Pada mulanya, mesin diciptakan sebagai alat pembantu manusia. Ngeri, ketika melihat mesin yang seharusnya membantu manusia, kini menggantikan manusia. Dibekali dengan akal budi, manusia menjadi berbeda dengan makhluk ciptaan Tuhan yang lain. Dengan pemikiran yang mengungguli ciptaan lain, manusia memiliki kemampuan lebih untuk berpikir, menggagas, mengkritisi, serta mewujudkan segala yang mereka mau menggunakan kekuatan otak mereka.
Sejalan dengan pekerjaan yang semakin banyak untuk mengeksplor dunia, manusia menciptakan berbagai macam mesin sebagai pembantu. Hari demi hari, mesin-mesin tersebut semakin disempurnakan, agar dapat menyederhanakan pekerjaan manusia menjadi sesimpel mungkin. Salah satu jalan yang ditempuh adalah menjadikan mesin tersebut menyerupai manusia.
Seperti halnya Tuhan memberikan nafas pada manusia yang berakal, dengan obsesinya untuk menyempurnakan dunia, manusia memberi nafas pada mesin yang berakal‒artificial intelligence.
Perkembangannya
Kecerdasan Buatan (AI) dapat memecahkan beberapa permasalahan yang kompleks misalnya pengembangan pada transportasi, marketing dan kesehatan. Di bidang teknik, artificial intelligence telah dikembangkan untuk tujuan peningkatan industri 3D dan permasalahan industrialisasi.
Pada perkembangan industri 4.0, AI dianggap dapat melakukan terobosan teknologi pada beberapa bidang, diantaranya adalah teknologi digital, bioteknologi, nano-teknologi, neuro-teknologi, dan teknologi hijau.
Pesatnya perkembangan teknologi permesinan ini telah memicu perkembangan AI untuk pemecahan masalah yang kompleks (Frontier Issues. 2017), salah satunya adalah IoT atau Internet of Things.
Bahkan, IoT telah tertanam pada hampir seluruh sistem teknologi yang digunakan sehari-hari oleh masarakat di era ini. Contoh mudahnya adalah dengan menggunakan alat arduino dan pemrograman IoT, sebuah teknologi sudah bisa membuat rumah seseorang kaya akan kecanggihan. Dimulai dari menyalakan lampu dengan sensor melalui smartphone dari jarak jauh, bahkan mengunci pintu hanya dengan sensor dan tanpa kunci.
Peran Manusia?
Sejatinya, sebagaimana dijelaskan diawal, bahwa konsep utama AI adalah untuk membantu menyelesaikan masalah yang dimiliki manusia. Namun, seiring perkembangan zaman, pengembangan teknologi artificial intelligence ini semakin diperluas. Bahkan, bisa dikatakan bahwa pada saat ini, manusia telah mengeksploitasi teknologi AI dan machine learning.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, sesuai kemajuan teknologi di dunia khususnya dibidang industri, AI diprediksi akan menggantikan peran manusia. Contoh kecilnya adalah proses pengemasan suatu produk makanan ataupun minuman. Kini, campur tangan para pekerja semakin minim, dimana para petinggi perusahaan pun akan memilih menggunakan teknologi AI yang dapat bekerja layaknya manusia bahkan dapat bertahan berjam jam non-stop dan hanya melakukan maintenance beberapa waktu sekali.
Disini, mengapa kelak AI dapat menggantikan peran manusia? Karena inovasi – inovasi yang akan datang pasti akan merujuk bagaimana cara menyeselaikan suatu masalah dengan intensitas waktu yang minimal, serta mendapatkan hasil yang maksimal tanpa memiliki kendala yang berarti.
Dengan melakukan pemrogaman sekali untuk komputer, maka komputer akan melakukan proses sebanyak apapun data yang diberikan. Di dunia periklanan pun bahkan sudah menggunakan proses pembuatan dengan teknologi kecerdasan buatan dengan membuat suatu desain animasi dan melakukan pemindaian terhadap wajah, maka animasi yang ditampilkan dapat berupa seseorang yang nyata. Dengan demikian, tidak diperlukan aktor nyata untuk proses pembuatan iklan.
Selain itu, mari perhatikan ketika seseorang melakukan panggilan dengan ponsel, akan muncul suara operator yang siap membantu dengan instruksi–instruksi sesuai dengan yang dibutuhkan. Secara tidak sadar, hal tersebut telah menjadi contoh penggunaan teknologi artificial intelligence. Hanya dengan melakukan pemrogaman yang dibuat, AI dapat menggantikan fungsi customer service dengan kemampuan dan kepintaran yang setara dengan orang yang bersangkutan.
Contoh lainnya adalah mesin pembelian tiket kereta di beberapa stasiun di Indonesia. Mesin-mesin tersebut telah menggunakan teknologi kecerdasan buatan, sehingga mesin ini bisa mengatur berapa uang yang masuk serta uang yang harus dikembalikan kepada pelanggan.
Di beberapa titik di kota besar pun sudah menggunakan mesin sebagai alat untuk melakukan transaksi penjualan, hanya dengan menekan tombol dan memasukan uang, secara otomatis pelanggan sudah bisa mendapatkan apa yang diinginkan, tentu saja contoh kecil diatas saja mesin berteknologi AI sudah dapat menggantikan peran manusia dibeberapa titik.
Kemajuan teknologi yang pesat ini lah yang mendorong akan makin tingginya kualitas dari suatu mesin. Secara harfiah, semakin tinggi kualitas suatu mesin maka akan semakin tinggi pula hasil maksimal yang didapat. Selain karena kelebihan AI yang tidak dimiliki manusia, AI bersifat permanen dan mudah dikembangkan dengan waktu yang relatif cepat dibandingkan dengan manusia. Hal inilah yang akan mendorong mesin-mesin dan robot digunakan sebagai pekerja untuk menggantikan peran manusia.
Kesimpulannya adalah untuk menghindari tergerus nya manusia sebagai pekerja oleh mesin ataupun robot, maka kita harus bijak dalam proses pengembangan teknologi ini. Karena, jika ego untuk mengambil keuntungan sebesar–besarnya tanpa memperhatikan lingkungan sekitar maka akan semakin banyak mesin mesin yang menggantikan perkerjaan manusi dan akan menciptakan pengangguran baru.
Haruskah manusia mengembangkan sistem pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan lebih dalam lagi? Sebagaimana pesatnya kemajuan teknologi diberbagai bidang, Artificial Intelligence harus dikembangkan. Namun, dengan tujuan untuk memudahkan dan mempercepat suatu masalah yang dihadapi manusia bukan untuk menggantikan peran manusia.