Jumat, Maret 29, 2024

Refleksi Kemanusiaan Menghadapi Corona

Hutomo Aji Nuswantoro
Hutomo Aji Nuswantoro
Mahasiswa Sampoerna University.

Virus corona yang terjadi saat ini masih menjadi sebuah topik pembahasan yang sering dibicarakan di masyarakat seluruh dunia. Sejak pertama kali terdeteksi Desember 2019 dan hingga saat ini, jumlah korban terinfeksi terus mengalami pertambahan jumlah ‘suspek’ yang begitu signifikan.

Hampir di berbagai media menjadikan virus corona menjadi sebuah pemberitaan yang sering diperbaharui setiap saat. Hingga saat ini, virus tersebut masih dianggap memberikan ancaman serius bagi masyarakat hingga ke seluruh dunia dan penyebarannya begitu cepat. Yang kemudian hal tersebut memunculkan berbagai macam reaksi di seluruh kalangan masyarakat terhadap pandemi tersebut.

Jika melihat dari pemberitaan, Virus Corona saat ini sudah diklasifikasikan menjadi sebuah Pandemi yang berisiko memberikan ancaman bagi masyarakat dunia. WHO mengharapkan semua negara untuk bisa bersiap-siap dalam mengantisipasi keberadaan virus ini, termasuk indonesia. Melihat kasus yang baru terjadi belakangan ini, pemerintah tengah berusaha cukup keras untuk mencegah penyebaran virus yang meluas.

Melihat ledakan pasien yang begitu tiba-tiba, pemerintah kemudian mencoba untuk bertindak secara cepat dengan men-tracking para korban terindikasi melakukan kontak secara langsung dengan korban terinfeksi.

Yang pada selanjutnya, melihat semakin banyak korban yang terinfeksi, pemerintah pun kemudian mencoba untuk membuat berbagai kebijakan untuk mengurangi risiko pertumbuhan yang begitu besar dengan menganjurkan masyarakat untuk tetap melakukan aktivitasnya dari dalam rumah. Selain itu, pemerintah juga memberikan dukungan kepada masyarakat dengan memberikan nomor pengaduan mengenai penyebaran virus corona.

Jumlah korban yang terinfeksi semakin hari pun semakin bertambah, dan beberapa diantaranya telah meninggal dunia. Pemerintah saat ini terus memberikan arahan-arahan terhadap masyarakat nya untuk menghindari area keramaian supaya mengurangi jumlah kenaikan korban yang tertular virus ini.

Tidak hanya Jakarta saja, bahkan dari setiap daerah juga dianjurkan meningkatkan kewaspadaan terhadap keberadan virus ini. Namun, masih banyak masyarakat yang salah kaprah dengan menggunakan kesempatan ini sebagai liburan.

Kemudian dari sisi masyarakat sendiri, mendengar adanya kemunculan virus corona secara tidak terduga membuat mereka memiliki reaksi tersendiri akan adanya keberadaan virus ini. Sebagian besar masyarakat melihat virus ini seakan menjadi sebuah ancaman yang cukup serius, dan sebagian kecil menganggap kemunculan virus corona sebagai sesuatu yang tidak menakutkan.

Jika melihat yang terjadi di masyarakat dunia, hal ini menimbulkan kepanikan yang cukup luar biasa. Hampir di seluruh supermarket yang berada di negara dengan jumlah korban yang besar dipenuhi oleh pembeli yang hendak memborong belanjaan untuk persedian dirumah tersebut.

Adanya assumsi bahwa virus corona akan terus terjadi untuk waktu yang lama menyebabkan masyarakat berlomba-lomba untuk menyiapkan cadangan kebutuhan jika hari tersebut tiba. Namun, hal ini masih belum terjadi di indonesia. Masih menjadi sebuah pertanyaan, apakah indonesia akan juga mengalami hal ini ketika pandemi ini semakin besar pada kemudian hari.

Diawal kemunculan virus ini, sangat sedikit sekali orang yang memiliki rasa kepedulian terhadap korban terinfeksi. Di saat mereka tengah berjuang untuk bertahan melawan virus tersebut, beberapa berita hoaks kemudian bermunculan dengan memberikan justifikasi terhadap korban yang terinfeksi. Sebagai contoh yang terjadi pada saat kasus 01 dan 02 pada awal kemunculan corona, masyarakat kemudian banyak memberikan banyak respon-respon yang negatif terhadap apa yang terjadi pada mereka.

