Meskipun semua mata tertuju pada Asian Games 2018 yang tengah berlangsung di Jakarta dan Palembang, namun bukan hanya itu kegiatan bergengsi internasional yang akan dilaksanakan di Indonesia tahun ini.
Pada bulan Oktober nanti, dua institusi ekonomi global akan mengadakan pertemuan penting tahunan, dan tahun ini, Indonesia dipilih sebagai tuan rumahnya. Yang patut dipertanyakan adalah: bagaimana agar Indonesia mendapat manfaat dari pertemuan ini?
Sejarah Kerjasama Bank Dunia dan IMF
Berfokus pada perkembangan perekonomian jangka panjang, Bank Dunia bertujuan untuk menuntaskan kemiskinan di dunia, dan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan memberikan pinjaman pada berbagai negara di seluruh dunia, terutama negara berkembang. Pada tahun fiskal 2017, Bank Dunia memberikan pinjaman total sebanyak $59 miliar, atau hampir 865 triliun rupiah ke lebih dari 140 negara.
Walaupun Dana Moneter Internasional, atau International Monetary Fund (IMF), memiliki tujuan yang sama dengan Bank Dunia, yakni menguatkan perekonomian negara anggotanya, sistem bekerja IMF sangat berbeda dengan Bank Dunia.
Jika Bank Dunia memberikan pinjaman untuk negara berkembang dalam usaha untuk membuat ekonomi lebih produktif, IMF pada umumnya hanya memberikan pinjaman untuk negara yang sedang mengalami krisis, sehingga pinjamannya disebut bailout, bukan loan. Selain itu, pinjaman dari IMF seringkali bersyarat, sehingga tak semudah diakses pinjaman dari Bank Dunia.
Walaupun berbeda sistem, kedua institusi ini kerap bekerja sama pada berbagai tingkatan. Secara resmi, Bank Dunia dan IMF bekerja sama untuk memberantas kemiskinan, menciptakan kestabilan finansial, dan mengurangi beban hutang untuk negara-negara anggotanya. Kerjasama ini dilaksanakan utamanya dengan kolaborasi antara staf, dengan staf kedua institusi di setiap negara membahas masalah negara mereka dan membagi tugas antara institusi.
Akan tetapi, kerjasama antara kedua institusi ini juga terdapat pada tingkatan yang lebih tinggi, atau yang disebut sebagai high-level coordination. Pertemuan tahunan yang akan diadakan di Indonesia bulan Oktober mendatang ini adalah salah satu bentuk koordinasi tingkat tinggi antar Bank Dunia dan IMF, dimana Gubernur Bank Dunia dan IMF setiap negara berkumpul dan membahas perspektif negara mereka mengenai isu dan masalah ekonomi global.
Diskusi pada level Gubernur Bank Dunia diharapkan akan menghasilkan solusi atau tindakan yang dapat diambil oleh Bank Dunia dan IMF untuk menyelesaikan isu perekonomian internasional.
Indonesia sendiri sudah menjadi anggota aktif Bank Dunia dan IMF sejak tahun 1967. Hingga sekarang, Bank Dunia telah menyetujui 200 proyek di Indonesia, salah satunya adalah program Generasi, yang telah dilaksanakan di 11 provinsi dan berhasil menurunkan malnutrisi di provinsi tersebut sebesar 10%. Terkait IMF, Indonesia sempat berhutang pasca krisis moneter 1997, tapi pada tahun 2007 semua hutang pada IMF sudah lunas.
Prospek Pertemuan Tahunan Bank Dunia-IMF
Walaupun Indonesia sudah cukup lama terlibat dengan Bank Dunia dan IMF, tetapi masih banyak manfaat yang belum tercapai dari kerjasama dengan kedua institusi tersebut. Pertemuan tahunan Bank Dunia – IMF dapat membantu perekonomian Indonesia paling tidak melalui dua cara: Proving Results, dan Investor Confidence.
Ada tiga instrumen pendanaan yang digunakan oleh Bank Dunia dalam proyek pembangunannya, yaitu Investment Project Financing (IPF), Development Policy Financing (DPF), dan Program-for-Results (PforR).
