Jumat, April 26, 2024

Andai Sebentar Saja Saya Menjadi Seorang Dosen

Aman Darmawan
Aman Darmawan
Warga Sipil

Mari kita mulai tulisan ini dengan pertanyaan basa-basi ‘kalian anggap apa dosen kalian?’. Mungkin ada yang menjawab ‘pengajar’, ‘guru’, ‘orang tua’, ‘teman diskusi’,
‘pemateri’, ‘narasumber’, entah apapun jawabannya, itu semua menjadi kedaulatan dari para pembaca. Namun jawaban yang kalian berikan, akan menentukan ketertarikan kalian pada tulisan ini. Sebab tulisan ini juga berangkat dari pandangan saya sebagai mahasiswa terhadap dosen.

Mungkin sedikit naif, namun berdasarkan pengalaman dari penulis, dosen tak lebih dan tak kurang hanya berperan sebagai penyampai kurikulum. Kurikulum di tafsirkan oleh sang dosen, lalu dibuatkannya lah satu presentasi yang kemudian akan disampaikan kepada para mahasiswanya di dalam kelas, dengan harap-harap cemas bahwa para pendengarnya itu memahami tujuan dari kurikulum yang telah di tafsirkannya tersebut.

Jika ada penyampaian di luar daripada kurikulum, maka biasanya ini adalah sesi penyampaian motivasi dan harapan-harapan yang disampaikan kepada para mahasiswanya. Isi nya tak kurang seputar motivasi untuk segera lulus cepat, motivasi agar mendapatkan nilai IPK yang tinggi, menceritakan tentang horornya apabila ada mata kuliah yang tidak lulus dan harus mengulang, menceritakan betapa bangga nya dia apabila ada mahasiswanya yang kelak akan sukses sesuai dengan standar zaman, berharap bahwa mahasiswa-mahasiswanya mendapatkan pekerjaan yang layak pada perusahaan-perusahaan besar.

Terlepas dari harapan-harapan, terkadang ada juga dosen yang mendorong mahasiswanya untuk aktif ikut organisasi. Dikatakannya bahwa perusahaan akan menyukai lulusan yang mencantumkan berbagai macam organisasi dan kepanitiaan dalam daftar riwayat hidupnya (konon katanya itu akan menjadi nilai plus bagi perusahaan).

Dengan demikian, semakin menjamurlah mahasiswa yang masuk organisasi namun tak tahu apa yang harus dilakukannya bahkan kecil kemauannya untuk belajar di dalamnya (mungkin pikirnya ‘asal bisa masuk dalam SK kepengurusan atau mendapatkan sertifikat sebagai bukti pernah organisasi). Terkadang sudah masuk dalam organisasi, namun sedikit sekali waktu untuk terlibat aktif di dalamnya, biasanya alasannya adalah tugas kuliah yang menumpuk dan padat. Karena sudah di dongenkan tentang horornya mendapatkan nilai rendah dan mengulang mata kuliah, tentu saja kita sudah tau apa pilihannya.

Berkenaan dengan tugas, terkadang dosen juga memberikan tugas yang kita tidak tau apa tujuan dari tugas tersebut selain menjawab persoalan yang diberikan. Seperti misalnya, kita tak pernah tau apa sebenarnya tujuan dari tugas membuat makalah, apa tujuan dari tugas pilihan ganda, apa tujuan dari tugas-tugas yang jawabannya tidak boleh kita contek dari orang lain. Mungkin sebagian besar dari kita masih terjebak dalam ketidatahuan itu.

Dari pandangan naif saya di atas, maka saya akan mencoba untuk ber-andai-andai menjadi seorang dosen, apa kira-kira yang akan saya lakukan dan apa yang tidak akan saya lakukan kepada mahasiswa saya.

Pertama,andai saya seorang dosen, tidaklah saya akan memberikan materi yang hanya berisi penafsiran terhadap kurikulum, malah saya akan minta agar para mahasiswa melakukan kajian kritis terhadap kurikulum yang sedang di terapkan, saya akan berikan mereka kedaulatan untuk menyatakan apakah mereka sepakat dengan kurikulum tersebut atau tidak.

Kedua, andai saya seorang dosen, tidaklah saya menceritakan tentang motovasi dan harapan-harapan kepada mahasiswa saya. Saya akan menceritakan kepada mereka tentang permasalahan sosial yang mungkin tidak mereka sadari. Permasalahan penghisapan sumber daya alam, penghisapan sumber daya manusia, pembodohan sistematis yang dilakukan oleh mereka yang kuat dan kuasa.

Menceritakan bahwa perusahaan-perusahaan yang mereka impikan sebagai tempat kerja, ada kemungkinan merupakan perusahaan yang menyumbangkan permasalahan sosial berkepanjangan, dan dengan mengabdi kepada perusahaan tersebut, sama artinya kita turut memperpanjang permasalahan sosial tersebut.

Ketiga, andai saya seorang dosen, tidaklah saya akan menyuruh mahasiswa saya untuk mengikuti organisasi, tapi saya akan minta kepada mereka untuk menjalankan organisasi. Memberikan kedaulatan kepada mereka untuk memilih organisasi mana yang sesuai dengan minat mereka. Lebih daripada itu, saya akan menceritakan bahwa ada hal yang lebih penting di organisasi daripada sekedar ‘tanda ikut organisasi’, bahwa organisasi bisa menjadi kelas kedua mereka di luar kelas perkuliahan.

Keempat, andai saya seorang dosen, tidaklah saya akan memberikan banyak tugas kepada mahasiswa saya. Sebab tadi saya ingin mereka ikut terlibat aktif menjalankan organisasi, maka saya tidak akan memberikan banyak tugas yang akan menghalangi kegiatan mereka di organisasi. Jikapun mereka tidak mengikuti organisasi, saya akan berikan mereka kedaulatan dan kebebasan untuk mengembangkan kemampuan diri mereka, oleh karenanya mereka tidak boleh dibebani dengan tugas-tugas yang banyak.

Lebih lanjut, berkenaan dengan pemeberian tugas, saya juga akan mengajak dan mengingatkan kepada dosen-dosen yang lain untuk tidak memberikan tugas-tugas yang banyak kepada mahasiswa, dan memberikan kedaulatan kepada mahasiswa untuk menjelajahi proses pengembangan diri mereka masing-masing. Menurut saya, merupakan sesuatu yang tidak pantas untuk saya lakukan (masih sebagai dosen khayalan) untuk membatasi mahasiswa dengan tugas-tugas yang menumpuk, sementara itu mereka tidak paham untuk apa pula tugas itu diberikan.

Betapa menyenangkan dan nikmatnya apabila saya dapat menyaksikan mahasiswa saya berjibaku dalam proses pengembangan diri mereka masing-masing. Menyaksikan mereka akhirnya menemukan jati diri mereka, menyaksikan mereka berdaulat sebagai manusia yang utuh dan tidak terikat dengan sistem saat ini, menyaksikan mereka mampu mengeluarkan gagasan untuk menyelesaikan permasalahan sosial.

Sungguh itu adalah kesempatan yang luar biasa, namun apalah daya, saya bukan seorang dosen, saya hanya seorang mahasiswa biasa, mahasiswa yang nilainya tidak begitu tinggi, hanya mahasiswa yang sedang asik-asiknya menjalani organisasi, seorang mahasiswa yang diajarkan oleh dosen; oleh karenanya saya tidak pantas untuk protes.

Aman Darmawan
Aman Darmawan
Warga Sipil
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.