Jumat, November 8, 2024

Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Sejarah Wabah?

Fadhel Yafie
Fadhel Yafiehttp://fadelisme.wordpress.com
Pemikir bebas, penulis lepas.
- Advertisement -

Umat manusia saat ini sedang menghadapi tantangan besar dari makhluk yang super kecil, virus. Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) sedang merebak luas hampir di seluruh negara tanpa pandang bulu. Ya, wabah virus ini sedang mengancam peradaban manusia dengan melumpuhkan sendi-sendi ekonomi.

Wabah biasanya disebabkan oleh mikroorganisme yang lebih dikenal dengan panggilan kuman. Nah, kuman ini terbagi lagi menjadi 4 jenis, yaitu bakteri, virus, jamur dan parasit.  Sebelum ditemukannya mikroskop yang bisa melihat wujud kuman, manusia pusing tujuh keliling apa penyebab wabah dan bagaimana menanggulanginya.

Jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan penyakit
https://epiphanyasd.blogspot.com/2017/08/viruses-bacteria-fungi-parasites-and.html

Sebetulnya gak pusing tujuh keliling juga sih. Dulu, seringkali wabah itu dikaitkan dengan amarah Tuhan, kerja-kerja setan yang terkutuk, dan segala macam hal gaib lainnya. Mereka sama sekali gak curiga sama makhluk kecil yang kasat mata. Mereka lebih percaya sama hal yang berbau gaib. Padahal kan sama-sama gak keliatan ya?

Wabah dalam Sejarah

Ketika wabah Black Death melanda Asia Timur dan Eropa pada abad ke-14, hal terbaik yang bisa dilakukan pemangku otoritas adalah mengumpulkan orang-orang lengkap dengan tokoh-tokoh agama untuk melakukan do’a massal agar didengar Tuhan. Hasilnya? Nihil. Justru kumpul-kumpul itu malah memperparah penularan wabah itu sendiri.

Imajinasi terliar mereka pun belum dapat membayangkan kalau setetes air liur mengandung jutaan mikroorganisme yang bisa menularkan penyakit dan menyuburkan wabah.

Di era itu, jelas globalisasi itu belum ada. Belum ada transportasi lintas benua dalam hitungan jam seperti pesawat terbang. Boro-boro pesawat terbang, mobil saja belum ada. Transportasi paling mewah zaman itu mirip-mirip delman lah. Tapi tetap saja wabah itu menyebar luas dan menewaskan kurang lebih 75-200 juta orang. Itu kira-kira hampir seperempat populasi dunia saat itu!

Pada Maret 1520, benua Amerika juga dihantam oleh wabah cacar setelah penjelajah Eropa mendarat di Meksiko. Benua Amerika saat itu belum punya kendaraan, delman aja gak punya! FYI, kuda-kuda yang jadi image suku Indian itu baru ada setelah impor dari Eropa. Tapi, wabah cacar diperkirakan membunuh hampir sepertiga populasi pada akhir tahun 1520.

Apalagi sekarang di mana transportasi sudah super cepat? Lintas benua dalam hitungan jam. Mobilitas manusia sangat cepat. Urusan bisnis, pariwisata, belajar dan lain-lain yang berbau lintas ;negara bahkan lintas benua bukan hal yang asing kita dengar.

Jadi, jangan heran kalau wabah hari ini, yaitu covid-19 menyebar dengan sangat cepat. Sepertinya, isolasi bukan solusi yang bagus-bagus amat. Di luar sifat asli virus corona yang memang mudah sekali menyebar, peradaban manusia dengan mobilitasnya yang cepat memang makanan empuk untuk sebuah wabah menyebar.

Wabah sudah menghantam peradaban manusia sejak lama. Setidaknya sejak manusia memasuki era agrikultur yang membuat manusia hidup menetap dan berdampingan dengan hewan-hewan ternak. Hal ini memungkinkan manusia terinfeksi oleh kuman yang biasa hidup pada hewan. Kalau ingin penjelasan lebih detil tentang bagaimana kuman bermutasi dan menginfeksi manusia, silahkan Google sendiri saja.

- Advertisement -

Tahun 1918 adalah sejarah kelam umat manusia. Wabah yang biasanya disebut Flu Spanyol menginfeksi setengah milyar orang! Diperkirakan korban jiwa mencapai 100 juta orang dalam kurun waktu gak sampai dua tahun. Melebihi jumlah korban jiwa Perang Dunia Pertama yang berperang dengan brutal selama empat tahun.

