Sabtu, November 2, 2024

Ada Apa Dengan Boeing?

Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Profesional dan akademis dengan sejarah kerja, pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan dan bisnis kedirgantaraan. Alumni PLP/ STPI/ PPI Curug, Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, International Airport Professional (IAP) dari ICAO-ACI AMPAP dan Fellow Royal Aeronautical Society (FRAeS).
- Advertisement -

Background

Dalam konteks global, industri penerbangan memiliki peran krusial sebagai motor perekonomian, konektivitas, dan simbol kekuatan teknologi. Perusahaan-perusahaan besar seperti Boeing di Amerika Serikat tak hanya menjadi tulang punggung dalam perekonomian nasional, tetapi juga menjadi pemain utama yang mempengaruhi ekosistem penerbangan global.

Krisis yang tengah melanda Boeing, salah satu perusahaan penerbangan terbesar di dunia, berpotensi menimbulkan dampak global yang meluas, termasuk di Indonesia. Masalah-masalah utama yang dihadapi Boeing—termasuk skandal keamanan pesawat 737 MAX, gangguan rantai pasokan pasca-pandemi, tekanan finansial, dan meningkatnya persaingan dengan Airbus—telah mengguncang fondasi industri penerbangan global.

Boeing saat ini menghadapi sejumlah tantangan besar di Amerika Serikat, terutama terkait finansial dan operasional. Perusahaan ini mengumumkan kerugian signifikan sebesar $1,3 miliar pada kuartal ketiga 2024, terutama disebabkan oleh masalah produksi yang terganggu akibat pemogokan dari serikat pekerja International Association of Machinists and Aerospace Workers (IAM). Pemogokan ini berimbas pada produksi pesawat populer mereka, seperti 737 Max dan 777X, yang berhenti sementara. Akibatnya, Boeing mengalami tekanan kas yang serius, dan CEO baru Kelly Ortberg mengumumkan rencana untuk mengurangi tenaga kerja hingga 10% atau sekitar 17.000 orang dalam beberapa bulan ke depan untuk mengurangi pengeluaran​

Masalah produksi ini juga berdampak pada jadwal proyek Boeing yang utama, di antaranya adalah penundaan pengiriman pesawat 777X hingga 2026 dan penghentian produksi model 767 kargo pada 2027. Selain itu, Boeing telah mencatat biaya besar sebesar $2,6 miliar terkait penundaan ini dan menambah beban $2 miliar lebih lanjut pada proyek-proyek seperti pesawat angkut militer KC-46 dan pesawat ruang angkasa​

Dari perspektif global, tantangan Boeing ini dapat memengaruhi rantai pasokan di industri penerbangan dunia. Negara-negara yang memiliki pabrik komponen atau terlibat dalam rantai pasok Boeing juga terancam mengalami gangguan ekonomi. Bagi Indonesia, yang turut menjadi pasar pesawat Boeing dan memiliki hubungan komersial yang erat dalam sektor penerbangan, situasi ini menggarisbawahi pentingnya menyiapkan kebijakan antisipatif untuk mengurangi dampak ketidakstabilan ini, termasuk dengan diversifikasi penyedia pesawat dan perkuatan regulasi pemeliharaan serta keselamatan transportasi udara.

Dengan posisi Boeing sebagai salah satu pemasok utama pesawat komersial, situasi ini memiliki efek domino yang melintasi batas negara, memengaruhi stabilitas ekonomi, sosial, budaya, serta keamanan dan pertahanan negara-negara pengguna produknya, termasuk Indonesia.

Secara khusus, isu ini menjadi penting mengingat ketergantungan Indonesia pada sektor penerbangan sebagai salah satu penopang utama pariwisata, logistik, serta konektivitas antarwilayah yang memiliki karakteristik kepulauan. Stabilitas dan kelangsungan operasional sektor ini merupakan keharusan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh sebab itu, dampak dari kondisi perusahaan seperti Boeing harus diantisipasi secara matang agar tidak merusak kestabilan ekonomi dan infrastruktur aviasi di Indonesia.

