC sebagai ajang atau etalase seni. Bayangkan saja, ini baru satu lokal saja. Jika Puan Maharani menyebut ajang kreatifitas semacam ini di tempat lain dengan sebutan etalase seni, itu mengisyaratkan bahwa kekayaan atau kearifan seni budaya lokal juga terdapat (begitu banyak) di daerah lain. Jika ini diakumulasikan seluruh Indonesia, berapa banyak seni budaya yang bisa ditampung di dalam etalase Indonesia.
Menyedot Wisatawan
Sebagai etalase kesenian, Puan Maharani menyebut ajang ini menarik perhatian publik. BEC mampu menyedot perhatian para wisatawan. Puan menyebut bahwa BEC dan event-event tahun Banyuwangi lainnya telah menarik wisatawan dengan capaian angka sekitar 3 juta orang dari target 2,5 2016. Angka ini dalam pandangan Puan Maharani semakin menegaskan bahwa Banyuwangi merupakan salah satu destinasi wisata. Bahkan Puan Maharani sendiri mengakui dengan begitu yakini bahwa kota yang berjuluk The Sunrise of Java bisa menjadi destinasi wisata andalan Indonesia di masa depan (kumparan).
Dari sisi ekonomi, event ini juga turut memberi keuntungan bagi Banyuwangi. Dengan kreatifitas ini, roda perekonomian di Banyuwangi kian bergairah. BEC turut andil menciptakan dan mendorong gairah pertumbuhan ekonomi di tempat ini. Inilah sisi keuntungan materiil dari kreatifitas kebudayaan. Sekali lagi, selain aspek-aspek idiil dari kreatifitas kebudayaan ini yang bisa diperoleh oleh masyarakat (misalnya semakin sadar tentang pentingnya mengagumi kebudayaan sendiri dan kian kuatnya kesadaran akan identitas budayanya), aspek materiil adalah hal yang positif dari keberadaan BEC.
Puan Maharani menegaskan harapan agar BEC dapat benar-benar memberikan dampak bagi perekonomian berbasis budaya masyarakat dan usaha kecil menengah di Banyuwangi (kumparan).