Melawan Wabah

Barak untuk pasien yang mengidap Flu Spanyol tahun 1918 di Kansas
https://www.kompas.com/sains/read/2020/03/13/170200723/pandemi-terburuk-sepanjang-sejarah-flu-spanyol-infeksi-sepertiga-warga

Setelah wabah Flu Spanyol, dunia berbenah untuk menghadapi wabah dengan lebih baik. Fasilitas kesehatan diperbaiki, riset di bidang kesehatan ditingkatkan, informasi-informasi penting tentang wabah dibagikan dan lain sebagainya. Akses kesehatan lebih luas, antibiotik ditemukan, vaksin ditemukan dan banyak kabar-kabar baik setelah manusia bersatu untuk melawan wabah.

Seabad setelah berlalunya Flu Spanyol, umat manusia dianggap berhasil meredam wabah. Meskipun sempat ada wabah SARS dan MERS, korban jiwa lebih rendah dibandingkan wabah-wabah yang pernah menghantam manusia sejak zaman batu. Sejak wabah itu, para ilmuwan, dokter, suster dan tenaga medis membanjiri dunia dengan informasi-informasi dan temuan-temuan baru tentang bagaimana caranya menghadapi sebuah wabah.

Ketika orang-orang di abad ke-14 gak pernah mengetahui penyebab wabah Black Death, ilmuwan kita saat ini berhasil mengidentifikasi virus corona ini dalam waktu dua minggu dan mengembangkan alat tes untuk mengidentifikasi orang-orang yang terjangkit virus baru ini.

Saat para ilmuwan mengetahui soal apa penyebab wabah, mereka akan lebih mudah untuk menghadapinya.  Vaksinasi, antibiotik, meningkatkan kebersihan, menyiapkan infrastruktur kesehatan dan lain sebagainya adalah cara-cara yang dapat dilakukan untuk menghadapi wabah, tergantur dari apa penyebabnya.

Pada tahun 1967, cacar air menjangkiti 15 juta orang dan membunuh 2 juta di antaranya. Satu dekade berikutnya, kampanye untuk melakukan vaksinasi global berhasil hingga pada 1979, WHO mengumumkan bahwa umat manusia berhasil menakhlukkan cacar air.

Pelajaran dari Sejarah Wabah

Pelajaran pertama adalah dengarkan apa kata ilmuwan yang mendalami bidang terkait! Hampir semua film bencana dimulai ketika pemangku kebijakan gak mau mendengarkan saran ilmuwan. Kita sebagai awam bisa membantu dengan mendengarkan saran dari para ahli.

Langkah penting lainnya dalam menghadapi wabah adalah transparansi informasi, terutama informasi saintifik. Hal ini sangat berguna agar ilmuwan di seluruh dunia bisa memanfaatkan informasi tersebut dan menemukan cara yang paling efektif untuk menakhlukkan sebuah wabah. Hal ini hanya mungkin jika antar negara memiliki rasa saling percaya dan kemauan untuk bekerjasama.

Gak ada satupun negara yang mampu menghadapi wabah seorang diri. Wabah merupakan persoalan umat manusia. Virus atau bakteri menyerang manusia tanpa pandang bangsa, agama, warna kulit dll. Virus hanya bisa bertahan hidup dalam jaringan DNA tertentu. Dan, umat manusia memiliki DNA yang sama persis! Jadi, wabah bisa menghantam siapapun. Kita semua perlu bekerjasama dalam hal hal ini.

Mengisolasi diri bukan lah solusi. Sejarah menunjukkan bahwa dulu ketika transportasi masih terbatas saja, wabah tetap bisa menyebar luar. Saat ini, yang lebih dibutuhkan adalah kerjasama antar bangsa. Jangan ada yang mementingkan diri sendiri. Ini persoalan spesies!

Peradaban saat ini menghamba pada pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, logis jika pemerintah menutupi sesuatu yang dapat menghambat pertumbuhan ekonomi. Kalau gak ada kepercayaan dan bantuan dari negara lain, negara yang terdampak akan bimbang untuk mengambil kebijakan yang dapat meruntuhkan ekonomi.

Keruntuhan ekonomi menyebabkan kekacauan jangka panjang. Kalau ada bantuan dari negara lain, negara terdapat dapat mengambil kebijakan seperti lockdown yang mengorbankan ekonomi demi keselamatan. Apa untungnya untuk negara pemberi bantuan? Kemungkinan negaranya terinfeksi wabah jadi semakin kecil, sehingga ekonomi bisa berjalan normal.

Satu rantai ekonomi putus, pasti berakibat buruk pada pelaku ekonomi lain. Terdengar utopis? Memang, tapi harus bagaimana lagi?

Fadhel Yafie
Fadhel Yafiehttp://fadelisme.wordpress.com
Pemikir bebas, penulis lepas.
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.