Melalui pendekatan kebijakan publik, tulisan ini berupaya menilai dampak  situasi Boeing bagi Indonesia serta merumuskan strategi kebijakan antisipatif untuk menjaga stabilitas nasional. Pendekatan ini memungkinkan identifikasi kebijakan yang tajam, mendalam, dan inovatif dalam merespons ketidakpastian global.

Boeing sebagai Potensial Sumber Ketidakstabilan Global

- Advertisement -

Sebagai produsen utama dalam industri penerbangan, Boeing memiliki dampak besar terhadap maskapai penerbangan global, pemasok suku cadang, dan rantai pasokan industri penerbangan secara keseluruhan. Masalah yang dihadapi Boeing berdampak langsung pada negara-negara yang bergantung pada produknya, khususnya maskapai-maskapai yang mengandalkan armada pesawat Boeing. Di Indonesia, dampak ini terlihat dalam beberapa bentuk:

  • Ketidakpastian Ekonomi: Masalah rantai pasokan dan penundaan produksi di Boeing mengakibatkan ketidakpastian pada maskapai penerbangan Indonesia yang mengoperasikan pesawat Boeing. Hal ini dapat meningkatkan biaya operasional, berpotensi menyebabkan penundaan layanan, hingga menaikkan harga tiket.
  • Risiko Sosial dan Budaya: Keterbatasan dalam transportasi udara yang dapat diandalkan mengancam konektivitas masyarakat antarwilayah di Indonesia, yang merupakan negara kepulauan. Hal ini dapat menghambat interaksi budaya, pariwisata, dan pergerakan sumber daya manusia.
  • Tantangan Keamanan dan Pertahanan: Boeing juga memegang peran penting dalam industri pertahanan global. Jika ketidakstabilan Boeing meluas ke sektor pertahanan, dampaknya dapat memengaruhi kerja sama militer dan teknologi pertahanan Indonesia dengan Amerika Serikat, serta menimbulkan risiko dalam kemampuan pertahanan udara.

Urgensi kebijakan publik di sini adalah untuk merumuskan kebijakan antisipatif yang mengurangi ketergantungan pada Boeing dan memastikan keberlanjutan stabilitas nasional.

Dampak dan Signifikansi bagi Indonesia

Berdasarkan identifikasi masalah, dampak situasi Boeing dapat dianalisis dalam beberapa aspek utama:

  • Ekonomi: Ketidakpastian produksi Boeing berpotensi menaikkan biaya operasional maskapai, yang berdampak pada harga tiket dan aliran pendapatan dari sektor pariwisata. Selain itu, perusahaan-perusahaan penyedia komponen untuk Boeing yang berlokasi di Indonesia juga dapat merasakan penurunan permintaan, yang berakibat pada hilangnya peluang kerja dan investasi.
  • Sosial dan Budaya: Sebagai negara kepulauan, Indonesia sangat bergantung pada transportasi udara untuk memfasilitasi pergerakan antarwilayah. Jika maskapai mengalami penundaan pengiriman atau perawatan pesawat, ini dapat menghambat mobilitas sosial dan budaya, yang pada akhirnya memengaruhi kohesi nasional dan akses ke layanan penting di berbagai wilayah.
  • Pertahanan dan Keamanan: Ketergantungan pada teknologi pertahanan dari Amerika Serikat—di mana Boeing berperan penting—dapat menimbulkan kerentanan jika ketidakstabilan Boeing meluas ke sektor pertahanan. Kemampuan pertahanan nasional yang sangat bergantung pada teknologi asing juga dapat terancam, yang menimbulkan tantangan bagi keamanan nasional.

