Kamis, April 25, 2024

Surat Penting Anak Kampung untuk Mahasiswa Indonesia

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia

Kawan-kawan mahasiswa Indonesia. Untuk kepentingan bersama, menuju masyarakat yang adil dan beradab, izinkan Si Anak Kampung mengirim surat untuk kawan-kawan pelajar dan mahasiswa Indonesia di mana pun berada. Berikut surat penting untuk kawan-kawan:

Dalam sepekan terakhir, secara tiba-tiba meledak kebangkitan lapisan baru gerakan mahasiswa dan pelajar Indonesia, yang kerap disebut sebagai generasi Z. Diawali dengan tagar #GejayanMemanggil dari Yogyakarta, aksi-aksi mahasiswa pecah di sejumlah kota, termasuk di Jakarta.

Fenomena ini adalah untuk pertama kalinya muncul demonstrasi mahasiswa dalam skala besar pasca-1998. Aksi bergerak cepat tanpa persiapan yang rumit, tetapi mampu memobilisasi massa dalam jumlah besar dan menyebar ke berbagai kota.

Pada hari ketiga, aksi berlanjut dengan turunnya massa pelajar yang didominasi anak-anak sekolah menengah kejuruan (SMK) teknik, atau dulu disebut STM. Di Jakarta, aksi-aksi berujung rusuh di depan dan sekitar kompleks parlemen (DPR/MPR) di Senayan hingga Palmerah.

Di daerah-daerah, aksi mahasiswa juga mengarah ke DPRD sebagai lembaga perwakilan rakyat. Aksi pendudukan DPRD di Padang Sumatera Barat disertai vandalisme dengan merusak isi gedung dan penurunan foto Presiden Jokowi.

Menariknya, dalam video yang viral di ruang paripurna DPRD Sumbar, mahasiswa menolak tantangan anggota DPRD dari Partai Gerindra soal agenda menurunkan Jokowi. Mahasiswa bersikukuh bahwa tuntutan gerakan mahasiswa hanya seputar menolak rancangan undang-undang (RUU) bermasalah.

Setidaknya ada tiga RUU yang menjadi sorotan mahasiswa, yaitu rancangan kitab undang-undang hukum pidana (RKUHP), revisi UU KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi), dan RUU-PKS (Penghapusan Kekerasan Seksual). Di samping sejumlah RUU lain seperti Pertanahan hingga Keamanan Siber.

Kawan-kawan mahasiswa Indonesia,

Tuntutan dan metode gerakan mahasiswa sudah tepat, yakni mengarah pada proses legislasi yang merupakan domain utama parlemen (DPR). Aksi-aksi demonstrasi di daerah pun dilakukan sebagian besar ditujukan ke gedung DPRD.

Kesadaran politik mahasiswa generasi Z dengan cerdas menyasar DPR sebagai institusi yang diberikan mandat oleh konstitusi untuk membuat UU, penganggaran (budgeting), dan pengawasan. Ironisnya, dalam berbagai survei DPR dianggap pula sebagai institusi yang buruk dan korup.

Mahasiswa tidak mau digiring oleh opini elite-elite politik yang belum move on dari Pilpres. Tagar #TurunkanJokowi yang berkumandang di linimasa tidak diterjemahkan dalam poster-poster tuntutan yang dituliskan mahasiswa di jalanan dan viral di media sosial.

Upaya menunggangi mahasiswa agar mengulang kejadian penggulingan Soeharto pada Mei 1998 tidak kesampaian. Penolakan RUU bermasalah lebih tepat disandingkan dengan gerakan menolak RUU PKB (Penanggulangan Keadaan Bahaya) pada September 1999 yang pecah menjadi peristiwa Semanggi 2.

Kawan-kawan mahasiswa di seluruh tanah air,

Gerakan kawan-kawan yang masih bersifat embrional ini harus terus didorong pada pengawasan terhadap kinerja DPR dalam menelurkan kebijakan publik. Kini masyarakat dan para tokoh mendapat tambahan energi baru dari mahasiswa generasi Z yang muncul tanpa disangka-sangka.

Mahasiswa sebagai calon penerus tongkat estafet kepemimpinan bangsa tidak seharusnya alergi dengan politik, selama memiliki keberpihakan yang jelas terhadap masyarakat. Mahasiswa bisa membantu politisi yang bersih di berbagai partai politik dalam menyuarakan aspirasi rakyat.

Mahasiswa juga bisa mulai mencatat parpol mana saja di DPR yang bertanggung jawab atas kekisruhan ini semua. Parpol-parpol tersebut layak dihukum dengan tidak dipilih lagi, karena telah membuat RUU yang bertentangan dengan aspirasi rakyat. Catat baik-baik, nama dan dari partai mana mereka berasal. Jadikan daftar hitam pada pemilu berikutnya.

Tanpa peran yang lebih aktif, gerakan mahasiswa berhenti sebagai seruan moral yang kerapkali dibajak oleh oportunisme elite politik. Dengan demikian suara rakyat kembali dikhianati dan terus-menerus kecewa.

Demikian surat ini, penulis percaya mahasiswa dan pelajar Indonesia serta generasi Z lainnya, akan menemukan jalan kemajuan sendiri sebagai gerakan sosial baru di masa depan. Salam Anak Kampung.

Endang Tirtana
Endang Tirtana
Peneliti Senior MAARIF Institute dan Komisaris Independen PT. Kereta Api Indonesia
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.