Hampir disetiap sosial media tersebar akan foto dan informasi yang memiliki stigma negatif dan diragukan kebenarannya. Sebagian masyarakat juga menyalahkan korban karena ia pergi ke klub malam. Yang selanjutnya mendengar hal-hal tersebut, korban merasa terdiskriminasi oleh perspektif-perspektif yang ada di masyarakat. Sehingga, diawal kemunculan wabah ini, nilai-nilai kemanusiaan seakan hilang terhadap korban virus corona.

Kemudian, kepanikan yang terjadi dimasyarakat menyebabkan mereka seketika bertindak lebay. Masyarakat yang tidak ingin mengalami wabah tersebut mencoba berbagai cara untuk tidak terinfeksi.

Bahkan hal tersebut menimbulkan traumatik yang mana virus corona sebagai hal yang sangat menakutkan dan harus dihindari. Masyarakat kemudian membeli masker secara berlebih untuk melindungi diri mereka. Bahkan ada beberapa orang, yang menjadikan situasi tersebut menjadi kesempatan untuk menimbun masker dan menjualnya dengan harga yang cukup mahal. Seharusnya, hal ini justru dapat menimbulkan permasalahan sosial.

Stigma yang kemudian muncul pun mulai ditujukan terhadap beberapa kelompok-kelompok masyarakat keturunan china. Anggapan mengenai orang china yang dianggap memiliki perilaku tidak higienis dalam perilakunya mengakibatkan stigma ini menjadi alasan orang menyalahkan kelompok tersebut.

Meme guyonan, juga dijadikan sebagai media diskriminatif untuk menyalahkan virus Corona sebagai ancaman dan hal yang harus ditakuti, termasuk menyalahkan kelompok kelompok ras asia.

Padahal sebenarnya, tidak sepenuhnya setiap orang china berperilaku seperti demikian dan seharusnya wabah ini tidak bisa menjadi alasan untuk menyalahkan suatu kelompok tertentu. Wabah ini terjadi secara alamiah dan tidak bisa secara langsung disebabkan karena perilaku seseorang. Sehingga stigma diskriminatif harus dihilangkan sehingga tidak membuat orang lain harus merasa dikucilkan.

Sehingga, dengan demikian, perlu akan adanya kesadaran dari masyarakat sendiri bahwa wabah Corona merupakan bencana yang tentu sangat tidak diinginkan oleh setiap orang. Menunjukan rasa simpati atas bencana yang sedang terjadi merupakan bentuk dari kepedulian masyarakat atas bencana epidemik yang menimpa mereka.

Tidak perlu menunjukan kepanikan yang berlebihan akan adanya virus ini, karena saat ini telah banyak juga para korban yang terinfeksi yang sudah sembuh dari penyakitnya.

Dengan demilian melihat banyak sukarelawan dan tenaga medis yang mencoba untuk menyelesaikan kasus ini merupakan sebuah pengorbanan yang seharusnya dihargai oleh masyarakat.

Mungkin para sukarelawan sangat memerlukan dukungan moral yang sangat dibutuhkan untuk membuat tidak kehilangan semangat dalam bertugas, termasuk para korban-korban wabah yang juga memerlukan bantuan moral untuk menambah semangat hidup mereka. Kemudian, sebagai orang yang belum terinfeksi, mengikuti setiap anjuran dari pemerintah, untuk tetap menjaga kebersihan diri dan kesehatan merupakan bentuk untuk perwujudan nilai kemanusiaan untuk membantu menghentikan penyebaran virus ini.

Hutomo Aji Nuswantoro
Hutomo Aji Nuswantoro
Mahasiswa Sampoerna University.
Facebook Comment

ARTIKEL TERPOPULER

Log In

Forgot password?

Don't have an account? Register

Forgot password?

Enter your account data and we will send you a link to reset your password.

Your password reset link appears to be invalid or expired.

Log in

Privacy Policy

Add to Collection

No Collections

Here you'll find all collections you've created before.