Situasi krisis yang dialami Boeing di Amerika Serikat, sebagai produsen pesawat komersial dan teknologi pertahanan global, menimbulkan risiko besar bagi berbagai sektor di Indonesia. Masalah internal Boeing mulai dari penundaan produksi, masalah keamanan, hingga dampak tekanan keuangan dapat memicu ketidakstabilan di seluruh rantai pasokan penerbangan dan bahkan ekonomi global. Tantangan yang harus diantisipasi oleh Indonesia mencakup:

  • Ketergantungan yang Tinggi pada Boeing
    Indonesia mengandalkan produk Boeing untuk sebagian besar armada maskapai nasional, terutama untuk pesawat berkapasitas besar seperti 737 dan 777. Ketergantungan ini berisiko tinggi, terutama jika masalah produksi atau kebijakan terkait Boeing di AS memperpanjang proses pengiriman atau menambah biaya perawatan. Ketergantungan ini membuat Indonesia rentan terhadap kebijakan dan kondisi ekonomi yang terjadi di luar negeri.
  • Gangguan Rantai Pasokan
    Boeing bergantung pada jaringan pemasok komponen global, dan gangguan yang dialami oleh Boeing secara langsung memengaruhi rantai pasokan industri penerbangan di negara-negara pemasok tersebut. Indonesia, yang juga memanfaatkan produk-produk dari rantai pasokan ini, dapat terdampak langsung oleh gangguan ini, terutama dalam ketersediaan suku cadang, perawatan, dan logistik penerbangan.
  • Dampak Ekonomi pada Sektor Penerbangan dan Pariwisata
    Penurunan kapasitas maskapai akibat ketidakpastian pengadaan dan perawatan pesawat dapat menyebabkan gangguan operasional, peningkatan harga tiket, dan pada akhirnya mempengaruhi sektor pariwisata. Ini menjadi tantangan signifikan bagi ekonomi Indonesia, terutama mengingat sektor pariwisata adalah sumber devisa penting dan pencipta lapangan kerja.
  • Implikasi Terhadap Hubungan Pertahanan dan Keamanan
    Boeing juga memegang peran penting dalam industri pertahanan global, termasuk pesawat militer dan teknologi terkait lainnya. Ketidakstabilan Boeing bisa berdampak pada kerja sama pertahanan antara Indonesia dan Amerika Serikat, yang dapat melemahkan pertahanan udara nasional jika pengiriman pesawat militer atau teknologi lainnya terhambat. Hal ini berisiko menimbulkan celah dalam kemampuan pertahanan negara.

Pendekatan kebijakan yang komprehensif dan mendalam dibutuhkan untuk mengatasi berbagai aspek dampak ini, mengurangi ketergantungan, dan menciptakan stabilitas jangka panjang.

Strategi & Kebijakan Antisipatif bagi Stabilitas Nasional Indonesia

Dengan situasi yang dihadapi Boeing dan dampak global yang ditimbulkan, kebijakan antisipatif sangat penting bagi Indonesia dalam jangka pendek maupun panjang. Kebijakan ini dirancang untuk memitigasi risiko-risiko ketergantungan dan memastikan bahwa Indonesia tetap memiliki kendali atas stabilitas nasionalnya.

Kebijakan antisipatif ini menawarkan pemikiran yang inovatif (novelty) dalam menciptakan ketahanan yang berbasis diversifikasi dan investasi jangka panjang pada teknologi nasional. Dengan demikian, Indonesia diharapkan mampu beradaptasi dengan dinamika industri penerbangan global dan tetap mempertahankan stabilitas nasional di tengah ketidakpastian ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan yang dipicu oleh situasi Boeing.

Way Forward

Way Forward ini bertujuan untuk mengidentifikasi langkah-langkah antisipatif, yang berbasis kebijakan, untuk merespons krisis Boeing dengan pendekatan yang holistik, mendalam, dan inovatif, menciptakan solusi berkelanjutan bagi Indonesia dalam menghadapi tantangan global ini.

