Kamis, April 25, 2024

Papua dan Air Mata

Sangat disayangkan bulan Agustus yang dikenal sebagai bulan kemerdekaan dinodai dengan rendahnya etika moral kemanusiaan. Air Mata mana yang tidak membasahi pipi seseorang tatkala mendengar salah satu kelompok saudara sebangsa dan setanah air di perlakukan tidak manusiawi.

Berawal dari rusaknya tiang bendera merah putih di depan asrama mahasiswa Papua di Surabaya, menjadi bara api perpecahan dan rendahnya moral, kemanusiaan dan ancaman perpecahan. Mahasiswa penghuni Asrama Papua di Jalan Kalasan, Surabaya, Jawa Timur, di kepung oleh massa. Cuitan rasisme menggema, mereka dikatai monyet.

Sebuah tuduhan yang menggebu-gebu bagi pihak keamanan dalam mengambil keputusan. Kita sudah mafhum bahwa yang namanya tuduhan bisa benar dan juga bisa salah. Sudah ada hukum yang berlaku, tapi kenapa sebuah hukum belum bisa mengayomi hak masyarakat minoritas seperti mahasiswa Papua yang ada di Surabaya tersebut. Atau memang masyarakat sudah kurang sepenuhnya percaya tentang kebijakan hukum yang berlaku.

Isu tersebut terus bergulir dan menyebar hingga ke daerah-daerah lain. Keamanan mahasiswa Papua terancam, sudah merambah di Kota Malang, dan Semarang. Bara api kebencian, perpecahan itu pun kian membesar. Masyarakat Papua pun sontak marah akibat penangkapan mahasiswa Papua di Surabaya tersebut. Hingga di beberapa daerah di Papua melakukan aksi unjuk rasa yang mengakibatkan kericuhan salah satunya di Manokwari.

Pancasila Menjadi Benteng

Pancasila sebagai dasar bagi seluruh rakyat Indonesia dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun dalam implementasinya berbagai kelompok atau individu yang ada belum dapat menjalankan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila. Hal itu adalah akibat dari kepentingan yang mengakar dari kelompok atau individu tertentu hingga mengorbankan nilai-nilai pancasila.

Pancasila jika direnungkan kembali, sebenarnya Sudah dapat menjadi payung kehidupan bagi masyarakat untuk hidup berdampingan dalam ruang prbedaan. Tidak ada membeda-beda kan golongan satu sama lainnya. Dalam sila ketiga telah jelas yakni Persatuan Indonesia. Apapun suku, agama,ras, dan budayanya kita tetap satu Indonesia. Bendera kita sama Merah Putih.

Tapi mengapa, sebagian dari saudara kita lebih suka mengadu domba antar sesama? Menyukai perpecahan daripada Persatuan? Ya, muaranya adalah kepentingan yang melatarbelakangi sikap rasis, dan arogan tersebut.

Apapun alasannya sebuah rasisme, anarkisme, dan sikap arogan tidak bisa dibenarkan. Sebab hal itu bisa menjadi sumbu perpecahan, kebencian, dan hilangnya nyawa seseorang yang tidak lain adalah saudara kita sendiri.

Air Mata Papua

Papua adalah daerah kaya dengan sumber daya alamnya. Keindahan alamnya bagaikan surga dunia. Namun semua itu berbanding terbalik dengan keadaan Rakyat Papua. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah dieksploitasi besar-besaran. Rakyat Papua hanya mendapat limbah, dan pencemarannya.

Kesejahteraan rakyat Papua seolah hanya menjadi angan. Baik di daerahnya sendiri maupun di daerah lainnya. Kenyamanan keamanan bagi orang Papua yang menjadi minoritas pun seolah hanya sebatas harapan.

Papua adalah kita, karena kita adalah Indonesia.

Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.