Media sosial Indonesia kembali diramaikan oleh suatu isu yang sejatinya tidak bermutu namun memantik jiwa nasionalisme. Isu ini bermula dari statement seorang Agnez Mo yang menyatakan I don’t have Indonesian blood whatsoever.
Hal itu didasarkan oleh pengetahuan terbatasnya bahwa secara genetika ia tidak memiliki genetika Indonesia. Melainkan Jerman, Jepang dan China. Dari sisi genetika sah-sah saja ia menyatakan hal tersebut sebab secara historis memang sebagian besar masyarakat Indonesia berdarah campuran.
Nusantara sejak awalnya adalah wilayah strategis tempat pertemuan antar benua. Seiring berjalannya waktu perdagangan Internasional dari China, Yaman (Hadramaut) dan India turut meramaikan kekayaan genetika Indonesia.
Saat terjadi penjajahan pertama tahun 1511 oleh Portugis maka mulailah masuk pengaruh Eropa diikuti Spanyol, Belanda, Inggris dan Prancis. Semakin ramai pula pertemuan genetika berbagai suku bangsa di Indonesia.
Fakta historis itulah yang membuat kita harus sadar bahwa di dalam darah kita sejatinya memang kaya percampuran genetika dari berbagai bangsa di dunia. Artinya, tidak hanya Agnez MO yang memiliki darah “campuran”, namun kita pun sama dan memang demikian adanya.
Namun Agnez Mo melupakan satu hal yang substansial, yaitu dari sisi sosial. Bahwa keberadannya sebagai WNI tidak berdasarkan dari genetika dan keturunannya, namun berdasarkan tempat kelahirannya. Mengapa Agnez Mo bisa seakan tidak memahami fakta ini? Jawabannya adalah karena fenomena FOMO atau Fear Of Missing Out.
Industri hiburan sejatinya adalah industry yang sangat keras, hanya hitungan waktu yang singkat, jika anda tidak kreatif maka dengan sendirinya anda harus siap terdepak dari industri ini. simaklah kehidupan Norman Kamaru, Veri (AFI) dan sederet artis lainnya yang pernah meramaikan jagat hiburan tanah air.
Beruntung Norman Kamaru dan Veri (AFI) tetap memiliki skills dan daya tahan psikologis yang baik, sehingga meski tidak berada di panggung hiburan mereka tetap dapat eksis dan bertahan dengan kehidupan mereka hari ini.
Sangat berbeda dengan artis lain yang memiliki bakat dan kreatifitas terbatas, jika job on air maupun off air sudah mulai berkurang maka mencari sensasi adalah jalan pintasnya.
Penelitian terbaru dalam antropologi sosial memang menyatakan banyak generasi Millenial dunia telah terjangkit fenomena FOMO. Mereka sangat takut kehilangan atau terkucilkan dari kehidupan sosialnya.
Di beberapa negara bahkan para Millenial ini berani berhutang demi membeli brand tertentu untuk melengkapi gaya hidup agar tetap eksis dan tidak “Missing Out”.
Dari sudut pandang ini, pernyataan Agnez MO jelas bukan sedang merendahkan Indonesia, namun ia sedang menyatakan bahwa dirinya sejak lahir memang sudah “Internasional” sebab hari ini Agnez Mo sedang berjuang dan bergaul di industri hiburan Internasional. Ia takut “Missing Out” dari pergaulannya itu.
Namun, sebagai sesama diaspora ingin saya sampaikan bahwa sejauh apapun kita dari tanah air, jangan pernah lupa tempat lahir dan besar kita, sebab tanpa bangsa Indonesia sulit bagi seorang Agnez Mo untuk eksis seperti hari ini.