Cara bekerjanya IPF dan DPF tidak berbeda jauh, dimana Bank Dunia memberi pinjaman pada pemerintah suatu negara berkembang untuk mengembangkan infrastruktur atau kebijakan sosial untuk mengangkat derajat hidup masyarakatnya. Namun, instrumen yang terakhir, yaitu PforR, cukup berbeda dengan kedua instrumen lainnya.
IPF dan DPF pada umumnya memberi dana untuk proyek baru, dan memberi kekuasaan kepada Bank Dunia untuk mengawasi proyeknya dari awal sampai akhir. Sementara itu, PforR hanya memberi dana kepada program pemerintah ketika program tersebut sudah berhasil mencapai tujuannya dan terbukti dapat bekerja. Instrumen seperti PforR tidak hanya membantu pembangunan negara berkembang, tetapi juga membantu pengembangan institusi pemerintah sehingga dapat, secara perlahan, lebih mandiri dalam mengadakan program.
Hingga saat ini, ada 4 program PforR di Indonesia, jumlah yang kecil dibandingkan dengan India, Ethiopia, Tanzania, dan Pakistan, yang masing-masing sudah mengimplementasikan lebih dari 6 program PforR.
Dengan adanya perkumpulan Gubernur Bank Dunia dari seluruh dunia, hasil program-program sosial maupun ekonomi pemerintah Indonesia dapat dilihat langsung – baik dalam bentuk infrastrukur maupun dalam bentuk peningkatan kualitas layanan publik. Mengingat Indonesia memiliki potensi besar untuk menerima lebih banyak program melalui instrumen PforR, pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF dapat menjadi momentum yang bagus untuk pembuktian hasil pembangunan dan mendapat lebih banyak bantuan PforR.
Sebagai negara berkembang, Indonesia masih sangat rentan terhadap goncangan di perekonomian global. Problema ini, ditambah dengan kerentanan terhadap bencana alam yang tinggi, membuat investor asing tidak percaya dengan kekuatan perekonomian Indonesia, sehingga investor confidence di Indonesia sedang memiliki penurunan yang cukup tajam.
Menurut data dari Trading Economics, pada kuartal kedua (Q2) tahun 2018, investasi asing, atau yang kerap disebut sebagai FDI, turun menjadi 7.1 miliar dolar, penurunan 12.9 persen dari Q2 2017. Penurunan ini merupakan penurunan terbesar sejak tahun 2011, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan membaik. Justru, jika kita pertimbangkan pergolakan politik yang akan terjadi dalam setahun ke depan, lebih mungkin akan ada penurunan yang lebih drastis lagi.
Bagaimana pertemuan Bank Dunia dan IMF dapat membantu menaikkan, atau setidaknya mempertahankan, investor confidence di Indonesia? Hubungan yang baik dengan IMF menjadi kunci disini.
Pertemuan Bank Dunia dan IMF dapat menjadi kesempatan untuk Bank Indonesia dan pemerintah Indonesia menguatkan hubungan dengan IMF. Walaupun Indonesia pada saat ini belum membutuhkan pinjaman dan sudah melunasi hutang-hutangnya kepada IMF, ikatan yang kuat dengan IMF akan meningkatkan kemudahan untuk mendapatkan pinjaman jika ada penurunan ekonomi yang tidak terduga, baik dari perekonomian global maupun dari perekonomian domestik.
Oleh karena itu, jika para investor tidak dapat percaya dengan kemampuan Indonesia untuk bertahan menghadapi krisis ekonomi, dukungan dari IMF dapat meningkatkan kepercayaan investor bahwa dalam keadaan seburuk apapun, masih akan ada aliran dana untuk mempertahankan perekonomian Indonesia.
Proving Results dan Investor Confidence hanya dua manfaat yang mungkin dapat diterima Indonesia dari pertemuan tahunan Bank Dunia dan IMF – selain dua keuntungan tersebut, masih banyak potensi manfaat, seperti pariwisata, perlindungan lingkungan, dan banyak lainnya. Namun, yang perlu diingat adalah semua ini hanya dapat terjadi jika masyarakat Indonesia dan institusi pemerintahan bekerja sama untuk menunjukkan pada dunia bahwa perekonomian Indonesia sudah kuat dan siap untuk dibangun.