Jumat, Maret 29, 2024

Sepercik Sejarah Intelijen Indonesia

Reza Hikam
Reza Hikam
Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Aktif di Berpijar.co dan Center for Extresmism, Radicalism, and Security Studies (C-ERSS)

Badan Intelijen Negara atau biasanya disingkat BIN ialah salah satu lembaga negara yang paling “berkabut” sekaligus kontroversial. Konon kabarnya, Indonesia sudah memiliki Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) yang kantornya pun tidak di publish ke khalayak umum.

Namun, dengan “berkabut” nya intelijen Indonesia menandakan bahwa lembaga tersebut justru berhasil menjadi tak kasat mata di kalangan masyarakat awam. Keberadaannya yang angker ini lah yang menarik beberapa peneliti maupun sejarawan menuliskan tentangnya.

Salah satu peneliti yang pernah menuliskan BIN secara “komprehensif” dan kerap dikutip banyak orang adalah Ken Conboy. Orang satu ini termasuk lumayan hebat karena menulis dua buku lain mengenai permasalahan yang sama sulitnya dengan menuliskan intelijen: Kopassus dan Jamaah Islamiyah dalam dua buku yang berbeda (Kopassus: Inside Indonesia’s Special Forces dan The Second Front). Perkara JI, bukunya lumayan menarik karena menyuguhkan bahasan-bahasan yang kerapkali luput di mata sejarawan maupun peneliti di bidang terorisme di Indonesia.

BIN saya sebut kontroversial karena masa lalu nya di zaman Soeharto yang erat dengan dua nama: Ali Moertopo dan Leonardus Benjamin Moerdani. Jika yang pertama suka membina gali, preman dan bromocora untuk digunakan sebagai proxy nya, sedangkan yang kedua tersohor karena membentuk banyaknya pembunuhan terhadap proxy dari yang pertama.

Pembunuhan yang dilakukan oleh L.B. Moerdani ini nantinya dikenal dengan nama “Petrus” (Penembak Misterius). Alat shock therapy dari rezim Orde Baru untuk menjaga “stabilitas” nya.

Di kala Orba, BIN dikenal sebagai BAKIN (Badan Koordinasi Intelijen Negara), di mana cerita-cerita dari masa lalu menekankan bahwa tidak ada satu pun informasi yang tidak masuk atau keluar Indonesia tanpa melalui BAKIN terlebih dahulu. Maka dari itu Orde Baru dijuluki sebagai Rezim Intelijen oleh Busyro Muqoddas. Bisa dibilang intelijen adalah pondasi dari berdirinya Soeharto sebagai presiden.

Namun kilas balik sejarah intelijen justru tidak dimulai dari L.B. Moerdani maupun Ali Moertopo. Lembaga ini dirintis oleh seseorang bernama Zulkifli Lubis yang pernah dididik di PETA (Pembela Tanah Air), di mana pembentukan intelijen dilakukan dengan kedua temannya: Daan Mogot dan Kemal Idris, dibantu oleh mantan instrukturnya, Kapten Yanagawa.

Kala itu, intelijen Republik Indonesia disebut sebagai Badan Istimewa yang banyak merekrut mantan tentara yang dididik oleh Jepang. Mereka dilatih oleh Lubis sendiri dan bermarkas di Jalan Pejambon.

Materi pelatihan tersebut adalah combat intelligence, yakni meliputi informasi, sabotase dan perang urat syaraf. Setelah usai pelatihan, para anggota Badan Istimewa mendapatkan julukan “Penjelidik Militer Choesoes” (Penyelidik Militer Khusus / PMC) dan disebar ke seantero Jawa dengan tugas mencari dukungan untuk pemerintah Indonesia dan menagwasi sekaligus melaporkan gerak-gerik musuh.

Menurut Matanasi, PMC terkenal sebagai tukang sweeping, jika digambarkan, mungkin mirip dengan Gestapo (Geheime Staatspolizei), Polisi Rahasia di Jerman semasa Partai Nazi berkuasa. Salah satu anggota PMC di Sulawesi Selatan adalah Abdul Kahar Muzakkar yang membangun Darul Islam di daerah tersebut dan juga Sutopo Juwono yang nantinya akan menjadi pimpinan BAKIN ketika Soeharto naik ke tampuk kekuasaan.

Permasalahan intelijen ini nampaknya juga diminati oleh Menteri Pertahanan bernama Amir Sjarifuddin dan membentuk Kementrian Pertahanan Bagian B (disingkat Bagian B). Lembaga ini memiliki beberapa tugas intelijen: Militaire Combat Intelligence, Civiel Combat Intelligence, Militaire Counter Intelligence, dan lain sebagainya.

Penulis juga menguraikan secara singkat mengenai tugas-tugas intelijen tersebut. Menariknya, Bagian B turut memiliki Biro Investigasi nya yang menangani permasalahan penyelidikan.

Selain melihat dari tindakan yang dilakukan oleh intelijen Indonesia di masa kemerdekaan dengan berbagai namanya, Petrik Matanasi juga menguraikan beberapa tindakan Belanda dalam menghadapi intelijen tersebut.

Akan tetapi bahasan tersebut tidak sebanyak ualasan penulis mengenai tindakan intelijen Indonesia saat itu, termasuk melakukan pengintaian terhadap anggota Tentara Republik Indonesia (TRI) dan juga Angkatan Laut Republik Indonesia (ALRI).

Nampaknya Indonesia sempat menghadapi dualisme intelijen, di mana Amir Sjarifuddin memiliki Bagian B, sedangkan dibawah Presiden Soekarno ada BRANI (Badan Rahasia Negara Indonesia).

Demi menghindari dualisme maka keduanya dibubarkan, lalu dibentuklah badan baru dari kedua elemen tersebut bernama Kementerian Pertahanan Bagian V atau KP-V yang tetap dibawah Amir Sjarifuddin selaku Menteri Pertahanan pada 30 April 1947, namun lembaga ini dipimpin oleh Abdoelrachman.

Penggabungan dari dua unsur intelijen tersebut terbukti merugikan Zulkifli Lubis yang menjadi bawahan dari Amir dkk, sehingga ia tidak lagi melapor langsung kepada presiden. Mengutip dari Conboy, kelihatannya penulis buku ini sepakat dengan sebutan Conboy bahwa era Abdoelrachman ini adalah masa suram intelijen Indonesia, dimana KP-V terlalu sarat dengan kepentingan politis.

Gelanggang intelijen Indonesia memang kerap di dominasi oleh kelompok militer dan kepentingan politik, hal ini yang perlu kita pahami sehingga sipil tidak juga bisa berkembang diranah tersebut. Inilah pentingnya buku mungil terbitan Publisher Kendi ini, sebagai pintu masuk kita mengenal dunia intelijen di Indonesia di masa lampau.

Meskipun beberapa kata mungkin terlihat kurang familiar (seperti penggunaan “aku” ketimbang “ujar”), namun buku ini menggunakan bahasa yang cukup populer sehingga bisa dinikmati berbagai kalangan (dan karena harganya terjangkau).

Reza Hikam
Reza Hikam
Mahasiswa S1 Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga, Aktif di Berpijar.co dan Center for Extresmism, Radicalism, and Security Studies (C-ERSS)
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.