Kamis, Maret 28, 2024

Alegori Kehidupan dalam Attack on Titan

Daniel Kalis
Daniel Kalis
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Beberapa waktu ke belakang, anime Attack on Titan yang sudah memasuki final season ini mendapatkan atensi luar biasa dari publik. Tagar #AttackonTitan dan beberapa tagar lain yang berhubungan dengan anime yang diproduksi oleh Mappa Studio ini juga seringkali menghiasi daftar trending di Twitter. Bagi pembaca yang belum tahu mengenai anime ini, saya akan coba menjelaskan sedikit tentang jalan cerita Attack on Titan.

Cerita dalam dunia Attack on Titan berlatar di sebuah tempat bernama Paradis. Paradis adalah sebuah pulau yang masyarakatnya hidup di dalam tiga tembok besar. Tembok ini diberi nama Tembok Maria, Rose, dan Sina. Tembok ini digunakan sebagai sarana perlindungan dari serangan para titan. Titan adalah sesosok makhluk seperti manusia, tetapi memiliki tubuh raksasa.

Di dalam tembok ini, hiduplah seorang anak kecil bernama Eren Yeager. Suatu hari, sesosok Titan yang sangat besar berhasil menjebol tembok tersebut. Para titan lain pun berhasil masuk dan salah satunya memakan ibu dari Eren Yeager di depan matanya. Sontak, ia pun bersumpah akan membunuh semua titan sampai habis tak bersisa.

Secara sekilas, terutama jika kita hanya melihat season pertamanya, cerita dalam Attack on Titan hanyalah seperti anime pada umumnya yang mana ada tokoh baik dan jahat, hitam dan putih. Dalam hal ini tokoh baik adalah Eren dkk. serta tokoh jahat adalah para titan. Namun setelah selesai menonton season pertama, ada banyak pertanyaan yang muncul dalam benak saya. “Darimana asal para titan ini?”, “Kenapa mereka memakan manusia?”, “Kenapa para manusia terkurung di dalam tembok,” dan banyak pertanyaan lain. Perlahan, rahasia ini terkuak sedikit demi sedikit.

Seiring dengan rahasia yang mulai terbongkar, jalan cerita dalam anime ini pun menjadi semakin kompleks.

Anime ini tidak hanya menceritakan mengenai pertarungan manusia melawan titan, tetapi juga menyinggung masalah kebebasan, perebutan takhta, perebutan sumber daya, ketidakadilan kelas, dan lain sebagainya.

Attack on Titan juga mengajarkan kita bahwa tidak ada seorang tokoh yang hitam atau putih, murni baik atau murni jahat.

Dua Sisi Eren Yeager

Kita akan mulai pembahasan ini dari tokoh utamanya, yakni Eren Yeager. Tokoh ini adalah salah satu yang menurut saya mengalami pengembangan karakter paling bagus dan paling kompleks daripada yang lain. Ia telah bertransformasi dari seorang bocah yang suka marah-marah menjadi penjahat yang ingin membasmi seluruh manusia.

Dari mulai season pertama sampai ketiga, kita mengenal sosok Eren sebagai tokoh yang baik. Ia membantu regunya (Survey Corps) untuk menjalani berbagai misi seperti menutup gerbang yang jebol dan merebut Tembok Maria. Namun di final season ini, sosok Eren berubah menjadi penjahat yang ingin menghancurkan dunia lewat rumbling-nya. Hal ini dikarenakan masyarakat dunia yang berkoalisi untuk menghancurkan Pulau Paradis.

Multitafsir Makna “Kebebasan”

Tindakan Eren ini membawa kita pada konsep tentang kebebasan. Konsep kebebasan nampaknya menjadi fokus utama pada anime ini. Kebebasan dilambangkan dengan banyak hal, mulai dari adegan burung beterbangan yang sangat sering disorot hingga definisi kebebasan yang berbeda-beda dari para tokohnya. Armin Arlert contohnya, ia mendefinisikan kebebasan ketika ia bisa melihat lautan. Ia yakin di luar tembok ada air yang sangat banyak, di mana ujungnya tidak terlihat sejauh mata memandang. Armin pun berjuang tetap hidup demi mimpi kebebasannya ini.Lalu bagaimana dengan Eren.