  1. Diversifikasi Sumber dan Mitigasi Ketergantungan pada Boeing
  • Pemetaan Alternatif Pemasok Pesawat
    Pemerintah perlu bekerja sama dengan maskapai nasional untuk mengeksplorasi diversifikasi armada yang saat ini bergantung pada Boeing. Kerja sama dengan produsen pesawat alternatif seperti Airbus dan mitra Asia lainnya dapat membantu mengurangi ketergantungan, meningkatkan fleksibilitas operasional, serta memperkuat posisi tawar Indonesia dalam mendapatkan layanan dan produk yang berstandar tinggi.
  • Pengembangan Kebijakan Insentif Diversifikasi Armada
    Pemberian insentif bagi maskapai penerbangan yang berinvestasi dalam diversifikasi armada dapat memberikan stabilitas pada operasional maskapai serta memperkuat daya tahan industri penerbangan nasional terhadap krisis yang melibatkan produsen tunggal. Ini termasuk insentif dalam bentuk keringanan pajak, subsidi perawatan, atau dukungan pendanaan bagi maskapai yang mengadopsi strategi diversifikasi.
  1. Memperkuat Industri Pendukung Domestik dan Rantai Pasokan Lokal
  • Investasi pada Industri Lokal dalam Rantai Pasokan
    Mengingat ketergantungan industri penerbangan pada rantai pasokan global, Indonesia perlu meningkatkan kapasitas industri dalam negeri yang mendukung sektor penerbangan. Investasi dalam produksi komponen pesawat, perawatan (MRO), dan layanan aviasi lainnya akan memperkuat stabilitas ekonomi nasional serta menciptakan lapangan kerja baru di sektor ini.
  • Kolaborasi dengan Pemangku Kepentingan Domestik
    Pemerintah dapat menggalang kemitraan antara maskapai penerbangan, perusahaan teknologi, dan lembaga penelitian untuk mengembangkan komponen dan layanan penerbangan yang dapat diproduksi di dalam negeri. Kebijakan ini melibatkan insentif bagi start-up dan perusahaan kecil-menengah yang ingin masuk dalam industri aviasi sebagai pemasok domestik.
  1. Menguatkan Standar Keselamatan dan Pengawasan Regulasi Penerbangan
  • Peninjauan dan Peningkatan Regulasi Keselamatan
    Dengan memperketat regulasi keselamatan penerbangan, pemerintah dapat meningkatkan kepercayaan publik dan menjaga keselamatan penerbangan. Ini mencakup kebijakan untuk inspeksi pesawat yang ketat, pengawasan yang berkelanjutan terhadap maskapai, serta penyesuaian standar keselamatan penerbangan yang sesuai dengan standar internasional.
  • Pengembangan Sistem Pengawasan Digital
    Mengadopsi teknologi digital dalam pengawasan keselamatan pesawat dan operasional maskapai dapat mempermudah pemantauan secara real-time dan mengurangi risiko kesalahan. Penggunaan sistem pemantauan berbasis data akan membantu pemerintah mengidentifikasi dan mengantisipasi potensi risiko dengan lebih cepat.
  1. Mendorong Riset dan Pengembangan Teknologi Aviasi Nasional
  • Menyediakan Pendanaan dan Fasilitas bagi Inovasi Aviasi
    Pengembangan teknologi penerbangan dalam negeri dapat memperkuat ketahanan aviasi Indonesia. Melalui dana penelitian dan hibah, pemerintah bisa mendorong universitas, lembaga penelitian, dan perusahaan lokal untuk mengembangkan teknologi pesawat kecil, sistem navigasi, serta teknologi transportasi udara lain yang mandiri.
  • Membangun Ekosistem Kolaborasi untuk Teknologi Kedirgantaraan
    Kerja sama antara sektor publik dan swasta dalam teknologi penerbangan dapat mempercepat transfer teknologi dan inovasi. Pemerintah bisa menyediakan platform kolaborasi dan fasilitas uji coba bagi perusahaan yang tertarik mengembangkan teknologi kedirgantaraan lokal.
  1. Strategi Kebijakan Ekonomi dalam Mendukung Stabilitas Sektor Pariwisata dan Transportasi
  • Memberikan Insentif bagi Maskapai yang Menjaga Tarif Kompetitif
    Mengingat sektor pariwisata yang bergantung pada transportasi udara, insentif bagi maskapai yang menjaga tarif kompetitif dapat membantu mempertahankan daya tarik destinasi wisata Indonesia. Kebijakan ini bisa berupa keringanan pajak atau subsidi pada biaya operasional untuk memastikan aksesibilitas perjalanan.
  • Diversifikasi Destinasi Pariwisata Domestik
    Pengembangan destinasi pariwisata domestik yang memiliki aksesibilitas transportasi darat dan laut dapat memperkuat sektor pariwisata dari dampak ketidakpastian penerbangan. Pemerintah perlu mendorong strategi promosi dan infrastruktur untuk mendukung diversifikasi ini agar sektor pariwisata tetap stabil dalam situasi krisis penerbangan global.
  1. Penguatan Diplomasi Ekonomi dan Pertahanan
  • Pengembangan Hubungan Diplomatik yang Kuat
    Hubungan baik dengan Amerika Serikat dan negara-negara penghasil teknologi aviasi lainnya sangat penting untuk memastikan kelancaran kerja sama dalam bidang ekonomi dan pertahanan. Diplomasi ekonomi yang kuat akan membantu menjaga akses Indonesia terhadap teknologi pertahanan dan penerbangan penting.
  • Menjajaki Mitra Alternatif dalam Teknologi Pertahanan
    Untuk mengurangi ketergantungan terhadap teknologi pertahanan dari Boeing, pemerintah perlu mencari mitra alternatif dari negara-negara lain yang memiliki keunggulan dalam teknologi aviasi militer. Strategi ini dapat memperkuat daya tahan pertahanan nasional tanpa tergantung pada satu penyedia utama.
  1. Membangun Ketahanan Nasional melalui Pendidikan dan Pelatihan SDM
  • Mengembangkan Program Pelatihan Teknik Aviasi
    Menghadapi tantangan jangka panjang di sektor aviasi, pengembangan keterampilan dan kompetensi teknis tenaga kerja lokal sangat penting. Pemerintah perlu mendukung pelatihan dan sertifikasi SDM dalam bidang pemeliharaan pesawat, teknologi aviasi, dan keselamatan penerbangan.
  • Kemitraan dengan Lembaga Pendidikan untuk Pengembangan Kedirgantaraan
    Pemerintah dapat memperluas kerja sama dengan lembaga pendidikan tinggi di bidang teknik penerbangan, yang melibatkan program beasiswa dan kemitraan riset. Ini akan membangun fondasi SDM unggul dalam teknologi aviasi yang dibutuhkan dalam mengembangkan kemandirian aviasi nasional.

