Industri tanah air kembali dihadapkan pada permasalahan baru, hal ini berkaitan dengan kebutuhan sandang, apalagi kalau bukan industri tekstil. Beberapa perusahaan tekstil dikabarkan telah angkat tangan pada bidang ini. Produk impor disebut-sebut merupakan penyebab masalah ini. Hal tersebut tidak sepenuhnya salah mengingat produk impor memiliki perkembangan dan produksi yang lebih besar.
Di sisi lain salah satu hal yang paling melemahkan produksi tekstil Indoensia ialah ketersediaan bahan baku. Faktanya, impor kapas Indonesia mencapai 99% dari kebutuhan total, dengan nilai impornya rata-rata mencapai US$ 1 miliar setahun. Nilai kapas yang tinggi sebagai salah satu bahan baku dari pembuatan tekstil tentunya berdampak bagi persaingan antara produk lokal dan produk impor yang memiliki bahan baku lebih berlimpah.
Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, total produksi kapas Indonesia tahun 2015 hanya sebesar 759 ton dengan produktivitas rata-rata 151kg/ha. Walaupun jika dilihat perkembangan harga rata-rata tahunan kapas di pasar domestik tahun 2007-2014 cenderung mengalami kenaikan tiap tahunnya.
Dengan kata lain kita masih perlu melakukan pembenahan besar-besaran. Salah satu caranya ialah berkaca dan membantu mengembangkan tanaman kapas di provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini dikarenakan Sulawesi Selatan merupakan kontributor produksi tanaman kapas terbesar di Indonesia yaitu sebesar 56,6534%.
Lalu apakah industri tekstil dan tanaman kapas di Indonesia akan meredup?
Peluang industri tekstil Indonesia masih terbilang cuku besar. Bahkan menurut WTO (World Trade Organization), jumlah ekspor tekstil pakaian Indonesia termasuk 10 besar di dunia. Negara saingannya di dunia ialah: Cina, Amerika Serikat, Bangladesh, Vietnam, India dll.
Hal tersebut membuktikan bahwa hasil tekstil dari Indonesia masih berpeluang besar untuk bersaing di kancah Internasional. Redup di negara sendiri tapi tetap bisa mekar di negara lain.
Dari data BPS diatas juga menunjukkan jumlah ekspor tekstil (konveksi) Indonesia cenderung masih tidak stabil. Tapi jelas nilai FOB ekspor pakaian jadi (konveksi) cenderung terus naik tiap tahunnya. Permintaan pasar terus meningkat dan nilai ekspor yang tinggi menjadi harapan yang perlu dipertimbangkan pengusaha tekstil tanah air.
Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, peluang Industri tekstil sebenarnya masih terbuka lebar. Industri tekstil tetap dapat menjadi pilihan yang tepat di era indutri 4.0. Mengingat teknologi akan terus berkembang dan mematikan beberapa pasar, Industri tekstil yang memanfaatkan kreatifitas adalah solusi untuk peluang industri yang tidak akan mati. Tetapi semua hal tersebut kembali pada perhatian pemerintah dan pengusaha tekstil itu sendiri.
Upaya yang mendukung peningkatan produksi dan ekspor Indonesia?
Perhatian pemerintah akan sangat berperan dalam mengatasi permasalahan ini, mungkin bisa diawali dengan memberikan perhatian lebih pada para petani kapas. Sebelumnya kita perlu mengetahui masalah apa yang dihadapi oleh petani kapas.
Menurut BTPB Balitbang Sulawesi Selatan tidak berkembangnya usahatani kapas disebabkan oleh berbagai masalah baik masalah off farm maupun masalah on farm. Masalah kelangkaan modal kerja misalnya nilai paket kredit di Sulawesi Selatan yang masih berat. Fluktuasi musim dan curah hujan pada periode penanaman kapas lahan kering, merugikan dalam variasi masa tanam, dan gangguan pada pertumbuhan tanaman. Teknologi produksi berupa paket teknologi anjuran usahatani kapas belum dapat diterapkan secara lengkap oleh semua petani kapas.
Investasi pada industri diharapkan akan meningkat. Modal akan membantu petani kapas yang kesulitan dalam mencari modal. Sehingga produksi akan meningkat.
Selain itu pembaruan teknologi untuk penanaman kapas juga penting. Sebab hal ini akan mempengaruhi produkstivitas dan kualitas kapas yang dihasilkan sejalan dengan hasil tekstil yang dapat diharapkan nantinya.
Untuk pengolahan industri tekstil sendiri, pengadaan mesin yang baik dan mampu bekerja dengan maksimal akan menguntungkan produksi tekstil Indonesia. Selain itu waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang tekstil akan semakin sedikit.
Perlunya memerhatikan keadaan pasar
Sukses atau tidaknya pengusaha tekstil berskala besar maupun kecil dipengaruhi oleh pemahaman produsen dalam melihat kondisi pasar. Nyatanya, banyak pengusaha tekstil yang tidak dapat memanfaatkan hal tersebut dan akhirnya tidak mampu bersaing dengan pengusaha lainnya. Sedangkan dapat dilihat tidak sedikit pula pengusaha tekstil, produsen maupun distributor yang sukses dibidang ini berkat memahami keinginan konsumennya.
Sarana sosial media dan media jual-beli online adalah hal yang paling lumrah untuk memahami serta mengikuti keadaan konsumen saat ini. Pasalnya dengan data dan pengiklanan pada media terssebut kita dapat mengarahkan calon pembeli dengan lebih baik.
Hal penting lain yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah teknik pemasaran dan permintaan pasar/konsumen. Daerah Indonesia terkenal akan budayanya, sehingga mencampurkan budaya dan tekstil misalnya akan meningkatkan ketertarikan konsumen. Dan beberapa idea kreatif lain dapat digunakan untuk menggenjot permintaan pasar.
Upaya tersebut diharapkan dapat membantu lebih tumbuhnya industri tekstil di Indonesia maupun di kancah Internasional. Mampu menyediakan bahan baku yang lebih banyak dan lebih berkualitas. Dapat berjaya di negara sendiri dan membawa nama baik Indonesia di kancah Internasional.
Sehingga akhirnya tekstil Indonesia akan baik-baik saja.