Sebagai pewaris Attack Titan yang selalu mendambakan kebebasan, kebebasan bagi Eren sejatinya terdiri dari dua tahap. Pertama, kebebasan baginya adalah ketika manusia bisa hidup tanpa takut adanya ancaman dari titan. Untuk itulah ia bersumpah untuk membunuh semua titan yang ada. Namun, ketika mengetahui bahwa dirinya juga seorang titan, serta melihat rahasia yang ada di ruang bawah tanah rumahnya, maka makna kebebasan baginya seketika berubah. Kebebasan adalah  ketika semua musuh di luar tembok berhasil dimusnahkan. Ia meyakini bahwa semua orang yang berada di seberang akan menjadi ancaman bagi Pulau Paradis.

Aku akan terus melangkah maju sampai aku memusnahkan semua musuhku,” sumpahnya.

Bagi bangsa Eldia, kebebasan nampaknya menjadi barang mahal yang sulit diraih. Baik bagi bangsa Eldia yang ada di Pulau Paradis,  kebebasan mereka dibatasi oleh hal yang sama, tembok. Nampaknya, Hajime Isayama selaku pengarang cerita ini memang ingin menanamkan personifikasi tembok sebagai lambang pengekang kebebasan.

Attack on Titan sebagai Alegori Kehidupan

Sejatinya, apa yang dialami oleh masyarakat Eldia di Pulau Paradis adalah gambaran tentang apa yang kita alami saat ini. Dalam anime tersebut, diceritakan bahwa bangsa Eldia yang pindah ke Pulau Paradis dihapus ingatannya oleh Raja Fritz lewat kekuatan Founding Titan agar melupakan masa lalu dan sejarah yang sebenarnya. Sang Raja lalu menceritakan sejarah palsu kepada rakyatnya  lewat buku-buku sejarah yang telah dimanipulasi sedemikian rupa.

Kita dalam hal ini juga hidup di dalam tembok yang membatasi kita untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya di luar sana. Caranya pun nyaris sama, bukan lewat kekuatan titan, melainkan lewat buku-buku sejarah yang kebenarannya bisa diperdebatkan. Penjelasan ini bisa jadi akan menyinggung beberapa pihak, tetapi realita yang terjadi memang demikian.

Kita mungkin mengenal istilah “Sejarah ditulis oleh pemenang.” Ungkapan ini jika kita telisik lebih jauh mengindikasikan bahwa ketika masyarakat mengikuti apa yang ditulis di buku sejarah tersebut, maka mereka telah terkungkung dalam realita yang dibuat oleh “sang pemenang”.

Mari kita ambil contoh pada masa revolusi kemerdekaan Indonesia. Kita selalu diajarkan bahwa para pahlawan kita mengalami banyak tindak penganiayaan dari pihak Belanda maupun Jepang. Para pahlawan kita digambarkan dengan begitu heroik. Nyatanya, mereka pun juga melakukan teror kepada orang Belanda yang sangat jauh dari nilai-nilai kemanusiaan.

Menurut sejarawan School of Oriental and African Studies, University of London, Robert Cribb dalam Para Jago dan Kaum Revolusioner Jakarta 1945-1949, mengutip dari historia.id, orang-orang Belanda yang sedang berjalan-jalan ada yang dicekik, disergap, bahkan hingga dipotong mayatnya dan dibuang di kanal-kanal. Hal ini diperkuat oleh berita dari Soeloeh Rakyat pada tanggal 5 September 1947, mengutip dari historia.id, ada 17 orang Belanda dewasa dan lima anak-anak yang dikumpulkan di suatu tempat dan dipaksa membungkukkan diri di depan bendera merah putih serta memekikkan ‘merdeka’. Setelah itu, mereka dibunuh dengan martil dan bambu runcing.

Para anak-anak dilempar tinggi lalu ditangkap dengan bambu runcing dan langsung dilemparkan ke lubang kuburan yang sudah disediakan.

Fakta sejarah ini sangat jarang diajarkan di buku-buku sejarah sekolah.

Jadi, Attack on Titan ini memang anime yang cukup spesial karena berani keluar dari pakem “hitam-putih” dan “baik-jahat”. Ia memberi kita angin segar dari anime-anime mainstream seperti Naruto, One Piece, atau Dragonball yang masih terjebak dalam pakem tersebut. Attack on Titan juga berhasil menjadi alegori tentang realita dunia ini dengan cara yang cerdas. Sasageyo!

Daniel Kalis
Daniel Kalis
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.