Kesimpulan: Urgensi Kebijakan yang Komprehensif dan Terintegrasi

Way Forward ini menekankan pentingnya kebijakan publik yang antisipatif, terencana, dan berbasis pada data serta inovasi, guna menjaga stabilitas Indonesia di tengah krisis Boeing yang berdampak global. Melalui diversifikasi sumber pesawat, penguatan rantai pasokan lokal, investasi pada riset teknologi aviasi nasional, serta pengembangan SDM berkualitas, Indonesia dapat mencapai kemandirian dan ketahanan dalam sektor penerbangan dan pertahanan.

Dengan pendekatan yang komprehensif, berbasis kolaborasi antara sektor publik dan swasta, serta diplomasi yang kuat, Indonesia dapat mempertahankan stabilitas nasional dalam ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, dan keamanan, meskipun menghadapi tantangan dalam industri penerbangan global. Langkah-langkah kebijakan ini tidak hanya memperkuat daya tahan Indonesia terhadap krisis saat ini tetapi juga membangun fondasi ketahanan jangka panjang yang inovatif dan berkelanjutan.

Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Dr. Afen Sena, M.Si. IAP, FRAeS
Profesional dan akademis dengan sejarah kerja, pendidikan dan pelatihan di bidang penerbangan dan bisnis kedirgantaraan. Alumni PLP/ STPI/ PPI Curug, Doktor Manajemen Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta, International Airport Professional (IAP) dari ICAO-ACI AMPAP dan Fellow Royal Aeronautical Society (FRAeS).
Facebook Comment
- Advertisement -

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.